7 Alasan Mengapa Orang Tua Perlu Diskusi Soal Pornografi dengan Anak

Diskusi soal pornografi dengan anak barangkali belum jadi hal populer di masyarakat. Namun, parents perlu melakukannya lho.

Sebagai orangtua, kita ingin melindungi anak dari segala macam hal buruk yang mengincarnya. Tak terkecuali soal pornografi. Diskusi soal pornografi dengan anak akan menjadi hal yang menantang bagi orang tua.

Rasa ingin tahu anak terhadap berbagai macam hal sering menjadi boomerang baginya. Keingintahuan tersebut kadang membawanya pada pengetahuan yang berguna, tapi bisa juga jadi sesuatu yang tak baik untuknya.

Perlunya diskusi dengan anak soal pornografi

Sebelum kita terpenjara oleh rasa takut tentang pornografi yang mengincar anak kita, ini 7 alasan mengapa kita justru perlu mengedukasi mereka soal hal ini.

1. Cepat atau lambat anak akan mendapatkan materi pornografi di luar rumah

Terkadang, kita sudah susah payah melindunginya di dalam rumah lewat berbagai filter anti pornografi, namun, anak justru mendapatkan pengaruh tentang hal tersebut di luar rumah.

Diskusi soal pornografi dengan anak bisa dimulai dengan tema tentang apa yang akan dilihatnya di luar rumah. Sehingga ia tidak akan “kaget” jika bertemu dengan materi tersebut.

Dokter Robert Lehman menyarankan bahwa orangtua dapat membuka percakapan lebih dulu dengan anak.

“Aku akan mengatakan pada anak bahwa pornografi adalah gambar atau video yang menggambarkan posisi seksual tertentu atau melakukan aksi seksual. Aku akan mengatakan pada anak-anak bahwa pornografi adalah muslihat yang diberikan pada seseorang agar berpikir bahwa seperti itulah hubungan seksual yang sebenarnya, padahal bukan.”

2. Anak-anak mulai lebih logis

Semakin dewasa, pikiran anak-anak menjadi lebih kritis. Larangan, perintah, maupun saran yang tak logis hanya akan memunculkan rasa tidak percaya pada orang tua. Termasuk di antaranya ketika orang tua mulai menyarankan untuk menjauhi pornografi.

“Mereka butuh penjelasan bahwa hubungan seksual yang sebenarnya akan lebih dari apa yang mereka lihat di layar. Misal, penjelasan tentang dibutuhkannya kedekatan personal dengan pasangan yang sama sekali tidak dapat kita lihat di layar,” ujar dokter anak sekaligus ahli di bidang masalah remaja ini dalam wawancara bersama Parents.

Diskusi soal pornografi dengan anak adalah saat yang tepat bagi orang tua untuk menjelaskan mengapa seseorang melakukan tindakan pornografi. Mengapa seseorang merasa bahwa hal itu menggairahkan, dan apa yang dirasakan oleh orang-orang tersebut.

3. Anak-anak perlahan beranjak dewasa

Membicarakan pornografi bisa dimulai saat anak usia 10-12 tahun. Karena pada masa-masa itu, anak mulai memiliki rasa ketertarikan yang bersifat romantis pada orang lain.

Selain itu, mereka juga mulai merasa bahwa tubuhnya merasakan sesuatu yang tidak nyaman jika bersentuhan dengan orang-orang tertentu. Perubahan jelang pubertas ini akan mempengaruhi sudut pandangnya dalam melihat hubungan antara lelaki dan perempuan.

4. Banyak orang dewasa yang gagal jadi contoh

Jika orang tua khawatir anaknya bisa mengakses segala sesuatu tentang pornografi, maka seharusnya ia menjadi contoh yang baik. Jangan sampai anak menemukan materi pornografi milik orang tuanya sendiri.

Dalam beberapa kasus ketika anak memergoki materi pornografi milik orang tua, mereka justru melakukan pembenaran bahwa pornografi adalah hal yang biasa untuk orang dewasa. Lebih parahnya lagi, jika orang tua justru berkata bahwa pornografi itu adalah hal yang wajar bagi lelaki.

5. Pornografi membuat lelaki merasa superior dan perempuan jadi objek

Saat anak mulai tumbuh dewasa, mereka akan belajar bagaimana lingkungan sosial memperlakukan mereka sebagai lelaki maupun perempuan. Diskusi soal pornografi dengan anak akan berdampak pada persepsinya di masa depan.

