Mencegah Stillbirth, Kematian Bayi di Dalam Kandungan

Tingkat kematian bayi di Indonesia cukup tinggi. Bumil, sebaiknya Anda mengetahui tanda-tanda stillbirth, faktor pemicunya, serta cara mencegahnya.

Stillbirth, atau bayi lahir mati, adalah lahirnya janin yang sudah meninggal tanpa ada kemungkinan untuk dilakukan resusitasi. Menurut WHO, definisi stillbirth adalah lahirnya bayi dengan tidak ada tanda-tanda kehidupan. Ada beberapa perbedaan batasan stillbirth di beberapa negara. Misalnya, di Singapura menganggap stillbirth bila bayi mati setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu atau lebih.

Namun di Indonesia, umumnya bayi dianggap lahir mati apabila mati lebih atau sama dengan 28 minggu umur  kehamilan. Bila bayi atau janin meninggal sebelum waktu tersebut, maka ibu hamil tersebut dianggap mengalami keguguran (abortus).

Klik image di bawah ini untuk baca lebih lanjut

Mengapa terjadi Stillbirth?

Pada banyak kasus, penyebab stillbirth tidak diketahui. Namun, beberapa penyebab umumnya adalah:

  • Pertumbuhan bayi yang sangat lambat
  • Terdapat masalah pada plasenta, misalnya insufficient blood flow/placental abruption (ferporasi plasenta dari dinding rahim)
  • Kelainan kromosom, genetik atau metabolisme pada janin
  • Kelainan struktural janin (birth defects)
  • Adanya masalah pada plasenta
  • Infeksi pada janin/ibu/plasenta
  • Hipertensi atau penyakit komplikasi lain pada ibu

Siapa yang berisiko mengalaminya?

Kemungkinan terjadinya stillbirth lebih besar pada ibu hamil yang memiliki kondisi berikut:

  • Mengalami obesitas
  • Pernah mengalami stillbirth/keguguran/komplikasi kehamilan sebelumnya
  • Hamil kembar dua atau lebih
  • Preeklamsia
  • Pernah melahirkan bayi prematur
  • Memiliki penyakit kronis misalnya sakit ginjal, tekanan darah tinggi, lupus, diabetes, tiroid, atau masalah pada pembekuan darah
  • Merokok, minuman keras, dan narkoba saat hamil
  • Diabetes atau Hipertensi

Gejala dan Tanda-tandanya

Bila gerakan janin tidak lagi terasa, perut terasa kram, atau adanya vaginal bleeding, segera periksakan kandungan Anda ke dokter. Dokter akan mengecek detak jantungnya dengan alat Doppler, lalu bila diperlukan USG dapat memperjelas kondisi janin. Pada beberapa kasus, USG dapat menjelaskan penyebab terjadinya stillbirth.

Bagaimana mengurangi risiko terjadinya stillbirth?

A. Sebelum hamil

  • Prenatal care yang baik sejak program kehamilan. Bila Anda memiliki risiko stillbirth, maka saat melakukan program kehamilan, konsultasikanlah kepada dokter Anda. Informasikan semua obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk obat herbal.
  • Bila Anda menderita diabetes atau hipertensi, pastikan kondisinya terkendali sebelum Anda hamil.
  • Mengkonsumsi folic acid (asam folat) 400 mikrogram sehari, satu bulan sebelum melakukan program kehamilan.
  • Bila Anda mengalami obesitas, turunkan dulu berat badan yang berlebih sebelum hamil.
  • Tidak merokok, tidak konsumsi alkohol, maupun obat-obatan terlarang

B. Selama hamil

Babycenter.com menuliskan bahwa Anda dapat memonitor tendangan bayi setiap hari setelah kehamilan berusia 28 bulan.

Ukurlah lama waktu yang dibutuhkan si bayi untuk melakukan 10 gerakan yang signifikan. Jika terdapat kurang dari 10 tendangan dalam 2 jam, atau Anda merasa si bayi tidak seaktif biasanya, segera ke dokter untuk dicek lebih lanjut.

Bumil, semoga informasi di atas bermanfaat.

Artikel telah ditinjau oleh:

dr. Diah Sartika Sari H, SpOG (K-FER)
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan
Rumah Sakit Bunda Citra Ananda

Baca juga artikel menarik lainnya:

Gejala Melahirkan Prematur yang Perlu Diketahui Setiap Ibu Hamil

Diabetes Gestasional, Kenaikan Gula Darah yang Hanya Terjadi Saat Hamil

Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.