Melakukan pertolongan pertama pada luka menjadi hal yang mutlak dilakukan agar tidak menimbulkan infeksi. Sayangnya, masih banyak mitos perawatan luka yang beredar di kalangan masyarakat. Alhasil, banyak kasus luka ditangani dengan cara yang salah dan tidak kunjung pulih.
Menjawab kondisi tersebut, acara Hansaplast Aid Conference “Pertolongan Pertama dan Perawatan Luka Akut Kecil dan Besar” memaparkan beragam informasi terkait luka. Secara garis besar, terdapat dua kelompok besar luka yang penting untuk kita ketahui yaitu luka akut dan luka kronik.
“Luka akut adalah luka yang terjadi pada keseharian seseorang, misalnya terkena minyak panas di dapur. Luka ini biasanya sembuh dengan sendirinya tanpa perlu dirawat di rumah sakit.
Sementara, luka kronik adalah jenis luka yang dialami orang dengan penyakit penyerta. Sebut saja penderita diabetes, yang mana perlu perawatan lanjutan oleh tenaga ahli,” ujar dr. Adisaputra Ramadhinara, Certified Wound Specialist Physician.
6 Mitos Perawatan Luka
1. Luka yang Dibiarkan Terbuka Lebih Cepat Sembuh
Pertama, adalah kepercayaan masyarakat bahwa tidak masalah membiarkan luka terbuka. Pengobatan alami ini diyakini bisa membuat luka cepat sembuh karena bisa kering dan pulih dengan sendirinya.
“Ini mitos yang paling umum, banyak orang yang memilih membiarkan luka terbuka dan tidak tertutup sama sekali. Mereka meniup luka supaya cepat kering. Padahal, pada dasarnya kulit manusia itu lembap.
Jadi ketika mengalami luka, harus ditutup dengan plester untuk melindungi jaringan luka dari masuknya bakteri”, tutur dr. Adisaputra.
Hal senada juga dijelaskan seorang peneliti asal Inggris George D. Winter. Penelitian yang dilakukan pada 1962 membuktikan, luka yang ditutup dengan seksama cenderung lekas pulih dengan cepat dibandingkan luka yang dibiarkan terbuka.
2. Ludah untuk Menyembuhkan Luka
Saat terjadi luka, membasahinya dengan ludah kerap dilakukan banyak orang. Lantas, benarkah hal ini efektif menyembuhkan luka?
“Air liur memang mengandung antibakteri, makanya hewan suka menjilati lukanya. Tetapi, tentunya kami tidak merekomendasikan penyembuhan luka manusia dengan ludah,” sambung dr. Adi.
Dengan kata lain, air liur tidak memenuhi syarat untuk penyembuhan luka ya, Parents. Dibutuhkan air bersih untuk membilas semua kotoran dan bakteri atau benda asing yang mungkin saja ada di permukaan luka.
3. Kasa Bahan Terbaik Menutup Luka?
Dokter Adisaputra mengatakan penutup luka memiliki dua fungsi, yakni mencegah bakteri dari luar masuk sehingga luka yang bersih tidak terkontaminasi, serta menjaga kulit tetap lembap.
Luka yang dijaga tetap lembap akan membuat proses pertumbuhan jaringan kulit baru lebih cepat saat luka sudah kering. Umumnya, kasa banyak dipilih untuk menghambat luka semakin parah.
Sayangnya, kasa bukanlah bahan yang tepat untuk tugas tersebut. Bentuk kasa yang berlubang dengan ukuran besar membuatnya mudah ditembus bakteri. Faktanya, penelitian menyebutkan bakteri bahkan mampu menembus 64 lapis kasa.
“Kasa itu punya pori yang besar dan membuat air cepat menguap, jadinya luka yang seharusnya lembap malah cepat mengering. Nantinya, luka yang kering malah menempel di kain kasa sehingga luka akan terasa sakit kembali kala kasa akan diganti.
4. Perih Pertanda Obat Bekerja
Rasa perih yang muncul ketika sedang membersihkan luka menjadi parameter seseorang bahwa obat bekerja sebagaimana mestinya. Namun, sensasi perih bukanlah indikator tunggal bahwa obat bekerja secara optimal.
