Sudah nonton film Milly dan Mamet belum, Parents?
Menyaksikan film arahan Ernest Prakasa ini, mau nggak mau saya diajak untuk me-rewind kembali momen di mana saya menjadi orangtua baru yang penuh dinamika, gejolak, dan tentu saja penuh tantangan.
Tantangan seperti apa? Banyak banget!
Tapi yang jelas, buat saya pribadi, film Milly dan Mamet ini nggak sekadar menghibur, karena sering kali memancing gelak tawa bahkan bikin perut saya sampai ‘mules’. Selain itu, banyak juga momen yang bikin perasaan saya mengharu biru sampai jadi mewek.
Semua emosi ini mengingatkan saya pada film-film garapan Ernest sebelumnya yang sering bercerita tentang konflik keluarga yang kaya akan selipan lelucon cerdas.
Intinya sih, sepanjang film berdurasi 101 menit ini, bikin emosi saya sering naik turun. Sebentar-sebentar tertawa, tapi semenit kemudian bisa mellow.
Paling tidak, ada 9 alasan atau pelajaran yang bisa diambil dari film Milly dan Mamet yang diperankan oleh Sissy Priscillia dan Dennis Adhiswara ini. Apa saja?
1. Reuni Film Ada Apa Dengan Cinta
Film ini jelas saja bukan film Ada Apa dengan Cinta, bukan juga cerita kisah perjalanan antara Cinta dan Rangga. Tapi, jelas saja masih berkaitan erat. Buktinya, di film ini, kita juga bisa kembali menikmati wajah geng Cinta.
Dian Sastro, Titi Kamal, dan Adinia Wirasti kembali muncul. Ya, meskipun hanya beberapa adegan, tapi bisa mengobati kerinduan penggemar film remaja fenomenal.
Tapi tenang saja… Film Milly & Mamet ini bisa dibilang keluar dari bayang-bayang besar “Ada Apa Dengan Cinta”, kok. Malah lebih realistis ketimbang Ada Apa dengan Cinta.
2. Bertabur bintang
Selain ada geng Cinta, film drama komedi romantis ini penonton juga dimanjakan dengan penampilan beberapa bintang. Sebut saja Isyana Sarasvati yang tampil beda karena membawakan karakter sekertaris yang unik, selain itu ada Eva Celia dan Melly Goeslaw.
Film ini juga diramaikan oleh banyak komika lain seperti Arafah, Aci Resti, Muhadkly Acho, Ernest Prakasa dan beberapa komika lainnya.
3. Film ini mengingatkan bahwa jadi ibu baru jangan lupa dengan kebahagiaaan diri sendiri.
Iya, iya… saya paham, sebagai orangtua baru, khususnya saat jadi ibu baru, bawaannya tuh selalu ingin memberikan yang terbaik untuk anak. Sampai-sampai rasanya ingin mendedikasikan diri hanya untuk anak.
Salah? Ya jelas nggak, sih. Tapi saya termasuk ibu yang percaya bahwa anak yang bahagia lahir dari ibu bahagia. Saat menjadi ibu baru, bukan berarti dunia kita hanya berputar pada satu poros. Lupa dengan segala aktivitas yang bisa bikin kita bahagia. Saat menjadi orangtua baru, nggak ada salahnya, kok, melakukan apa yang disuka dan bikin bahagia.
Menjadi orangtua baru, Milly pun seakan lupa dengan dengan kesibukan lainnya, hingga akhirnya ia diingatkan oleh sahabatnya bahwa punya kegiatan lain yang bisa bikin happy juga tidak salah.
4. Milly dan Mamet mengajarkan dalam rumah tangga komunikasi itu penting. Tapi tidak perlu memaksakan diri untuk menyelesaikan masalah saat itu juga.
Namanya juga rumah tangga, pasti nggak lepas dari yang namanya konflik, terlebih untuk pasangan baru. Kalau kata psikolog keluarga, fase 5 tahun pernikahan itu memang penuh konflik karena memang masih saling menyesuaikan.
