Pasangan Selalu Merasa Jadi Korban, Begini Cara Tepat Hadapi Victim Mentality

Butuh waktu dan kesabaran ekstra, yuk kenali cara menghadapi victim mentality.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Setiap manusia pasti punya mental yang berbeda. Tak jarang beberapa orang mempunyai pasangan yang kemungkinan besar miliki victim mentality. Pernah mendengar victim mentality? Kondisi mental di mana seseorang akan selalu merasa dirinya salah, menjadi korban pada masalah yang sedang dihadapinya.

Apakah pasangan Anda salah satunya? Yuk, simak bagaimana cara menghadapi kondisi tersebut.

Apa Itu Victim Mentality?

Melansir Kumparan, victim mentality  atau mental korban merupakan suatu kondisi di mana seseorang selalu merasa jika dunia memusuhi dirinya, semua orang adalah penyebab atas masalah-masalah yang sedang dihadapi, merasa bahwa orang lain berniat buruk kepadanya.

Orang dengan kondisi mental seperti ini selalu berprasangka buruk dan dirundung pikiran negatif secara terus menerus. Dalam pikirannya, ia adalah korban dari kejamnya dunia.

Sumber: pixabay

Berhubungan dengan seseorang bermental korban seperti ini tentu akan menantang, apa pun yang Anda lakukan bisa jadi salah. Ketika mencoba membantu dan mencarikan solusi, orang tersebut sudah pesimis terlebih dulu. Lambat laun, Anda akan lelah menghadapinya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penyebab Victim Mentality

Apa yang menyebabkan seseorang bisa memiliki kepribadian tersebut? Mengutip dari Very Well Mind, kepribadian tersebut muncul akibat pernah mengalami peristiwa traumatis, di mana peristiwa ini menyebabkan dirinya membentuk sifat tersebut sebagai mekanisme untuk bertahan (coping mechanism).

Cara Hadapi Pasangan dengan Mentalitas Korban

Orang dengan kepribadian tersebut bukan berarti harus dimusuhi, namun Anda tetap bisa menanganinya dengan penuh kesabaran.

Berikut beberapa cara menghadapinya dikutip dari Kumparan.

  1. Langkah Awal, Validasi Perasaannya

Pertama, hal yang bisa dilakukan adalah memvalidasi perasaannya. Sifat tersebut terbentuk karena luka lama, karenanya apabila pasangan masih merasakan sedih dan amarah, Anda bisa meyakinkan bahwa apa yang dirasakannya valid dan benar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: pixabay

Seperti yang dijelaskan Very Well Mind, Anda bisa coba mengatakan, “Aku sedih sekali melihatmu harus melewati semua ini. Jangan pernah lupa, aku akan selalu di sini untuk kamu jika kamu ingin bercerita.”

Hindari menyanggah perasaannya dengan berkata, “Semua perasaanmu hanya terjadi di kepalamu.”

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  1. Jadilah Pendengar yang Baik untuk Pasangan 

Mengutip Very Well Mind, selain itu Anda bisa menolong dengan cara membiarkan ia bercerita. Jangan potong ceritanya, biarkan ia mencurahkan seluruh isi hatinya.

Sumber: pixabay

Setelah mendengar ceritanya, Anda bisa berani mengatakan padanya beberapa tanda bahwa ia miliki victim mentality. 

Melansir Healthline, Anda bisa jelaskan secara perlahan jika dirinya sedang dihadapkan masalah, dia cenderung mengeluh tanpa introspeksi; cenderung menyalahkan orang lain; dan dia cenderung terus merasa bahwa hidupnya kosong dan tanpa harapan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Paling penting adalah tidak “menyuapi” dia dengan label jika ia benar-benar seorang korban. Hal ini justru akan semakin membuat dirinya yakin bahwa ia adalah korban.

Artikel terkait: Catat! 5 Tips Mengatasi Gangguan Psikologis Victim Mentality pada Anak

  1. Berikan Dukungan

Setelah perlahan membantu dirinya agar lebih membuka mata soal victim mentality, Anda perlu memberikan dukungan.

Mengutip Healthline, seseorang dengan victim mentality  yang tidak disokong dukungan kuat serta afirmasi dari orang lain akan lebih kesulitan dalam menanggulangi sifatnya tersebut.

Sumber: pixabay

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Cara mendukung bisa dengan mengatakan bila karakteristik dan sifat yang dimilikinya baik, sorot pencapaian serta prestasi yang diraih, serta ingatkan bahwa Anda akan selalu ada mendukung. Jangan biarkan pasangan merasa kesepian dan sendirian ketika dihadapi masalah.

Bila pasangan Anda masih memiliki trauma dan belum bisa menanggulangi sifat tersebut, yakinkan untuk berbicara dengan para ahli seperti psikolog maupun psikater.

  1. Jangan Tanggapi dengan Emosi

Emosi dapat menimbulkan masalah baru. Apabila pasangan bermental victim  ia memang cenderung mempunyai pikiran negatif, kadang menolak untuk memperbaiki sesuatu dalam hidupnya sebab merasa akan langsung gagal.

Sumber: pixabay

Apabila ia langsung menolak saran yang Anda berikan, jangan tanggapi dengan emosi. Sabarlah dalam menghadapi pasangan, tetapi tetaplah tegas.

  1. Cari Solusi Lewat Brainstorming

Jangan selalu “suapi” pasangan dengan pikiran Anda ketika sedang mencari solusi atas permasalahannya.

Seperti yang dijelaskan Healthline, Anda bisa bantu dengan brainstorming lewat pertanyaan mengenai dirinya sendiri yang dapat membuatnya mau berpikir.

Sumber: pixabay

Misalnya, saat pasangan Anda merasa bahwa semua perusahaan menolak lamaran kerjanya, coba untuk mengatakan, “Kamu pasti frustasi, melihat lamaran-lamaranmu belum ada yang nyangkut. Lebih baik kita brainstorming; bagaimana pekerjaan ideal bagimu?”

Di sini Anda akan bersama-sama aktif berdiskusi mencari solusi, ia pun juga lambat laun merasa mempunyai opsi untuk bertanggung jawab dan kendali atas hidupnya.

  1. Buatlah Batasan

Menghadapi pasangan yang memiliki victim mentality  memang akan menguras energi Anda. maka dari itu, jangan biarkan diri Anda berlarut-larut dalam membantunya menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Sumber: pixabay

Buatlah batasan yang jelas, tariklah diri Anda dari aura negatif tersebut ketika mulai kelelahan menghadapi pasangan. Anda berhak atas hal tersebut.

 

Kepribadian memang tak bisa diubah dalam waktu singkat. Demikian beberapa cara dalam menghadapi pasangan yang miliki victim mentality, apabila Anda masih sulit untuk menanganinya segeralah ajak pasangan berkonsultasi dengan ahli.

Baca juga:

 

Penulis

Alya