Ruptured plasenta, plasenta ruptus, atau plasenta lepas merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang serius. Ini terjadi ketika plasenta terlepas dari dinding uterus, baik keseluruhan ataupun hanya sebagian.
Lepasnya plasenta ini akan mengakibatkan aliran darah dari ibu ke bayi terhenti, termasuk juga oksigen. Dan dengan terputusnya oksigen, maka bayi akan beresiko mengalami hipoksia atau kekurangan oksigen. Sementara pada ibu bisa mengakibatkan pendarahan akut.
Plasenta lepas dapat terjadi seketika. Dan bila tidak ditangani langsung akan mengakibatkan ibu dan janin dalam kondisi mengkhawatirkan.
Gejala plasenta lepas
Kebanyakan kasus plasenta lepas terjadi pada trimester kedua atau ketiga, terutama beberapa minggu sebelum due date.
Baca juga: Waspadai Plasenta Lepas pada Trimester Kedua dan Ketiga
Ada tiga kategori plasenta lepas yang biasanya ibu alami; yaitu kategori ringan, sedang, dan berat.
Kategori ruptured plasenta ringan biasanya tidak menampakkan gejala apapun. Kondisi plasenta lepas mungkin diketemukan dengan pemeriksaan USG. Atau malah pada saat melahirkan dengan diketemukannya gumpalan darah atau stolsel di rahim ibu.
Sementara kategori sedang bisa mengakibatkan ibu mengalami pendarahan sebanyak 200-500 cc, disertai dengan rasa nyeri akut yang menetap, perut sepeti tertekan, kadang ada sedikit pendarahan di vagina.
Kategori ruptured yang berat terjadi karena plasenta lepas lebih dari setengah. Darah yang keluar bisa lebih dari lebih dari 500 cc. Perut ibu akan terasa tegang, dan bumil bisa mengalami shock hingga kemungkinan mengalami gangguan fungsi pada organ lain.
Gejala ruptus plasenta lainnya adalah rahim lunak dan terjadinya kontraksi rahim yang cepat dan sering.
Rasa nyeri tersebut terjadi karena ada darah yang keluar dari rahim melalui sel-sel otot rahim. Dan dengan adanya proses menutup luka akibat kondisi ini, kemampuan tubuh untuk menggumpalkan darah bisa mengakibatkan ibu ke pendarahan dibagian tubuh yang lain, seperti telinga, hidung, atau pori-pori tubuh.
Pada beberapa kasus, plasenta lepas terjadi secara bertahap dan sangat lambat. Tandanya bisa berupa flek, atau pendarahan vagina yang terjadi sesekali saja (intermittent vaginal bleeding). Janin ibu mungkin saja tidak akan tumbuh secepat yang diharapkan, ketuban ibu pun sedikit (oligohydramnios) timbul komplikasi lainnya.
Penyebab plasenta lepas
Penyebab spesifik dari Kondisi ini tidak pernah diketahui. Namun kemungkinan terbesar adalah karena adanya trauma atau luka pada perut bagian dalam. Mulai dari kecelakan mobil, terjatuh, atau karena hilangnya cairan ketuban.
Beberapa penyebab lain yang menyebabkan resiko plasenta lepas adalah:
- Pernah mengalami plasenta ruptus sebelumnya. Bila Bunda pernah mengalami plasenta ruptus sebelumnya maka kemungkinan mengalami lagi akan lebih besar.
- Tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi meski itu merupakan penyakit yang sudah menetap sebelum kehamilan atau akibat adanya kehamilan, akan meningkatkan resiko plasenta ruptus.
- Trauma pada perut. Trauma pada perut dikarenakan ibu terjatuh atau terkena pukulan dapat mengakibatkan plasenta terlepas
- Terpapar zat berbahaya. Terputusnya plasenta juga dapat terjadi karena ibu terpapar zat-zat berbahaya seperti pada ibu perokok atau biasa minum alkohol pada saat hamil.
- Pecah ketuban. Bila ketuban bocor atau pecah sebelum waktu lahir, maka resiko terjadi putusnya plasenta pun meningkat.
- Pengecilan pada rahim karena kondisi hidroamnion. Hidroamnion atau air ketuban yang berlebih bisa mengakibatkan plasenta tertekan ke dinding rahim dan mempengaruhi kekuatan plasenta untuk menempel pada rahim.
- Gangguan penggumpalan darah. Ibu dengan kelainan darah sukar menggumpal memiliki resiko plasenta ruptus lebih tinggi.
- Kehamilan ganda. Bila ibu terdeteksi hamil kembar, plasenta bisa tertekan ke dinding rahim. Atau pada kasus lain kelahiran salah satu bayi dapat mengakibatkan plasenta bayi yang lainnya terputus.
- Usia ibu saat hamil. Ruptured plasenta banyak terjadi pada ibu yang hamil diusia lanjut (diatas 40 tahun).
- Plasenta yang terlalu pendek.
- Kekurangan gizi
Komplikasi yang terjadi karena plasenta lepas
Terjadinya plasenta ruptus bisa sangat membahayakan bagi ibu dan bayi. Dan seperti disebutkan di atas, plasenta lepas bisa mengakibatkan gangguan kesehatan yang lain.
Pada ibu kondisi ini dapat mengakibatkan:
- Kondisi shock karena hilangnya banyak darah
- Terjadinya darah sukar menggumpal.
- Gagal ginjal atau masalah pada organ lain
Pada bayi plasenta lepas dapat mengakibatkan:
- Terhentinya aliran darah ibu ke bayi
- Kelahiran prematur
- Bayi meninggal di dalam kandungan
Setelah bayi dilahirkan, pendarahan dari tempat plasenta menempel dapat terjadi. Jika pendarahan ini tidak terkendali, ada kemungkinan dokter terpaksa mengangkat rahim ibu (hysterectomy).
Bunda, baca juga artikel menarik lainnya:
Gejala Melahirkan Prematur yang Perlu Diketahui Setiap Ibu Hamil
Apa yang Perlu Diketahui Saat Hamil 7 Bulan?