Harap Harap Cemas Menanti Vaksinasi COVID bagi Anakku yang Kurang dari 12 Tahun

Sambut HKN 2021, H2C Menanti Vaksinasi COVID-19 bagi Anak Berusia kurang dari 12 Tahun

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Menyambut Hari Kesehatan Nasional pada tanggal 12 November Tahun 2021, Indonesia masih harus bergulat dengan penanganan pandemi COVID-19. Sebagaimana kita ketahui, pandemi ini merupakan krisis kesehatan global di mana pada tanggal 11 November 2021, data John Hopkins University mencatat kasus COVID-19 di dunia terdapat 251,3 juta kasus dan angka kematian mencapai 5 juta kasus. Ini tentu jadi perhatian buatku yang masih menanti vaksinasi COVID bagi anakku, yang keduanya masih berusia di bawah 12 tahun.

Di sisi lain, kita patut bersyukur bahwa pada tanggal 25 Oktober 2021, Indonesia ditetapkan sebagai negara level 1 dengan tingkat penularan COVID-19 rendah oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC USA). Glorifikasi rasa syukur itu, juga kita tidak boleh melupakan ada duka yang mendalam dengan angka kematian akibat covid ini sudah mencapai lebih dari 143 ribu jiwa penduduk Indonesia terenggut.

Ada anggota keluarga, sanak saudara, kolega, tetangga kita di seluruh penjuru negeri ini yang merasakan kepedihan dan kesedihan akibat pandemi berkepanjangan selama hampir 2 tahun. Oleh karena itu, kita tidak boleh lengah dan harus selalu waspada dengan menjalankan protokol kesehatan sebaik-baiknya.

Mengapa Saya Masih Khawatir?

Pada tatanan level 1, tampak pemandangan keseharian menunjukkan aktivitas penduduk Indonesia mulai back to normal life. Perekonomian disinyalir mulai tumbuh kembali. Keriuhan orang bekerja, berdagang, ramainya tempat destinasi wisata, angkutan umum yang terisi 70% dari kapasitas normal, hingga pelaksananaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT) di sekolah di hampir seluruh wilayah NKRI.

Akan tetapi, sebagai penyintas dan masih merasakan duka yang mendalam akibat COVID-19 yang telah merenggut nyawa bapak, geliat kehidupan yang mulai kembali normal ini justru semakin membuat was-was. Kesadaran masyarakat untuk menggunakan masker terlihat semakin menurun. Terpantau pula di lingkungan sekitar sudah semakin banyak orang malas bermasker.

Pun, semakin banyak orang-orang yang berkumpul dan beranjangsana tanpa menjalani protokol kesehatan (prokes) dengan baik. Anak-anak di sekitar rumah pun, bermain santai, berkumpul tanpa menggunakan masker. Belum lagi pelaksanaan PTMT 1 minggu sekali yang mengharuskan anak-anak belajar di sekolah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Harap-harap Cemas Menanti Vaksinasi COVID bagi Anakku 

Sebagai ibu dari anak-anak berusia 10 tahun dan 6 tahun, kekhawatiran terbesar saya adalah bagaimana supaya anak-anak jangan sampai terpapar virus bandel ini. Terlebih lagi yang berusia 6 tahun juga merupakan penyintas COVID-19, padahal anak-anak sudah diajarkan dan dicontohkan untuk menjalankan prokes 3M sebaik-baiknya.

Alhamdulillah, ternyata pemerintah mulai merencanakan dan menganggarkan vaksinasi bagi anak-anak berusia 6 – 11 tahun di tahun 2022 nanti. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan membutuhkan 58,7 juta dosis untuk vaksinasi anak di bawah 12 tahun. Sebab kelompok anak usia itu ada 26,4 juta dan membutuhkan dua dosis vaksin Covid-19.

