Mengatasi tantrum atau rengekan anak di depan umum mungkin adalah mimpi buruk bagi hampir semua orangtua. Tak jarang Parents nyaris putus asa ketika menenangkannya.
Apalagi jika teriakan anak mulai memuncak dan terasa mengganggu kenyamanan orang sekitar. Rasanya mungkin Anda ingin meninggalkan anak saat itu juga yang tergeletak hingga berguling-guling di lantai.
Berbagi pengalaman mengatasi tantrum di akun Facebook
Saat mengatasi tantrum anak, di sinilah kesabaran Anda sebagai orangtua diuji.
Anda mungkin merasa malu dan tidak enak hati karena teriakan anak yang mengganggu kenyamanan orang lain di sekitar. Tak jarang, beberapa orang mungkin menatap Anda sinis karena dianggap tak bisa menenangkan anak Anda sendiri. Namun di sisi lain, Anda tidak mau begitu saja menuruti keinginan anak yang mungkin tak masuk akal.
Sebenarnya hal ini bukan hanya Anda sendiri yang mengalami. Banyak orangtua di luar sana yang pernah merasakan ‘terjebak’ dalam situasi menyebalkan ini. Salah satunya adalah seorang ayah dengan akun Facebook Reed Wanadi.
Sosok ayah ini juga merasakan hal yang sama, ketika harus menghadapi rengekan anak di depan umum, sementara banyak orang lain yang menatapnya sinis. Mungkin omongan orang lain lah yang juga seringkali membuat Parents tambah dilema.
Padahal, kita tidak bisa begitu saja menuruti permintaan anak yang logikanya belum berkembang dengan baik, sehingga permintaannya pun seringkali tidak masuk akal.
Artikel terkait: Bila Emosi Anak Berlebihan – Queen/King of Drama!
Karena pengalamannya itu, ia mencoba berbagi pengalamannya dalam mengatasi tantrum pada anaknya yang berusia balita, dan pesan penting bagi para orangtua, melalui sebuah postingan di akun Facebook pribadinya.
Mendengar ocehan orang lain itu memang kadang-kadang bikin panas kuping. Namun hidup ini bukan buat menyenangkan orang lain. Kitalah yang bertanggung jawab atas hidup kita sendiri. Betul?
Ketika anak saya yang sulung sedang tantrum, menangis, merengek, lalu menjatuhkan dirinya sendiri ke tanah. Saya hanya melihatnya sembari menunggunya, menawarkan air minum untuknya, sambil sesekali bertanya: “sudah belum?”, “Sudah mau bangun?”, “Oke daddy tunggu ya”.
Sedangkan istri saya senyum-senyum sembari mengambil foto. Lucunya, orang yang lalu lalang di sekitar kami seolah menyindir, nyinyir, dan berbicara sok tahu:
“Itu anak di tolongin dulu kek..”
“Duh kasian, minta apa sih? Mainan? Diturutin dong, kok dibiarin gitu sih…”
“Kejam nih orang, anaknya dibiarin gitu aja, malah di foto-foto pula..”
…dan semacamnya
Kami tetap tenang, sambil menunggu anak kami yang berusia hampir 3 tahun ini bangkit sendiri.
Dalam proses ini, jangan ada kontak mata dengan si kecil, jangan di tinggal, tetap Awasi! Mengapa?
Karena tantrum itu artinya si anak sedang belajar mengendalikan diri, agar dia mampu mengelola emosi. Menuruti kemauannya tidak akan menyelsaikan masalah, karena menjadi tidak jelas, akan jadi serba salah semuanya. Hal ini juga mengajarkan tidak semua yang diinginkannya di dunia bisa teralisasi, juga bukan karena orangtuanya, rezeki itu ada.
Setelah dia bangkit, barulah sejajarkan posisi tubuh dengannya, minta ia mengatakan dengan jelas apa keinginannya.
Untunglah, saat itu di Gembira Loka Zoo yang terik. Coba kalau di mall, bisa lama adegan seperti ini.
Alhamdulillah dengan penanganan tantrum yang benar, anak kami tidak terlalu sering begini. Dia telah belajar bahwa tidak semua keinginannya bisa terwujud saat itu juga, dia belajar untuk mengendalikan emosi, dia sadar bukan begitu caranya meminta sesuatu.
Jadi jika kelak anak Anda tantrum, biarkan saja sambil diawasi. Tenangkan saja, sembari tanyakan apakah sudah mau menyelsaikan rengekannya.
Mau yang lebih cepat lagi penyelsaiannya, Anda ikutan berguling di lantai, dijamin si kecil batal tantrum, kalau Anda cukup punya mental boleh saja lakukan yang ini.
Salam Cemerlang
Menuruti semua kemauan anak bukan satu-satunya cara mengatasi tantrum
Mungkin Anda sering merasa ‘dipermalukan’ saat anak mengeluarkan ‘jurus tantrumnya’ di tempat umum. Melihat lirikan sinis dari orang lain pun turut menambah kekhawatiran Anda. Kondisi ini kerap membuat Anda lemah, sehingga banyak orangtua yang mengambil jalan pintas dengan buru-buru menuruti kemauan anak, demi menenangkannya.
Padahal, cara ini tidaklah baik dalam mendidik anak. Yang ada, salah-salah anak akan menggunakan ‘jurus andalannya’ ini demi mendapatkan apa yang ia inginkan.
Kita seringkali lupa bahwa ada hal yang lebih penting dari sekadar ketakutan kita akan penilaian orang lain, yaitu melatih kemampuan anak dalam mengelola emosinya.
Beberapa orang mungkin memang akan merasa terganggu. Namun, yakinlah bahwa setiap orangtua memiliki cara masing-masing dalam mengatasi anak mereka sendiri. Tidak perlu berfokus pada penilaian orang lain. Yang terpenting adalah, si kecil mendapatkan pelajaran yang berharga bagi bekal kehidupannya kelak.
Jadi, jangan takut untuk memberi ruang dan waktu pada balita Anda yang sedang mengamuk, termasuk di tempat umum. Biarkan si kecil belajar bahwa tidak semua keinginan di dunai bisa tercapai dan ada cara yang lebih baik untuk mewujudkan sebuah keinginan.