Standing ovation untuk Joey Alexander
Joey Alexander Sila, seorang jazz pianist yang lahir di Denpasar, Bali, 25 Juni 2003, berhasil menyita perhatian para pecinta musik dunia.
Penampilannya pada malam puncak Grammy Awards pada Senin malam, 15 Februari 2016 berhasil meraih standing ovation dari para penonton.
Meski tak menang dalam ajang Grammy Awards, prestasi Joey yang berhasil masuk dua nominasi sekaligus, Best Improvised Jazz Solo dan Best Jazz Instrumental Album, patut diacungi dua jempol.
Bagaimana perjalanan karir Joey?
Joey belajar jazz sejak usia 6 tahun. Ayahnya, Deny Sila, seorang musisi amatir. Sementara ibunya, Farah Leonora Urbach, masih memiliki hubungan saudara dengan lady rocker Indonesia, Nafa Urbach. Kakeknya, Roy Durand, juga suka musik dan main ukulele.
Tak heran memang jika darah seni musik sudah mengalir dalam diri Joey. Di usia 11 tahun, Joey telah mengeluarkan album pertamanya My Favorite Things, pada 12 Mei 2015.
Joey belajar jazz dari mendengarkan album-album klasik yang diberikan ayahnya dan tentu saja juga, dari Youtube. Saat usia 6 tahun dia belajar sendiri cara memainkan piano menggunakan miniatur keyboard elektrik.
Salah satu komposisi jazz yang dipelajari Joey adalah Well You Needn’t dari Thelonious Monk dan beberapa lagu lain dari koleksi jazz ayahnya.
Menurut Joey, belajar instrument merupakan sesuatu yang alami. Tiadanya sekolah khusus jazz di Bali membuat Joey memainkan jazz bersama musisi berpengalaman di Bali dan Jakarta pada banyak jam session.
Salah satunya bersama musisi jazz Indonesia ternama, Indra Lesmana.
Bagaimana cara melejitkan bakat anak sejak dini?
1. Biarkan anak menemukan bakatnya
Mungkin bakat musik Joey memang sudah ada sejak lahir. Secara genetik sebagian besar anggota keluarganya hidup menyenangi musik, namun itu belum semuanya.
Untuk tahu bakat anak secara spesifik, biarkan anak mengeksplorasi dirinya sendiri. Ayah Joey bermain piano dan gitar, meski bukan profesional.
Ketika melihat ayahnya bermain musik Joey bilang dia ingin bermain piano, lantas ayahnya mengajarkan dasar-dasar bermain piano. Joey kemudian mengeksplor diri dengan mendengarkan lebih banyak lagu jazz.
2. Fasilitasi anak untuk mengasah bakatnya
Ayah Joey kemudian membelikan keyboard elektrik agar Joey bisa lebih banyak berlatih.
Jika menurut Anda si kecil sudah menunjukkan bakat dan minatnya, segera fasilitasi. Anda bisa memasukkan anak ke sanggar yang sesuai dengan minat dan bakatnya.
3. Beri anak lebih banyak kesempatan menunjukkan bakatnya
Joey beruntung karena memiliki banyak kesempatan mengasah bakatnya lewat berbagai penampilan. Saat masih di Bali, lantas pindah ke Jakarta, Joey menabung jam terbang lewat jam session bersama musisi profesional.
Belakangan saat pindah ke Amerika pun Joey ikut berbagai kompetisi. Pada 2014 Joey pindah ke Amerika Serikat dan diundang oleh Wynton Marsalis untuk tampil pada sebuah gala Jazz di Lincoln Center.
Joey menang Grand Prix pada Master-jam Fest dan tampil di Montreal Internasional Jazz Festival dan Newport Jazz Festival pada 2015. Albumnya masuk dalam Billboard 200 chart di Amerika Serikat di urutan ke 59 pada Januari 2016.
Kemenangan akan memupuk rasa percaya diri anak dan semakin mencintai bakatnya.
4. Terima anak apapun kondisinya
Dalam sebuah penampilannya di hadapan icon jazz dunia, Herbie Hancock, Joey mengaku sangat grogi.
Dalam mengasah bakatnya, baik dalam bentuk kompetisi maupun penampilan lain, anak bisa saja tidak percaya diri, terutama jika dia melakukan kesalahan atau kalah saat mengikuti kompetisi.
Untuk itu orangtua harus memberikan perhatian lebih dan meyakinkan mereka, bahwa Anda akan tetap menerima mereka apapun kondisinya.
Jelaskan bahwa kekalahan adalah hal biasa dan mereka masih punya banyak waktu untuk memperbaikinya.
5. Berikan kepercayaan dan dukungan penuh
Saat usia 9 tahun, Joey bertemu seorang ikon jazz dunia, Herbie Hancock. Saat itu Herbie tampil di Jakarta sebagai utusan UNESCO.
Herbie melihat Joey bermain piano dan bilang bahwa dia mempercayai Joey dan bakat luar biasanya. Inilah titik balik dalam hidup Joey. Sejak saat itu Joey memutuskan mendedikasikan masa kanak-kanaknya untuk jazz.
Tak hanya itu,. Hal yang paling diingat Joey di sepanjang karirnya ialah dukungan setiap orang yang melihat penampilannya. “Orang-orang selalu bilang, ‘keep playing‘,” kata Joey.
6. Jangan bebani anak dengan bakatnya
Meskipun anak sudah menunjukkan bakat dan keberhasilannya dalam kompetisi atau penampilan, hindari memberikan beban atau menuntut apapun pada anak.
Biarkan mereka menikmati perjalanan mencapai tujuan dengan bakat yang dimilikinya. Biarkan ia menjalani proses yang akan membentuk diri dan kemampuannya.
“Jazz adalah musik yang sulit. Namun, kita jadinya benar-benar bekerja keras dan punya penampilan yang asyik, itu yang penting,” kata Joey pada New York Times.
Orangtua Joey punya bisnis pariwisata di Bali. Mereka orangtua yang lemah lembut, ramah dan sederhana, namun bangga dengan talenta Joey.
“Kami biarkan mengalir saja,” ujar ayah Joey. “Kami tak pernah mengharapkan apa-apa.”
Mari kita temukan bakat dalam diri anak dan membantu mengembangkannya sejak dini.
Sumber: nytimes.com, BBC.com
Baca juga:
Hebat! Anak 12 tahun asal Yogya raih prestasi di luar negeri sebagai pembalap sepeda