Apakah Parents suka nonton film atau sinetron? Bagaimana dengan drama Korea (drakor)? Ada banyak alasan mengapa Parents harus mencoba menonton drama korea.
Banyak memang Parents milenial yang suka drakor, tetapi ada juga yang nggak suka. Sebenarnya masalah selera tontonan aja sih ya. Ada banyak drama negeri lain kok yang sama-sama butuh subtitle karena bukan bahasa harian kita.
Ada drama dari Jepang, India, Turki, Thailand, China, Taiwan, bahkan tentangga kita Melayu juga. Telenovela dari Amerika Selatan yang jauh di sana juga pernah diputar di TV. Kalau suka sinetron juga lebih baik, cinta produksi dalam negeri.
Sebenarnya saya suka drakor juga baru 6 tahunan ini. Awalnya penasaran drakor yang ditayangkan di TV saja tapi lama-lama suka dan mencari yang sedang trending juga. Nggak sampai keranjingan sih. Kalau lagi ingin nonton, ya nonton. Kadang nonton drakor yang sudah selesai tayang, tetapi kadang nonton yang sedang tayang di Korea melalui aplikasi berbayar.
Tak semua judul diikuti juga kok, hanya yang suka cerita dan pemainnya saja. Pokoknya, drakor cuma sebagai salah satu pilihan hiburan karena sudah jarang nonton sinetron di TV.
10 Alasan Parents harus Mencoba Menonton Drama Korea
Sebagai pecinta drakor, saya ingin menceritakan setidaknya ada 10 alasan kenapa Parents perlu mencoba menonton drakor dan tak perlu sebegitu antinya terhadap drakor.
1. Menonton drama korea bisa jadi waktu Me time Anda
Alasan pertama nonton drakor ya jelas karena untuk me time sekaligus mencari hiburan. Sekadar menghibur diri dari rutinitas momong dan pekerjaan rumah tangga yang tiada habisnya atau sibuknya kerja atau rutinitas lainnya. Nonton drakor saat anak sudah tidur mungkin lebih menyenangkan biar leluasa menghayatinya. Eh.
2. Genrenya bermacam-macam
Ada banyak genre drakor, mulai dari yang menye-menye sampai yang menakutkan. Ada genre romantis, romantis komedi (romcom), melodrama, sekolah, eksyen, kriminal, sejarah, fantasi, horor, dll.
Romcom adalah genre yang saya suka. Ceritanya romantis tapi lucu karena dibalut komedi. Kadang bisa saja ketawa setelah nangis, semacam nangis bahagia, kaya anak kecil ya. Sering dibilang juga bahwa penyuka romcom itu polos dan naif, tapi nggak masalah karena kadang capek juga kalau sudah bela-belain nonton drama tapi endingnya sedih dan menggantung nggak jelas.
Banyak juga yang suka drakor horor, bloody, zombie dan membuat adrenalin naik saat menontonnya. Kalau Parents suka tontonan bergenre apa ini?
3. Ceritanya menarik
Cerita drakor memang menarik dan sederhana, tapi tetap dibikin terkonsep dan nggak ngelantur. Ada juga drakor yang diadaptasi dari novel, webtoon, animasi, atau film. Namun, ada juga sih drakor sejarah yang terkadang membuat kontroversi karena terlalu berbeda dari versi asli sejarahnya.
4. Sinematografinya bagus
Sinematografi drama Korea bagus. Pengambilan gambar, visual, maupun audio drakor bukan kaleng-kaleng lagi kualitasnya. Mau dengan latar bersalju, pantai, hutan, gunung, semuanya oke. Drakor “When the weather is fine” dengan latar daerah bersalju yang sebenarnya dingin, tapi di drakor seperti tak terlihat dingin.
Adegan berlari di tengah hujan juga bikin dramatis. Keren ya. Atau drakor sejarah lah, sinematografinya juga nggak norak dan nggak terlalu dipaksakan. Pas.
5. Aktingnya jago
Memang harus diakui, akting para aktor aktris pemain drakor itu bagus, bahkan ada beberapa di antaranya yang sudah belajar akting sejak kecil atau ikut teater. Adegan perang atau berkelahinya saja membutuh latihan lama.
Mereka rela menguruskan atau menggemukkan badannya, rambut dibotak demi totalitas akting dengan arahan yang baik dari sutradaranya. Akting ini juga bisa dinilai dari rating dan komentar penonton sih ya, baik dari penggemar dalam negeri Korea sendiri atau internasional.
Selain akting, fashion dan penampilan pemain dalam drama juga diperhatikan detail. Baju-baju yang dipakai dalam drakor sejarah, misalnya, harus detail sesuai zaman sejarahnya.