Untuk itu, pasangan suami istri dituntut untuk bisa belajar dan mencari formula tepat untuk menyelesaikan konflik.
Pelajaran ini juga yang bisa dipetik dari film Milly Mamet. Bagaimana keduanya selalu berusaha melakukan komunikasi dua arah dengan baik. Namun, jika memang dirasa situasi tidak memungkinkan, tak ada salahnya untuk menunda untuk membicarakan masalah tersebut, dibandingkan memaksa untuk menyelesaikan masalah dengan kondisi kepala yang ‘panas’.
5. Suami istri perlu saling mendukung, bahkan ketika ada gesekan dengan orang tua atau mertua.
Seperti rumah tangga pada umumnya, salah satu konflik yang ditonjolkan dalam film Milly dan Mamet ini adalah gesekan antara mertua dan menantu.
Konflik antara Mamet dan ayah mertuanya (Roy Marten) justru memberikan bumbu dan pelajaran penting dalam rumah tangga mereka. Demi istrinya, Mamet harus rela mengubur mimpinya untuk sementara waktu karena harus menggantikan posisi mertuanya menjadi kepala pabrik.
Meskipun Mamet melakukannya dengan setengah hati, namun semua ini tidak terlepas karena keinginannya untuk membanggakan sang istri. Sebagai istri Milly juga sangat paham bahwa pilihan tersebut memang tidak membuat Mamet, suaminya bahagia.
Hingga pada satu titik, ketika terjadi konflik di antara ayah dan suaminya, Milly tetap mendukung pilihan Mamet.
6. Berkorban untuk pasangan boleh saja, tapi jangan sampai melupakan kepentingan diri sendiri.
Sebagai kepala keluarga, Mamet tentu saja berusaha mati-matian untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Harapan selanjutnya, tentu ingin membuat istri dan anaknya bangga. Bahkan, Mamet pun sampai rela untuk melupakan mimpinya.
Beruntung, Milly termasuk istri yang sangat peka. Setidaknya lewat film ini, salah satu pelajaran penting yang bisa saya petik adalah biar bagaimanapun, dalam rumah tangga tentu saja perlu usaha keras bekerja sama dengan pasangan dengan mengalahkan ego pribadi.
Berkorban demi pasangan juga boleh-boleh saja, tapi bukan berarti jadi melupakan kepentingan diri sendiri. Bukankah hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling menghargai dan menghormati?
7. Cemburu itu perlu
Nah, salah satu karakter yang tidak boleh disepelekan dan membuat film ini makin kuat, tentu saja karena ada sosok Alexandra yang diperankan oleh Julie Estelle.
Alex merupakan salah satu teman baik Mamet dan memiliki mimpi yang sama dengan Mamet. Selanjutnya, sudah kebayang dong konflik seperti apa yang muncul antara Milly dan Mamet?
Cemburu dengan pasangan, wajar saja kok. Asal bukan bukan cemburu buta yang tak beralasan.
8. Romantis tidak perlu puitis
Nah, salah satu yang saya suka dari film ini dan terasa sangat berkaitan dengan kehidupan adalah bagaimana Milly dan Mamet terlihat begitu romantis dan hangat. Ya, meskipun jauh dari kesan puitis.
Toh, bentuk romantis yang diperlihatkan suami itu memang nggak harus dengan membuatkan puisi, atau memberikan bunga saja bukan? Suami yang sigap bantu istri mengurus anak atau bisa membuatkan makanan juga bisa dinilai sebagai suami romantis, kok.
9. Jadi ‘menu’ kencan atau me time di akhir pekan
Mumpung film ini masih bertengger di bioskop, nggak ada salahnya mengajak suami untuk menikmati film ini bersama. Atau memilh nonton sendirian sebagai ajang me time seperti yang saya lakukan beberapa hari yang lalu?
Apapun alasannya, menyaksikan film ini sama sekali nggak rugi, kok! Percaya, deh!
Baca juga:
8 Film keluarga 2019 yang bisa ditonton bersama anak, catat tanggalnya!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.