Disaat banyak pasutri yang ingin memiliki momongan, kenapa ada pasutri yang memutuskan untuk menunda kehamilan? Apakah ini wajar dan diperbolehkan?
Setiap pasangan suami istri tentu saja memiliki kisah hidup, cita-cita, tantangan dan permasalahan yang berbeda. Artinya, maka sah sah saja jika Parents merencanakan untuk menunda memiliki anak.
Keputasan ini tentu saja bukanlah sesuatu yang negatif. Bahkan pada kasus tertentu terutama alasan medis, bukan hanya boleh tapi justru dianjurkan untuk menunda kehamilan.
Alasan menunda kehamilan
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan di antara tahun 1996 – 2000, perempuan berusia 26 – 35 tahun yang baru pertama melahirkan hanya sebesar 17,9%. Pada periode berikutnya yakni tahun 2011 – 2015, persentase tersebut naik menjadi 28,1%.
Data yang menarik, persentase perempuan berusia 35 tahun ke atas yang bersalin untuk pertama kalinya juga naik sebanyak 2,13%. Apakah mereka memang menunda pernikahan atau menunda anak pertama, hal tersebut membuktikan bahwa masyarakat Indonesia semakin tidak terburu-buru dalam memiliki momongan.
Ada banyak alasan mengapa pasangan suami istri menunda kehamilan. Kita bagi menjadi dua kelompok non-medis dan medis.
Artikel terkait: Kehamilan tak direncanakan, jadi kejutan atau beban?
Alasan non-medis
Beberapa alasan yang sangat relevan dan sering kali membuat pasangan suami istri menunda kehamilan antara lain dikarenakan:
1. Long distance marriage (LDM)
LDM alias hubungan jarak jauh dengan pasangan. Biasanya karena berbeda lokasi kerja atau salah satu pasangan masih kuliah di luar kota. Pada fase ini akan sulit untuk hamil, melahirkan dan membesarkan anak tanpa ditemani suami. Beberapa orang mampu menjalaninya namun tidak sedikit yang memilih untuk bersabar hingga bisa hidup bersama. Baru kemudian merencanakan kehamilan bersama-sama.
2. Karier
Suami atau istri yang sedang meniti karier bisa saja menunda memiliki momongan jika memang itu yang menjadi prioritas saat ini. Tentu saja dengan mempertimbangkan faktor kesehatan dan usia terutama bagi istri. Hal ini karena secara fisik, usia paling tepat untuk melahirkan adalah 21 – 35 tahun.
3. Waktu pacaran yang singkat
Singkatnya masa pacaran juga bisa jadi alasan bagi pasangan pasutri baru. Mungkin Ayah dan Bunda ingin menikmati waktu kebersamaan berdua terlebih dahulu.
4. Finansial.
Tidak semua orang berprinsip banyak anak banyak rejeki. Faktanya, ada saja orang tua yang akhirnya menelantarkan anak karena masalah finansial. Mereka yang merasa kondisi finansialnya belum memungkinkan untuk membesarkan anak boleh saja menunda. Tentu saja sambil terus berusaha hingga siap nantinya.
5. Masih menumpang di rumah orang tua.
Sekali lagi prinsip hidup tiap pasutri berbeda. Ada yang senang dan tidak masalah tinggal bersama orang tua atau mertua. Namun, ada juga yang merasa kurang nyaman sehingga memilih menunda kehamilan hingga bisa hidup mandiri.
6. Jarak antar anak yang terlalu dekat.
Parents bisa saja merencanakan kapan akan memiliki anak lagi supaya jaraknya tidak terlalu rapat. Sehingga lebih bisa mempersiapkan diri ketika hamil anak berikutnya.
7. Kesiapan mental.
Di antara semua alasan di atas, ini yang terpenting. Memiliki anak bukan perkara sepele karena menjadi orangtua artinya siap mengemban tanggung jawab yang besar. Jangan sampai hanya mampu melahirkan anak tapi tidak mampu membesarkan dan mendidik anak dengan baik.
Di sinilah kesiapan mental benar-benar dibutuhkan. Bukan hanya bagi pasutri baru, pasutri lama yang sudah memiliki anak pun perlu mempertimbangkannya ketika ingin memberi adik pada anak.
Artikel terkait: Berbagai cara menunda kehamilan ini bisa Anda terapkan, tapi ketahui dulu syaratnya!
Alasan medis
Bunda dengan kondisi kesehatan tertentu akan dianjurkan oleh dokter untuk mencegah atau menunda kehamilan. Ini bukan berarti selamanya Bunda tidak boleh hamil, tetapi perlu konsultasi, pemeriksaan, dan perawatan secara intens oleh dokter sampai memungkinkan untuk hamil.
Kondisi kesehatan tersebut antara lain;
- Kanker payudara.
- Penyakit jantung iskemik dan klep jantung
- Diabetes dependensi insulin
- Kanker endometrium atau ovarium
- Epilepsi
- Hipertensi dan obesitas
- HIV/AIDS
- Tuberkulosis (TB)
- Lupus
- Zika (penyakit yang disebabkan oleh virus dan ditularkan oleh nyamuk)
Apa pun alasannya, menghormati keputusan orang lain untuk menunda kehamilan tentu saja diperlukan. Seperti halnya menikah, memiliki momongan bukanlah ajang perlombaan siapa yang lebih cepat atau siapa yang lebih banyak.
Setiap orang memiliki tonggak waktunya sendiri-sendiri, begitu juga Ayah dan Bunda. Lagi pula, memulai konsepsi tentu saja perlu kesiapan yang matang. Termasuk kesehatan ibu secara menyeluruh untuk mencegah hal yang tidak diinginkan.
Sumber: hellosehat, bridestory
Baca juga:
Ingin Menunda Kehamilan Tapi Aktivitas Seks Tetap Lancar? Lakukan 7 Langkah ini!