Waspada! Ruam dan demam bisa jadi tanda meningitis pada anak!

Ibu ini menceritakan ketakutannya ketika meningitis menyerang putrinya. Ia pun memperingatkan ibu lainnya tentang bahaya meningitis pada anak melalui status Facebook.

Penyakit meningitis pada anak merupakan salah satu penyakit yang cukup mengkhawatirkan. Meningitis sendiri merupakan infeksi yang menyerang membran pelindung otak dan tulang sumsum belakang, serta sangat rentan dan berisiko bagi anak-anak. Hal inilah yang juga dialami seorang ibu asal Singapura, yang bayinya terserang bakteri mematikan tersebut.

Ibu ini menceritakan pengalaman buruknya itu di sebuah grup Facebook. Ia berbagi pengalamannya tentang bagaimana bayi kecilnya terserang bakteri meningitis. untuk membangun kesadaran banyak orang akan bahaya meningitis pada anak.

Curhatan seorang ibu tentang meningitis pada anak yang menyerang bayinya

Melalui postingan Facebooknya beberapa waktu lalu, ibu itu mulai menceritakan ketika pertama kali bakteri meningitis sang anak.

“Pada tanggal 29 Juni 2018 lalu, putri saya mengalami demam tinggi. Saya pun panik hingga memanggil ambulans. Sesampainya di rumah sakit, si kecil pun langsung dibawa ke ruang observasi.”

Ia melanjutkan, setelah beberapa jam dokter menyarankan agar anaknya dibawa pulang ke rumah, karena demam sudah mulai turun. Namun, instingnya memberi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kondisi anaknya saat itu. Ia meminta dokter untuk membiarkan putrinya tetap tinggal semalam di rumah sakit untuk memastikan kondisi sang putri baik-baik saja.

"Tepat pada jam 2 pagi, putriku memang tidak demam, tetapi kondisinya tidak seperti biasa. Dia sangat rewel. Dan… saat itulah aku melihat sesuatu yang aneh padanya. Aku melihat sebuah bayangan seperti efek hitam yang terdapat pada pipi putriku, tanda itu juga terlihat pada pipinya, dan menyebar. Cukup mengkhawatirkan. Yang paling mengerikan bagiku adalah tanda biru yang menghitam (seperti bekas memar) yang ada di sekujur tubuhnya.”

Artikel terkait: 8 Gejala meningitis anak yang harus Parents waspadai

Dokter mendiagnosis kasus meningitis pada anak

“Dokter sangat terkejut saat itu. Mereka pun berdiskusi dan segera melakukan pungsi lumbar pada putri saya yang berusia 17 bulan."

Pungsi lumbar adalah prosedur medis yang dilakukan dengan memasukkan jarum ke saluran tulang belakang, yang biasanya dilakukan untuk mengumpulkan sampel cairan serebrospinal untuk tes diagnostik. Tindakan ini dapat membantu mendiagnosis penyakit pada sistem saraf pusat, termasuk otak dan tulang belakang.

“Melalui mesin pencari Google, aku mencari tahu tentang itu, dan muncul kalimat yang membuat tulang punggungku terasa dingin, yaitu meningitis pada anak. Aku sangat berdoa semoga penyakit yang diderita anakku bukanlah kata yang muncul di mesin pencari itu. Setelah memeriksakan si kecil, dokter terlihat sangat terburu-buru. Aku tidak mengerti apa yang terjadi. Jantungku berdegup kencang. Dokter mengatakan bahwa mereka perlu memasukkannya ke ruang isolasi” tulisnya.

“Saya menyesal mengatakannya, tetapi kami menduga putri Anda menderita Meningitis. Ia perlu perawatan intensif segera. Ia akan dialihkan ke ruangan ICU dan kita perlu memantaunya selama 72 jam. Kita lihat, apakah ia akan bertahan atau meninggal…” ungkap sang dokter.

”Saat itulah duniaku seakan runtuh,” tulis sang ibu.

Berangsur membaik

Syukurlah, gadis kecil itu bisa diselamatkan, dan keluar dari rumah sakit pada 11 Juli 2018 lalu. Sang ibu yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan, "Dia bisa pulih perlahan. Meski terkadang ia sangat rewel karena luka bakar, tetapi kami mengobati lukanya setiap hari. Hati saya sakit melihatnya menderita,”.

Kejadian yang menimpanya membuat ibu tersebut tergerak untuk memperingatkan orangtua lainnya tentang bahaya meningitis pada anak. Ia memperingatkan untuk waspada jika anak mengalami gejala berikut:

  • Demam

  • Bintik atau tanda ungu (seperti lebam)
  • Leher kaku
  • Takut dengan cahaya

Ia pun mengingatkan agar Parents tetap waspada dan mendapatkan suntikan vaksin meningitis segera mungkin. Kita doakan semoga sang putri segera sembuh, ya!

Meningitis pada anak, ini yang harus Anda ketahui!

Meningitis adalah peradangan selaput (meninges) di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Infeksi virus, bakteri atau jamur adalah penyebabnya.

Bakteri meningitis sangat serius dan bisa mematikan. Kematian meningitis pada anak dapat terjadi hanya dalam beberapa jam saja. Penyakit ini membutuhkan perawatan antibiotik yang cepat. Penanganan yang tertunda meningkatkan risiko kerusakan otak permanen atau kematian.

Gejala meningitis pada anak meliputi:

  • Tiba-tiba demam
  • Sakit kepala dan leher kaku
  • Mual dan muntah
  • Fotofobia (meningkatnya sensitivitas pada cahaya)
  • Kebingungan

Gejala meningitis pada bayi bisa menunjukkan tanda-tanda:

  • Demam tinggi
  • Tangisan yang konstan

  • Rasa kantuk yang berlebihan atau iritabilitas
  • Tidak aktif dan lesu
  • Tidak nafsu makan
  • Tonjolan pada bagian lunak di atas kepala bayi (fontanel)
  • Kekakuan pada tubuh dan leher bayi
  • Refleks abnormal

Bakteri meningokokus bereproduksi di aliran darah dan melepaskan racun (septikemia). Saat infeksi berlangsung, pembuluh darah bisa menjadi rusak. Inilah yang menyebabkan ruam kulit. Bintik mungkin akan berwarna merah muda, merah, atau ungu.

Ketika infeksi menyebar, ruam menjadi lebih jelas. Lebih banyak perdarahan di bawah kulit dapat menyebabkan bintik-bintik berubah menjadi merah tua atau ungu tua. Ruamnya bisa menyerupai memar besar. Namun, tidak semua orang dengan meningitis mengalami ruam.

Jika Anda akan pergi ke daerah-daerah endemik meningokokus seperti Afrika, Amerika Selatan, Timur Tengah dan Asia Timur perlu mendapat vaksinasi meningokokus. Dapatkan vaksin setidaknya satu minggu sebelum keberangkatan.

Perlu dicatat bahwa, vaksin yang melindungi bakteri ini tidak 100 persen efektif. Vaksin ini tidak melindungi semua strain bakteri.

Jadi, jangan sepelekan gejala yang dialami anak ya Bun, terutama jika kondisi si kecil bertambah parah dan tidak seperti biasanya.

Disadur dari artikel Jaya di theAsianparent Singapura
Baca juga:

id.theasianparent.com/penyakit-meningitis-pada-bayi/

Penulis

Aulia Trisna