Dalam sebuah kisah yang menyayat hati, seorang ibu berbagi kengerian tentang risiko orangtua yang mengguncang bayi terlalu kencang. Akibatnya? Seorang bayi bisa mendapatkan cedera hingga mengalami koma akibat shaken baby syndrome.
Lewat peristiwa ini, ia ingin semua orangtua bisa menyadari gejala shaken baby syndrome, mengetahui apa saja akibat yang bisa timbul jika mengguncang bayi terlalu kencang.
Bahaya mengguncang bayi akibat shaken baby syndrome
Kisah ini diceritakan oleh Angie Setlak. Seorang ibu dari bayi yang masih begitu mungil, Xavier yang kini berusia 6 enam bulan. Xavier terlahir secara prematur pada Mei 2018 silam.
Angie menjelaskan bahwa dia mengalami kehamilan yang begitu sulit. Pasangannya berselingkuh, menyebabkan tingkat stresnya meningkat. Tak hanya itu, tekanan darahnya pun ikut melonjak. Hasilnya, Xavier lahir empat minggu lebih awal karena dokter mengatakan kehamilannya bisa berisiko jika bayinya tak segera lahir.
Syukurnya, ketika lahir ia dalam kondisi sehat, namun tentu saja tetap dipantau di unit perawatan intensif neonatal (NICU) sebelum pulang.
Kisah tragis ini pun terjadi ketika Xavier berumur tiga bulan, saat Angie kembali bekerja. Peristiwa ini membuat hidup Angie dan Xavier berubah drastis.
“Saya meminta ayah Xavier untuk menjaga bayi kami, karena Xavier sering rewel di siang hari,” kata Angie.
Angie bercerita, pada awalnya kondisi ayah Xavier menjaga anaknya baik-baik saja. “Meskipun saya sangat cemas membiarkan ayahnya sendirian menjaga Xavier, namun belum ada solusi lain untuk masalah ini. Akhirnya, saya berusaha meyakinkan diri bahwa semua akan baik-baik saja.”
Namun setelah beberapa lama, di suatu siang, ayah Xavier mengirim SMS kepada Angie, berisi, “Saya bisa saja membunuh bayi ini sekarang juga.”
Mendapat pesan seperti ini, Angie pun segera membalasnya, “Saya akan segera pulang.” Tapi dia tidak pernah menyangka kehidupan putranya benar-benar dalam kondisi bahaya.
Tapi, beberapa lama kemudian, Angie kembali menerima pesan, “Xavier berhenti bernapas. Pulanglah sekarang!”
Angie panik dan langsung menelepon ke rumah. Dia diberitahu bayinya tersedak susu, dan Xavier dan ayahnya sedang dalam perjalanan menuju ke Rumah Sakit Anak Seattle.
Angie pun bergegas ke rumah sakit. Dia berdoa anaknya baik-baik saja. Tapi tubuhnya langsung lemas, saat melihat bayinya sedang ditangani banyak dokter.
Akhirnya, Angie pun mendapat kesempatan mendekati bayinya dan memegang tangannya. Ketika itu kondisinya memang sangat tenang dan terlihat begitu pucat. “Saya tahu ada yang tidak beres,” ujarnya dalam hati.
Para dokter kemudian menjelaskan kondisi Xavier pada Angie. Mereka bilang, otak anak lelakinya berdarah.
Apa penyebabnya?
Setelah ditanyakan pada ayah Xavier baru ketahuan bahwa sang ayah merasa emosi saat melihat Xavier menangis terus menerus. Kondisi inilah yang kemudian membuat ayahnya mengguncang bayi mungil ini, dan berujung pada kerusakan otak si kecil.
Akibatnya Xavier mengalami koma karena dia menderita kejang – salah satu gejala sindrom mengayun bayi atau mengguncang bayi terlalu keras.
“Menurut dokter, kondisi ini mungkin saja membuat Xavier buta hingga dia mungkin tidak akan pernah bisa belajar, berjalan, berbicara, dan bergerak,” ujar Angie sedih.
“Tapi tetap saja saya tahu dia akan kembali kepada saya.”
Dirawat intensif di rumah sakit
Setelah lebih dari dua minggu di rumah sakit, bayi Xavier akhirnya diizinkan pulang. Sementara ayahnya ditangkap polisi karena dianggap telah melakukan pelecehan anak tingkat pertama.
Tiga bulan kemudian, Angie lebih fokus memikirkan apa yang sekarang harus dikerjakan, daripada terus mempertanyakan mengapa hal ini bisa terjadi.
Xavier masih memiliki jalan panjang untuk pemulihan. Saat ini ia harus menjalani beberapa terapi yang dilakukan setiap minggunya. Dan pada dasarnya, Angie mengatakan terapi yang harus dilakukan untuk ‘membangunkan dan menyambung’ otaknya kembali.
