“Cinta ini membunuhku”, begitu lirik lagu band D’Masiv. Itu memang lagu tentang sepasang kasih yang sedang berpacaran. Tapi sebetulnya…untuk urusan mendidik anak, orangtua kadang mencintai anak secara berlebihan karena terlalu mencintai anak nya.
Kejadian yang dialami seorang teman lama saya mungkin bisa dijadikan contoh tentang mencintai anak yang berlebihan ini. Suatu hari, ia menelepon sambil menangis, curcol soal putranya yang diskor sekolah karena tertangkap basah merokok. Dengan berapi-api dia bilang “Gila tuh guru, anak gue kan alim, soleh…mana mungkin dia ngerokok… nggak tahu kali dia siapa gue.”
Di balik telepon, saya mesem-mesem saja. Soalnya, reputasi negatif putra teman saya ini sudah kelewat kondang sejak bocah ini masih berusia pra sekolah dulu. Sayangnya teman saya ini penganut filsafat “Right or Wrong is my Son” pokoknya apa pun yang dilakukan oleh anaknya selalu benar, dan anaknya tak pernah berbuat salah karena dia terlalu mencintai anak nya.
Waktu anaknya masih di TK dulu, saya ingat dia juga pernah marah-marah kepada guru TK yang melaporkan kelakukan buruk anaknya suka merebut makan siang teman sekelasnya. Padahal, memang itu yang terjadi. Tapi alih-alih menyelidiki kebenaran laporan tadi, dia malah memindahkan anaknya ke sekolah lain demi mencintai anak nya tersebut. Begitu seterusnya, setiap kali ada laporan negatif tentang anaknya, teman saya ini membela mati-matian tanpa pernah mau mengetahui dengan pasti seperti apa tingkah laku anaknya.
Bisa dipastikan apa yang dilakukannya adalah wujud rasa mencintai anak dan sayang, plus penyangkalan. Boleh jadi teman saya ini juga gengsi mengakui kalau ia gagal mendidik anak. Boleh jadi juga, dia menganggap setiap kelakukan buruk anak bisa diatasi dengan sekadar mengatakan “nggak boleh begitu ya,” tanpa ada teguran yang keras ataupun tindakan pendisiplinan yang sesuai dengan usia anak.
Ini yang lalu saya bilang mirip dengan lirik lagu D’masiv “Cinta ini membunuhku”. Atas dasar mencintai anak, teman saya mati-matian melindungi putranya tanpa sadar bahwa dengan begitu ia telah ‘membunuh’ kesempatan bagi sang anak untuk tumbuh menjadi anak yang baik.
Anda tentu tidak ingin hal ini terjadi pada anak Anda bukan? Solusinya sebenarnya gampang saja kok. Sekarang sudah ada begitu banyak buku yang bisa memandu Anda untuk menjadi orangtua yang penuh kasih sayang untuk mencintai anak, namun tetap bisa mengajarkan etika, budi pekerti dan disiplin kepada anak. Dan kalau ada tetangga atau guru yang melaporkan hal negatif tentang anak… jangan buru-buru meradang (kecuali kalau sang informan memang biang gosip yang suka adu domba orang) Justru harusnya Anda berterima kasih, karena telah diberi ‘petunjuk’ mudah untuk lebih mengenal anak Anda.
Rasa cinta yang berlebihan kepada anak kadang bisa menutup mata orangutan bahwa anaknya mungkin telah melakukan perbuatan yang kurang baik. Apabila ada tetangga yang mengatakan hal buruk tentang anak maka cobalah selidik terlebih dahulu agar tidak salah dalam menentukan langkah. Hal inilah yang dialami oleh orangtua yang mencintai anak dengan perasaan yang begitu dalam. Mari simak ulasan selengkapnya berikut.
Jangan Selalu Membela Anak
Kejadian tentang mencintai seorang anak yang berlebihan bisa dijadikan contoh agar bisa mencintai dengan baik. Suatu hari seorang ibu menelpon temannya dan mencurahkan isi hatinya. Ia bercerita jika anaknya diskor di sekolah karena tertangkap basah merokok. Dengan berapi api ia mengatakan bahwa anaknya bukanlah anak yang bandel dan tidak bisa diatur. Anaknya adalah sosok anak yang baik dan alim ditambah tidak merokok.
Sahabat yang mendapatkan curahtanya ini hanya mesem saja. Ia tahu jika reputasi anaknya memang negatif dan sudah kelewat kondang sejak ia masih berusia pra sekolah dulu. Sayangnya sang ibu ini merupakan ibu yang menganut apapun yang dilakukan anaknya selalu benar, dan anaknya tidak pernah berbuat salah karena dia selalu mencintai putranya ini.
Menegur Tindakan Anak Adalah Cara Mendidik yang Tepat
Waktu anaknya duduk di TK, bunda ini malah marah marah kepada guru yang melaporkan anaknya karena merebut makan siang teman sekelasnya. Padahal memamg sebenarnya hal inilah yang terjadi. Namun alih alih menyelidiki kebenaran, sang Bunda justru malah memindahkan anaknya ke sekolah lain. Hal ini tetap berulang setiap kali ada berita negatif yang masuk.
Bisa dipastikan hal ini adaah wujud dar rasa cnta yang begtu besar dari sang bunda kepad anakanya. Namun hal ini tentu bisa saja dikatakan gagal dalam mendidik anak karena sang Bunda tidak memberikan pelajaran yang baik untuk anaknya. Sehingga anakpun tidak pernah berubah dan hal ini merupakan tindakan membunuh anak secara perlahan.
Cara yang dilakukan sang bunda ini tentu merupakan kesalahan dalam mendidik anak. Seharunya anak tidak selalu dibela, namun juga diberikan pelajaran mana yang salah dan mana yang benar untuk dilakukan. Selain bisa mematikan sifat anak, ia juga akan tumbuh menjadi anak yang memiliki pribadi semena mena kepada sesamanya. Penting sekali untuk selalu memberikan pelajaran kepada anak sehingga ia tumbuh dengan baik.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.