Hal terkait mitos dan fakta seputar stillbirth menjadi pertanyaan banyak orangtua. Stillbirth atau lahir mati memang menjadi momok yang menakutkan bagi Parents yang sedang menanti kedatangan buah hati. Oleh karena itu, theAsianparent merangkum beberapa fakta dan mitos seputar stillbirth. Simak penjelasannya di sini, ya, Parents.
Mitos dan Fakta seputar Stillbirth
1. Stillbirth Tidak Bisa Dicegah
Ini adalah mitos, Parents. Stillbirth bisa dicegah dengan beberapa cara di bawah ini. Pencegahan stillbirth sebelum kehamilan, antara lain:
- Lakukan konsultasi yang intensif dengan dokter kandungan jika Parents sedang melakukan program hamil, termasuk pola konsumsi, obat-obatan, dan herbal.
- Pastikan untuk mengendalikan penyakit, seperti hipertensi atau diabetes sebelum Bunda hamil.
- Mengonsumsi asam folat 400 µg (microgram) tiap hari sebulan sebelum melakukan program hamil.
- Jika menderita obesitas, sebaiknya turunkan berat badan terlebih dahulu sebelum hamil. Jangan menurunkan berat badan saat hamil.
Pencegahan stillbirth selama hamil dilakukan dengan memantau pergerakan bayi setelah usia kandungan mencapai 28 Minggu. Caranya mudah, hitunglah waktu yang dibutuhkan bayi untuk melakukan 10 gerakan dalam waktu dua jam.
Jika Parents menemukan bahwa gerakan buah hati di dalam kandungan tidak sampai 10 kali dalam dua jam, segera konsultasikan dengan dokter.
2. Rokok Memicu Stillbirth
Ini adalah fakta. Ibu hamil yang terpapar asap rokok, baik sebagai perokok aktif maupun pasif bisa menyebabkan stillbirth atau lahir mati. Ketika ibu sedang hamil dan terpapar asap rokok, kandungan bahan kimia dari rokok tersebut mengalir dari darah ibu menuju janinnya.
Bahkan, zat nikotin yang ada di dalam rokok bisa menyebabkan kehamilan ektopik karena memengaruhi kontraksi pada tuba falopi. Sehingga, mencegah embrio lewat menuju rahim.
3. Ibu Hamil Hobi Makan Junk Food Menyebabkan Stillbirth
Belum tentu. Perilaku ibu hamil suka makan junk food akan membawa dampak buruk ketika porsinya tidak terkendali. Memang, sih, susah sekali mengontrol keinginan makan atau ngidam pada suatu jenis makanan tertentu.
Akan tetapi, nutrisi tetap perlu dijaga selama kehamilan. Jadi, ibu hamil boleh makan junk food dengan porsi yang terbatas. Jika hobi makan junk food ini sampai menyebabkan ibu hamil mengalami kenaikan berat badan secara berlebihan dan mengalami obesitas, risiko stillbirth atau lahir mati akan meningkat.
Artikel Terkait: Dampak buruk konsumsi junkfood saat hamil bagi janin dan Bumil, catat Bun!
4. Ada Jenis Makanan Tertentu yang Bisa Menyebabkan Stillbirth
Belum tentu. Tidak ada makanan pemicu keguguran ataupun stillbirth. Kalau ada makanan pemicu keguguran secara spesifik, artinya dikategorikan sebagai abortifasien atau senyawa yang menginduksi keguguran janin.
Jadi, kalau ada sebuah zat yang terbukti memang bisa menyebabkan keguguran, sudah pasti akan dilarang peredarannya karena dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Sebenarnya, yang menjadi masalah bukan makanannya, tetapi jumlahnya. Makanan yang kita konsumsi itu juga perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan tubuh ibu hamil masing-masing.
Contoh lainnya adalah makanan mentah yang berbahaya untuk ibu hamil karena adanya transmisi infeksi dari kuman dan parasit tertentu. Akibatnya, saat dikonsumsi dia akan masuk ke tubuh dan berisiko pada kehamilan.
Tidak ada makanan yang menyebabkan keguguran dan stillbirth secara langsung. Namun, menjaga asupan nutrisi dengan baik saat hamil memang sangat diperlukan untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan pada buah hati yang ada di dalam kandungan.
5. Posisi Tidur Telentang pada Kehamilan Trimester 3 bisa Sebabkan Stillbirth
Bisa terjadi bila dilakukan pada saat kehamilan tua, mulai dari trimester ketiga dan selanjutnya. Sebuah penelitian terbaru juga menemukan bahwa tidur telentang saat hamil dapat meningkatkan risiko bayi stillbirth dua kali lipat bila dilakukan di trimester ketiga.