Faktanya, cairan pembersih luka memang mengandung bahan aktif yang secara alami mengiritasi kulit sehingga timbul rasa perih.
“Sifat obat yang iritatif memang menyebabkan perih ya. Dalam standar medis, tidak ada kaitannya. Tidak perlu ada efek perih untuk menunjukkan substance obat sedang bekerja menyembuhkan luka,” tegas dr. Adi.
Kendati demikian, terdapat zat lain yang mampu mengatasi infeksi pada luka tanpa menimbulkan perih, yakni zat antiseptik Polyhexamethylene Biguanide alias PHMB yang biasa digunakan oleh petugas medis. Memilih cairan antiseptik yang tidak berwarna juga dianjurkan agar tidak menghambat pertumbuhan jaringan kulit.
5. Mengobati Luka Bakar dengan Odol: Yes or No?
Di samping pengobatan luka dengan ludah, dr. Adi turut menyinggung rumor seputar luka bakar yang konon dapat diobati cukup dengan mengoleskan pasta gigi. Menurutnya, hal tersebut yang ada dapat memicu kerusakan jaringan di sekitar luka serta meninggalkan bekas luka ketika nantinya luka sembuh.
“Luka bakar treatment nya memang berbeda. Sebagai langkah awal, wajib membersihkan luka di bawah air mengalir selama 15-20 menit untuk membuang panasnya. Setelah itu harus ditutup lukanya,” tegas dr. Adi.
6. Tidak Perlu Sering Mengganti Plester
Dibandingkan kasa, dr. Adi menegaskan bahwa plester adalah penutup luka terbaik. Dengan plester, bakteri tidak akan mudah masuk dan luka akan terjaga. Lantas, benarkah penggunaan plester tidak perlu sering diganti?
“Plester penutup luka sebaiknya diganti secara rutin, apalagi kalau plesternya sudah kotor. Untuk aktivitas normal, ganti plester sehari 2x setelah mandi. Saat dibuka, jangan lupa bersihkan lukanya dengan cairan pembersih sebelum ditutup dengan plester yang baru. Ini juga berlaku untuk plester tahan air ya,” jelas dr. Adi.
Lalu, seperti apa cara membersihkan luka terbaik?
Dalam kesempatan yang sama, dr. Adi menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat perihal penanganan luka. Untuk luka yang membutuhkan penanganan lebih lanjut, tetap harus ada pertolongan pertama yang bisa dilakukan mandiri di rumah.
“Langkah pertama yaitu bersihkan lukanya dengan air mengalir minimal selama 15 menit, ini durasi waktu rekomendasi medis. Cek kondisi lukanya seperti apa. Bersihkan juga dengan spray antiseptik, kemudian tutup dengan plester sesuai ukuran luka,” ujar dr. Adi.
Untuk luka yang berukuran besar, menggunakan plester ukuran besar dianjurkan agar dapat menutup luka lebih baik dan mencegah infeksi dari paparan kotoran dan bakteri. Apabila jaringan luka cenderung kering, aplikasikan salep luka sebelum luka ditutup dengan plester untuk menjaga kelembapan jaringan luka.
Lebih lanjut, dr. Adi memaparkan kapan sebaiknya kita bergegas ke dokter ketika mengalami luka apalgi telah melakukan pertolongan pertama. Idealnya, tekan luka menggunakan kain bersih selama 60 detik dan lihat hasilnya. Pendarahan ringan umumnya akan berhenti mengeluarkan darah.
“Kalau tidak berhenti, bahkan sampai harus ganti kain untuk menekan luka segeralah pergi ke rumah sakit karena dikhawatirkan ada pembuluh darah yang sobek. Perhatikan juga kalau lukanya mengenai daerah vital misalnya kepala, wajah, atau mata yang memerlukan perawatan lebih lanjut,” pungkas dr. Adi.
Setelah mengetahui apa saja mitos perawatan luka, jangan sampai keliru lagi dalam mengatasinya, Parents. Semoga informasi ini bermanfaat!
Baca juga:
5 Cara sederhana mengatasi luka memar pada anak, Bunda perlu tahu!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.