Saat ini, menghadapi risiko mengalami Cerebral Palsy, tetapi diagnosis itu hanya dapat dilakukan dalam dua tahun lagi.
Terlepas dari semua tantangan yang akan ia hadapi, Angie memiliki pesan penting untuk semua orangtua ketika menghadapi bayi yang tidak berhenti menangis atau rewel:
“Anda bisa pergi menangis di suatu tempat, atau berteriak, atau bisa juga berbicara dengan seseorang. Keluarkan rasa frustrasi lebih dulu, kemudian kembali ke bayi dan mulailah dari awal lagi. Sampai hari ini, Xavier masih menangis. Dan masih sangat rewel,” paparnya
“Saya berharap seseorang yang membaca cerita ini menyadari bahaya mengguncang bayi. Karena sesaat kemarahan yang membuat ayahnya mengguncang Xavier mengubah bayi saya selamanya.”
Apa itu shaken baby syndrome? Mengapa mengguncang bayi sangat berisiko?
Dalam kondisi marah, atau merasa sangat frustasi saat melihat anak menangis, adalah mungkin bagi Parents untuk menggendong, dan mengguncang bayi secara berlebihan.
Namun, tahukah Parents bahwa beberapa detik setelah goncangan ini bisa sangat berisiko menyebabkan otak bayi yang masih rapuh bergeser ke belakang di dalam tengkoraknya. Kondisi ini bisa menimbulkan trauma otak yang tidak dapat diperbaiki. Inilah yang dikenal sebagai bayi yang terguncang atau sindrom bayi terguncang.
Kenali tanda-tanda sindrom bayi terguncang:
Gejala shaken baby syndrome
Gejala dapat bervariasi tergantung usia anak saat guncangan terjadi, seberapa sering dan berapa lama mereka mengalaminya, juga seberapa kuat guncangan yang mereka terima.
Cedera ringan dapat menimbulkan beberapa gejala. Misalnya:
- Anak menjadi rewel, kesal, atau lamban
- Muntah-muntah
- Tidak lapar
Sementara, seorang anak dengan cedera yang lebih parah mungkin memiliki gejala seperti:
- Kejang-kejang
- Detak jantung lambat
- Sulit mendengar
- Pendarahan di dalam satu atau kedua mata
- Gejala-gejala tersebut dapat terjadi dengan cepat, terutama pada anak yang cedera parah. Namun pada banyak kasus, diperlukan beberapa hari sampai gejala terlihat karena terjadi pembengkakan pada otak.
Kadang setelah menerima guncangan, bayi yang menangis akan diam dan tertidur. Sehingga pengasuh atau orangtua tidak menyadari bahaya yang terjadi pada bayi mereka. Karena terlambat, saat bayi akhirnya dibawa ke dokter, seringkali bayi sudah kejang hingga bisa mengalami koma.
Kiat pencegahan yang bisa dilakukan Parents
Sindrom mengayun atau mengguncang bayi terlaku keras bisa terjadi karena rasa frustrasi ketika merawat bayi. Misalnya, saat melihat si kecil terus menangis.
Untuk melindungi Anda ataupun si kecil dari risiko tragis akibat shaken baby syndrome berikut ini beberapa kiat penting:
- Jagalah emosi – Menjadi orangtua merupakan perjalanan yang panjang yang sangat membahagiakan dan tentunya cukup melelahkan sehingga berisikop terjadinya stres yang menyebabkan rasa emosi dapat dengan mudah lepas kendali. Pastikan Anda mengetahui bagaimana caranya menenangkan diri dengan cepat.
- Bagikan beban kerja dengan pasangan – Penting untuk mengatur dengan bergiliran merawat bayi bersama pasangan, orang tua, ataupun dengan pengasuh! Dengan sistem pendukung , tentu saja bisa mengurangi stres.
- Jangan lupa untuk beristirahat – Kontrol emosi Anda, semakin buruk kualitas tidur makan Anda akan berisiko untuk mengalami kelelahan dan memicu emosi lebih cepat.
- Jangan lupakan me time – salah satu faktor yang bisa membuat Anda bahagia, mengurangi rasa emosi yangberlebihan, tentu saja dengan menikmati me time. Carilah aktivitas yang mampu membuat Anda merasa fresh kembali.
- Cari sistem pendukung – Tak ada salahnya jika Anda ikut sebuah komunitas atau kelompok di mana Anda bisa mendapatkan dukungan dari keluarga atau teman.
- Memiliki harapan yang realistis – Karena kadang penggambaran tentang menjadi orangtua seringkali tidak sesuai dengan realita, oleh kerana itu, penting bagi Anda untuk menyesuaikan harapan sehingga bisa membantu mengurangi rasa frustrasi yang ada di depan mata.
Disadur dari artikel Nalika Unantenne, theAsianparent Singapura
Baca juga :
Jaga Emosi Saat Bayi Menangis, Waspadai Shaken Baby Syndrome Yang Mematikan