Hubungan artis dengan kru selama syuting juga kadang menjadi sorotan netizen, lho. Ini agak ngeri sih karena di Korea Selatan, para selebriti yang berperilaku buruk langsung jadi sorotan dan hujatan warganet.
6. Jumlah episodenya sedikit
Masih inget sinetron Tersanjung? Ada 356 episode dan ditayangkan selama 7 tahun, dari tahun 1998 sampai 2005 karena hanya tayang setiap Jum’at. Dari saya SD yang sempat mengikuti kisah Lulu Tobing dan Ari Wibowo lalu berganti jadi Jihan Fahira dan Primus ini, sampai saya kuliah. WOW. Belum pula sinetron Tukang Bubur Naik Haji yang episodenya sampai ribuan. Duh.
Jadi, kalau dibanding sinetron Indonesia, episode drakor itu nggak ada apa-apanya. Paling banyak 167 episode (High Kick), itu pun jarang. Kalau yang drama keluarga mungkin 50-an atau 100 episode sih ya. Tapi kalau drakor pada umumnya ya cuma 16 atau 20 episode saja.
Sekarang bahkan ada yang 4 episode atau nggak sampai 10 episode. Per episode biasanya berdurasi sejam-an. Seminggu tayang dua kali. Jadi, 16 episode hanya sekitar 2 bulanan saja sudah tamat
Nggak kuat lah nonton drakor kalau episodenya banyak banget sampai puluhan atau ratusan. Hidup kan nggak cuma nge-drakor, masih banyak urusan lain. Eh.
7. OST drakornya enak didengar
Drakor biasanya memiliki OST (original soundtrack). Ada juga satu drakor yang punya belasan lagu, lho. Drakor Goblin dan Descendant of The Sun misalnya, semua lagunya bagus dan sempat menjadi trending di Korea.
OST memang hukumnya nggak wajib, tetapi kehadirannya sangat dinantikan lho karena penyanyi dan aransemen musiknya nggak sembarangan. Penyanyi soundtrack favorit saya adalah PUNCH.
8. Menonton Drama Korea bisa Belajar ilmu baru
Drakor tak melulu menggarap kisah drama percintaan dan keluarga yang begitu-begitu saja, kok. Ada juga drakor yang menyajikan ilmu hukum dan kejaksaan, kedokteran dan medis, kuliner, psikologi, pendidikan, bahkan tentang properti dan finansial agar bisa beli rumah.
Drakor hukum seperti Law school, kuliner ada Wok of Love, medis seperti Doctors, dll. Bisa jadi sih kalau hanya menjelaskan tentang ilmu tersebut secara teori murni ya bakal garing dan membosankan. Bumbu percintaan atau intrik sangat bagus untuk intermezo.
Kalau sinetron Indonesia bisa berbobot ilmunya seperti itu, mungkin Pak Mahfud MD nggak sampai mengomentari tentang hukum pidana dalam sinetron Ikatan Cinta. Semoga suatu saat nanti di Indonesia juga ada sinetron sarat ilmu begituan ya, biar mahasiswa kedokteran bisa mencari hiburan dari sinetron medis. Kan keren ya?
9. Menonton drama korea bisa Tahu bahasa dan budaya di sana
Dari drakor, kita jadi tahu ternyata bahasa Korea punya tingkatan sopan dan biasa yang dipakai berdasar keakraban seseorang. Kosakata bahasa Korea seperti aigo, ommo, daebak, jinjja, gwaenchana, annyeong, anio, wae, ne juga sering terdengar. Bagi pembelajar bahasa Korea, menonton drakor adalah salah satu cara yang bisa dilakukan.
Selain bahasa, kita jadi tahu kalau ternyata di Korea itu juga ada angkringan di tengah kota yang bukanya cuma malam saja. Orang Korea juga terbiasa minum soju kalau ada masalah. Meski nggak semua budaya Korea yang jelek juga ditampilkan, setidaknya kita sedikit tahu hal tersebut dari drakor.
10. Pelampiasan emosi
Kadang kalau ada drakor yang sedih, beneran bisa berderai air mata lho nontonnya. Kamuflase saja sebenarnya, padahal sedang sedih karena ingin baju kesayangan tetapi sudah sold out duluan. Bisa jadi sesenggukan juga hanya karena nonton drakor.
Nangis ini juga bisa jadi untuk meluapkan emosi dan stress-healing. Setelah nangis, pasti terasa lega. Atau sebenarnya nangis patah hati tapi bilangnya karena drakor. Yang jelas, ada banyak manfaat dari menangis ini.
Bagaimana, Parents, sudah agak tertarik menonton drama korea?
Baca juga:
Tak Seindah Drakor, Ini 4 Pengalaman Tak Menyenangkan Saat Solo Traveling ke Seoul
4 Alasan Para Bunda Menyukai Drakor Romcom dengan "Happy Ending"