Penelitian yang dilakukan oleh MiNESS dan diterbitkan di British Journal of Obstetrics and Gynecology (BJOG) ini menganalisis posisi tidur saat hamil yang aman dan berbagai risiko dari posisi tersebut.
Prof Alexander Heazell, direktur klinis di Tommy’s Stillbirth Research Centre di Rumah Sakit St Mary Manchester sekaligus pemimpin penelitian ini, menyarankan ibu hamil untuk tidak tidur telentang saat ketika hamil tua.
Beberapa data telah menunjukkan bahwa tidur telentang saat hamil dapat membuat berat bayi dan rahim menekan pembuluh darah utama di daerah jantung. Kondisi ini mengakibatkan terhambatnya pasokan oksigen dan makanan yang mengalir melalui tali pusat bayi.
Selain itu, tidur telentang juga dapat menyebabkan sakit punggung, gangguan pernapasan, sistem pencernaan, wasir, tekanan darah rendah, serta penurunan sirkulasi ke jantung bayi. Hal ini tentu membahayakan kesehatan dan keamanan bayi.
6. Stres pada Ibu Hamil Memicu Lahir Mati atau Stillbirth
Ya. Ibu hamil yang mengalami stres finansial, emosional, atau pribadi lainnya pada tahun sebelum persalinan memiliki peluang lebih besar untuk mengalami kelahiran mati menurut peneliti yang melakukan studi jaringan National Institutes of Health.
Mungkin, mengontrol stres sangat susah untuk dilakukan bagi beberapa orang dengan kondisi tertentu. Namun, penting sekali untuk menyadari risiko gangguan mental bagi keselamatan buah hati. Parents bisa melakukan beberapa cara ini untuk menurunkan stres selama kehamilan.
- Olahraga rutin
- Makan makanan sehat
- Menyusun kegiatan harian sehingga aktivitas tidak mengganggu waktu untuk istirahat
- Temukan teman untuk bicara
- Memanjakan diri
- Meditasi
- Istirahat yang cukup
Artikel Terkait: 10 Tanda Ibu Hamil Mengalami Stres, Jangan Disepelekan!
7. Intensitas Tendangan Bayi yang Berkurang Menjadi Indikasi Risiko Stillbirth
Ya. Ritme pergerakan bayi adalah salah satu faktor yang bisa orangtua gunakan untuk mendeteksi keadaan janin.
Semua ibu harus bisa menganalisis gerakan janinnya. Kondisi kehamilan pastilah berbeda, terutama dari segi ritme.
Dalam menghitung tendangan si bayi, ada yang disebut sebagai distraction (distraksi). Ketika ibu sedang beraktivitas dan berkonsentrasi pada banyak hal, seringkali ia tidak sadar dengan gerakan janinnya. Sehingga walaupun bekerja tetap harus menganalisis gerakan janin. Untuk memudahkan menganalisis gerakan janin, ibu hamil bisa menggunakan kartu Gerakan 10. Kartu ini sangat membantu bagi para ibu hamil yang bekerja.
Menurut rekomendasi WHO tentang on daily fetal movement counting (Desember 2016). Jika gerakan janin <6 gerakan dalam 2 jam atau <10 gerakan dalam 12 jam maka Parent harus segera ke Dokter.
Jadi, mungkin saja dia akan lebih bisa mendengar atau merasakan gerakan janin pada malam hari ketika sedang rileks. Namun, ada juga ibu yang biasanya malah merasakan ritme pergerakan janinnya saat di siang hari.
Karena hal ini, Parents harus selalu memantau gerakan janin jika menemukan gerakan janin yang di bawah normal segera konsultasikan pada dokter. Jika memang ini merupakan kondisi yang berbahaya artinya Parents telah berhasil menyelamatkan buah hati di saat yang tepat.
Jika ternyata sebaliknya, Parents bisa bernapas lega karena ternyata semuanya masih baik-baik saja. Untuk menghitung tendangan bayi, Bunda bisa memanfaatkan fitur Kick Counter yang terdapat di aplikasi theAsianparent. Bunda bisa mengunduhnya di handphone melalui play store di Android app store di iOS.
Itulah 7 mitos dan fakta stillbirth yang perlu Bunda ketahui. Semoga bermanfaat.
Artikel telah ditinjau oleh:
dr. Diah Sartika Sari H, SpOG (K-FER)
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Bunda Citra Ananda
Baca Juga:
11 Alasan Bunda perlu punya Aplikasi Kehamilan & Bayi theAsianparent