Seorang pria muslim bernama Mohamed Bzeek menghabiskan beberapa dekade terakhir untuk merawat anak-anak yang sakit parah. Bzeek dan almarhumah istrinya Dawan, mulai merawat anak-anak kecil yang sakit sejak tahun 1980.
Metro.co.uk melaporkan, Bzeek dan istri secara khusus mengambil alih perawatan anak-anak yang tidak diharapkan akan bisa bertahan hidup.
Bzeek yang kini berusia 62 tahun mengatakan, “Kuncinya adalah kau harus mencintai mereka seperti anakmu sendiri. Aku tahu bahwa mereka sakit, aku tahu mereka akan meninggal. Dan aku melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan sebagai manusia, kemudian pasrah kepada Tuhan.”
Bzeek datang ke Amerika Serikat sebagai mahasiswa untuk kuliah teknik pada tahun 1978, dia bertemu sang istri di negeri paman Sam tersebut. Keduanya menikah dan Bzeek resmi menjadi warga negara Amerika pada tahun 1997.
Bzeek dan Dawn dikaruniai seorang anak lelaki bernama Adam yang lahir pada tahun 1997. Adam menderita kelainan bawaan penyakit tulang rapuh dan kekerdilan.
Setelah sang istri meninggal, kini Bzeek dibantu seorang suster untuk merawat putranya yang berusia 19 tahun dan seorang anak perempuan berusia enam tahun yang menderita microcephaly.
Penyakit yang membuat otak anak tersebut tidak berkembang dengan sempurna hingga ia menderita tuna rungu, tuna netra dan juga lumpuh.
“Aku tahu bahwa dia tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, tapi aku selalu bebicara kepadanya. Dia adalah mahluk hidup yang punya perasaan dan jiwa.”
Menurut Dr. Suzanne Roberts, yang memantau perkembangan kesehatan anak perempuan itu di Rumah Sakit Anak Los Angeles, anak perempuan yang tidak diketahui identitasnya itu pasti akan meninggal jika tidak diselamatkan oleh Bzeek.
Sebagai seorang muslim yang memiliki keimanan kuat kepada Tuhan, Bzeek berhasil melalui segala cobaan hidup dengan penuh ketabahan.
Selama puluhan tahun menjadi bapak asuh bagi anak-anak yang sakit parah, Bzeek telah menyaksikan 10 orang anak asuhnya meninggal dunia. Disusul sang istri yang meninggal pada tahun 2015.
Sayangnya, pria luar biasa yang belum pernah seharipun libur sejak tahun 2010 ini, menghadapi ancaman penyakit mematikan. Bzeek didiagnosa menderita kanker usus besar pada bulan November 2016.
Dokter menyarankan agar Bzeek dioperasi pada bulan Desember, namun Bzeek menolaknya.
“Aku bicara pada dokter, aku tidak bisa dioperasi. Kau harus memberiku waktu, karena aku punya anak asuh yang sakit parah, dan seorang anak lelaki yang tidak bisa melakukan apapun sendiri. Tidak ada seorangpun yang bisa menjaga mereka selain aku,” kata Bzeek kepada pbs.org.
Yang lebih menyedihkan, Bzeek tidak punya seorangpun yang menemaninya pergi ke rumah sakit, dia merasakan apa yang anak-anak asuhnya rasakan. Sakit parah, ketakutan, sendirian, dan tidak ada seorangpun yang menyemangatinya dan mengatakan bahwa segalanya akan baik-baik saja.
“Pengalaman ini membuatku merasa lebih rendah hati,” ujarnya.
“Bagiku, kematian adalah bagian dari kehidupan. Dan aku senang bisa membantu anak-anak itu melewati masa kehidupan mereka. Aku bersama mereka, membantu mereka, menghibur mereka. Aku mencintai mereka semua. Dan hingga mereka pergi menghadap Tuhan, aku akan selalu bersama mereka agar mereka bisa merasakan bahwa mereka punya keluarga yang peduli dan mencintai mereka.”
Bzeek menjalani operasi kanker pada bulan Desember dan berjalan dengan sukses, kini ia masih melakukan rawat jalan untuk pemulihan. Untuk membantu menjaga Adam dan anak asuhnya, Bzeek mempekerjakan seorang suster.
Kisah Bzeek mendapat perhatian banyak orang hingga sebuah penggalangan dana secara online dihimpun atas namanya. Hingga tanggal 24 Februari 2017, dana yang terkumpul untuk membantu Bzeek telah mencapai jumlah 200.000 dolar Amerika (atau setara 2.4 milyar rupiah).
Bzeek merasa terharu dengan perhatian orang-orang yang telah membantunya. Ia mengatakan akan menggunakan dana tersebut untuk memperbaiki atap rumah, mobil tua dan juga pendingin ruangan yang sudah lama rusak.
Kisah Bzeek bisa juga Anda simak dalam video berikut ini.
Semoga Bzeek segera pulih dan sehat kembali. Kisahnya memberi inspirasi agar kita selalu menolong sesama, terutama mereka yang paling membutuhkan bantuan kita.
Baca juga:
Kisah Anja Ringgren Loven Menyelamatkan ‘Anak-Anak Penyihir’ di Nigeria