Konsep CINTA, Cara Tepat Mencegah Anak Jadi Pelaku atau Korban Bullying

Khawatir anak jadi pelaku atau korban bullying? Yuk, praktikan prinsip C-I-N-T-A.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Bullying atau perundungan. Bentuk kekerasan seperti ini nyatanya masih marak terjadi di kehidupan sehari-hari ini. Tidak hanya dilakukan secara langsung namun juga bisa dialami lewat daring. Pertanyaannya selanjutnya, bagaimana cara mencegah bullying?

Tidak bisa dipungkiri, saat mengetahui si Kecil menjadi korbannya, Parents tentu akan ikut merasa terluka. Sebaliknya, saat anak menjadi pelaku, sebagai orang tua tentu akan merasa was-was. Bertanya-tanya, mengapa buah hati yang kita sayangi melakukan tindakan risak pada orang lain?

Faktanya, kasus bullying memang sangat memprihatikan. Bahkan masih kerap dijumpai di lingkungan sekolah.  Untuk itulah penting bagi Parents untuk memahami bagaimana mencegah bullying.

Memahami bahwa dampak perundungan sangat besar, tema ini pun diulas dalam salah satu rangkaian acara Festival Keluarga Kita 2022 yang belum lama ini dilangsungkan. 

Sesi Mencegah Anak Jadi Pelaku dan Korban Bullying? ini dibawakan oleh Rakhi Cintaka, psikolog anak dan remaja sekaligus learning designer sekolah.mu, Lucy Wiryono seorang business woman sekaligus ibu dari dua anak serta Gita Nur Patria, salah satu fasilitator Rangkul.

Tak ketinggakan, Najeela Shihab selaku founder Keluarga Kita  juga menyampaikan beberapa poin penting melalui video. 

Penasaran apa saja yang dibahas? Yuk, simak dalam ulasan artikel ini!

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: Dampak Bullying pada anak yang harus diwaspadai orangtua!

Memahami Bentuk dan Perilaku Bullying

Kata bullying memang sangat familiar di telinga. Namun, penting untuk digarisbawahi, bahwa tindakan perundungan sebenarnya berbeda dengan konflik yang bisa dialami anak di lingkungan sosialnya.

Sebab, ada kalanya anak menggunakan kata tersebut untuk merujuk pada peristiwa konflik karena mereka belum memahami maknanya. Sebaliknya ada pula anak-anak yang mengalami perundungan, namun belum dapat mengartikulasikan dengan tepat.

Oleh karena itu, kita pun sebagai orang tua perlu memahami karakteristik unik yang membedakan antara bullying dengan konflik yang dialami anak. Berikut adalah karakteristik yang membedakan antara konflik dan bullying:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Karakteristik

Konflik

Bullying

Power (kekuatan)

Masing-masing pihak punya kekuatan setara.

Ketidakseimbangan kekuatan, hanya terdapat pada satu pihak, yaitu perundung atau pelaku.

Pain (rasa sakit)

Tiap pihak dapat sama-sama merasa kesal atau sedih karena terjadi pertengkaran.

Hanya korban yang merasa kesal atau kesakitan.

Persistence

Hanya terjadi sesekali.

Terjadi secara terus menerus.

Rasa salah

Kedua pihak dapat merasa bersalah.

Pelaku tidak merasa bersalah.

Keinginan perbaiki situasi

Terdapat keinginan untuk memperbaiki situasi yang terjadi.

Tidak ada keinginan memperbaiki situasi dan terus terjadi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel Terkait: 5 Cara Mendidik Anak Agar Tidak Menjadi Pelaku Bullying, Parents Wajib Tahu!