Seorang anak lelaki yang menonton pornografi, ia akan merasa bahwa ia memiliki superioritas tertentu terhadap perempuan yang tidak benar-benar ia sadari sebelumnya. Sebaliknya, perempuan yang melihat pornografi akan merasa bahwa mereka pada akhirnya hanya akan jadi objek seksual lelaki belaka.

Hal tersebut tentu saja akan sangat berpengaruh dalam penghargaan pada nilai diri mereka sendiri. Misalnya soal hubungan dengan lawan jenis, postur tubuh ideal, dan tingkah laku yang sesuai dengan nilai yang keluarga Anda anut.

Membuat mereka paham bahwa pornografi bukan cerminan yang baik dalam memandang hubungan lelaki dan perempuan akan menyelamatkannya dari sudut pandang keliru soal peran yang akan mereka jalankan di kemudian hari.

6. Sekali lagi, soal penasaran

Diskusi soal pornografi dengan anak

Orang tua yang memiliki kedekatan batin dengan anak akan dapat “membaca” gelagat anak yang mulai penasaran dengan hal-hal berbau seksualitas. Hal ini wajar karena mereka sedang masuk masa pubertas.

Di masa ini adalah saat yang tepat untuk berdiskusi tentang perubahan hormon dan organ reproduksi mereka. Misalnya, dengan cara browsing internet bersama mengenai itu maupun membaca buku bersama.

Bagaimanapun, menurut Jan Paul dalam wawancaranya dengan laman Parents, ada ledakan hormon yang seringkali harus tetap disalurkan. Ajari mereka bagaimana jika mereka dapat mengatasi hal tersebut dengan sehat.

Artikel terkait : “Aku melihat anakku masturbasi.”

Veteran edukator untuk orang tua ini menyatakan bahwa anak menyukai pornografi karena mereka belum memahami pentingnya hubungan yang bertanggung jawab, kedekatan emosional, dan ketidak realistisan bentuk tubuh.

Akan ada banyak hal lucu maupun memalukan yang terjadi saat situasi itu terbentuk. Namun, saat sedang dalam masa seperti itu, bersikaplah seolah kalian adalah dua sahabat yang saling menceritakan rahasia masing-masing.

Jika diskusi soal pornografi dengan anak berlangsung lancar, maka Anda adalah orang yang beruntung untuk jadi tempat curhat tentang pengalaman pubertas pertamanya.

7. Mulai sejak dini

Profesor Horvath menyatakan bahwa lebih dari separuh remaja bisa membedakan mana film rekayasa dan mana yang bukan. Termasuk dalam hal pornografi.

Namun, ia menemukan fakta bahwa akan sulit bagi remaja untuk tidak terpengaruh pandangan keliru soal pornografi dengan seks dalam kehidupan yang nyata.

“Jika kita mulai mengajarkan tentang nilai-nilai kesetaraan dan rasa saling menghormati antar sesama pada usia 5-6 tahun, maka itu adalah perisai baginya di masa depan. Karena, saat mereka melihat pornografi di masa remaja, mereka akan bisa membedakan bahwa ada nilai yang keliru dari film yang mereka tonton tersebut,” jelasnya pada NYTimes.

Barangkali, ada di antara orang tua yang merasa terlambat untuk melakukan upaya pencegahan di atas. Namun, jangan khawatir. Anda masih dapat mencoba cara menghilangkan kecanduan pornografi pada anak.

Jika upaya tersebut tidak berhasil, mungkin ini saat yang tepat untuk mulai berbicara pada ahlinya. Psikolog dan psikiater akan membantu anak Anda dalam mengatasi ketergantungannya dengan pornografi.

Parents, jika diperlukan, sila hubungi Yayasan Pulih untuk konsultasi seputar masalah anak Anda.

Alamat Yayasan Pulih,  Jl.Teluk Peleng 63A, Komp. TNI AL Rawa Bambu. Pasar Minggu, Jakarta Selatan Telp: (021) 78842580. Anda juga bisa berkonsultasi lewat surel ke pulihcounseling@gmail.com.

 

Baca juga :

Bahaya Pornografi dan Kerusakan Hormon pada Diri Anak dan Remaja

Penulis

Syahar Banu