Jenis Bullying yang Mungkin Bisa Terjadi

Artikel Terkait: Tak Bisa dengan Kata-Kata! Begini Cara Saya Mengatasi Bullying di Sekolah

Jenis bullying ini sebenarnya ada bermacam-macam, beberapa di antaranya adalah sebagai berikut, lengkap dengan contohnya:

  • Verbal: “Eh si gendut datang.”
  • Gosip: “Dia yang mengadu ke guru. Pasti dia suka sama si gendut.”
  • Mengucilkan: “Biarin ajalah dia duduk sendiri. Dia kan pengkhianat.”
  • Seksual: “Pantatnya gede banget kayak semangka, hahaha.”
  • Rasis: “Kulitnya hitam kayak orang Afrika.”
  • Fisik: “Anak mengalami tendangan, pukulan dan bentuk tekanan fisik lain.”
  • Cyberbullying: Komentar di media sosial, “Mereka cocok pacaran. Sama-sama kampungan.”
  • Ancaman: “Kalau kamu berteman sama dia, kamu akan tanggung akibatnya.”

Memberi Dukungan yang Tepat pada Anak

Adalah wajar jika Parents merasa sedih dan bingung pada saat mendengar buah hati menjadi korban bullying, pun jika menjadi pelaku. 

Dalam hal ini, Najeela Shihab dan Gita Nur Patria menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk mencegah bullying dengan memahami dan mempraktikan konsep C-I-N-T-A. CINTA yang dimaksud adalah Cari cara, Ingat impian tinggi, Nerima tanpa drama, Tidak takut salah, dan Asyik main bersama.

Berikut adalah penjelasan lebih lanjut tentang praktik CINTA untuk mencegah bullying:

  • Cari Cara

Hal penting yang perlu dilakukan orang tua adalah mencari cara membuka diri agar jadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak untuk bercerita. Terkadang anak belum dapat mengidentifikasi peristiwa bullying yang dihadapinya. Orang tua dapat mengamati perubahan sikap yang terjadi dan membuatnya nyaman untuk menceritakan peristiwa apa yang dialaminya lebih lanjut.

  • Ingat Impian Tinggi

Selanjutnya, penting bagi kita sebagai orang tua untuk percaya bahwa anak mampu menjaga dirinya sendiri. Untuk itu, jangan lupa untuk membekali atau mempersiapkan anak untuk bisa speak up jika terganggu atau merasa tidak nyaman. Ajarkan anak untuk bisa mengidentifikasi dan mengutarakan perasaannya pada orang lain. 

  • Nerima Tanpa Drama

Sedih, panik, marah, bahkan ingin langsung memarahi pelaku perundungan? Tunggu dulu, hal penting lain yang perlu dilakukan orang tua adalah bersikap tenang. Setelah itu membantu anak mencari strategi menenangkan diri ketika berada dalam situasi konflik atau perundungan.

  • Tidak Takut Salah

Jangan lupa, sebagai orang tua kita tentu saja perlu menunjukan kepada anak bagaimana cara menyelesaikan konflik yang sehat. Latih anak untuk memiliki keterampilan dalam menghadapi  konflik yang dihadapinya. Caranya, tentu saja menjadi contoh konkrit.

Hal ini bisa lewat berbagai cara, salah satunya saat menhadapi konflik dengan pasangan. Anda dan pasangan tentu perlu memperlihatkan pada anak bagaimana menyelesaikannya dengan baik, bukan lewat tindakan kekerasan.

Ingat, anak adalah peniru yang ulung. Ia akan belajar bagaimana menghadapi konflik atau bahkan perundungan dari bagaimana orang tuanya menghadapi masalah.

  • Asyik Main Bersama

Sederhana namun nyatanya memiliki dampak  yang besar untuk mencegah bullying. Jangan lupa untuk menyediakan waktu berkualitas bersama anak. Rutin bermain bersama untuk membangun hubungan yang semakin kuat dan hangat. Tanpa disadari, lewat aktivitas ini anak bisa bersikap terbuka dan mengungkapkan jika sedang menghadapi situasi sulit, termasuk saat mengalami perundungan.

Bagaimana, mencegah bullying sebenarnya tidak sesulit yang dibayangkan bukan?

***

Baca Juga:

Bullying di Sekolah

Anak Korban Bullying Berpotensi Jadi Pelaku Bully, Parents Harus Waspada!

Apa Itu Beauty Bullying? Ketahui Dampak Buruk dan Cara Menghentikannya

Penulis

Ella Sandi