"6-11 tahun ada 26,4 juta, butuh 58,7 juta dosis belum ada di anggaran kita. Dimasukkan anggaran tahun depan. Baik booster satu kali yang PBI maupun juga anak kita rencanakan anggaran tahun depan," kata Menkes dalam paparannya di rapat bersama Komisi IX DPR, Senin (8/11/2021).

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di dunia ini, sudah ada tiga jenis vaksin yang mengantongi izin penggunaan darurat untuk anak di bawah 12 tahun yaitu Sinovac, Sinopharm dan Pfizer, namun diperuntukkan dengan kondisi yang berbeda-beda. Sebagai informasi, vaksin Sinovac dan vaksin Sinovac buatan Bio Farma telah mengantongi izin penggunaan darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan POM untuk digunakan anak 6-11 tahun.

Berdasarkan uji klinis pada aspek keamanan dan imunogenitas menunjukkan 96%. Sementara efikasi vaksin mengikuti pada uji klinis sebelumnya sebesar 64%.

Mari Berkenalan dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Vaksin COVID-19

Mengingat peristiwa Outbreak Response Immunization (ORI) Difteri pada akhir tahun 2018, anak kedua saya yang pada saat itu berusia 3 tahun mengalami KIPI vaksin ORI Difteri. Malam hari setelah diimunisasi ORI Difteri tersebut, mengalami demam hingga 38,5 derajat C selama hampir 3 hari.

Rewelnya minta ampun dan susah tidur, alhasil saya pun harus begadang menenangkan dan memantau suhu tubuhnya. Alhamdulillah, setelah dikompres kepalanya dengan kompresan instan dan memberikan paracetamol, di hari ketiga suhu tubuhnya mulai normal kembali. Namun, si bocah nomor 2 ini merasakan sedikit trauma dan bicara kepada saya tidak mau disuntik lagi, hehe.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Nah, menghadapi vaksinasi COVID-19 nantinya untuk anak-anak berusia 6-11 tahun, melalui situs: covid19.go.id dan unicef.org, ada beberapa hal yang patut diketahui oleh masyarakat terkait KIPI vaksinasi ini, yang bisa terjadi oleh siapa pun pada semua tingkatan usia, antara lain:

1. Apa saja yang termasuk KIPI?

KIPI bersifat ringan dan bersifat sementara, antara lain: demam (ditandai dengan suhu di atas 37,8°C), sakit kepala atau nyeri otot, nyeri sendi, mual atau muntah, nyeri pada lengan, di tempat suntikan, menggigil, rasa lelah.

2. Mengapa saya mengalami KIPI?

Reaksi vaksin dalam tubuh dapat berbeda pada masing-masing individu. Sebagian besar tidak mengalami keluhan atau keluhan ringan pasca vaksinasi.

Beberapa orang yang memiliki alergi terhadap zat tertentu mungkin mengalami reaksi segera setelah divaksinasi. Akan tetapi, hal ini sangat jarang terjadi. Sebagai antisipasi, setiap penerima vaksin diminta menunggu di lokasi vaksinasi selama minimal 15 menit untuk dipantau keadaannya.

3. Jika mengalami reaksi ringan seperti di atas, apa yang harus saya dilakukan?

Jika merasa tidak nyaman, Anda sebaiknya beristirahat. Jika dibutuhkan, Anda dapat menggunakan obat penurun panas sesuai dosis yang dianjurkan dan minum air putih dengan cukup

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Jika terdapat rasa nyeri di tempat suntikan, tetap gerakkan dan gunakan lengan seperti biasa. Apabila perlu, kompres bagian yang nyeri dengan kain bersih yang dibasahi dengan air dingin.

4. Kapan saya perlu menemui tenaga kesehatan?

Jika demam timbul lebih dari 48 jam setelah vaksinasi, atau berlangsung lebih lama dari 48 jam, Anda harus isolasi mandiri dan melakukan tes COVID-19.

Jika keluhan tidak berkurang, penting untuk tetap tenang dan segera menghubungi petugas kesehatan di nomor kontak yang tertera di kartu vaksinasi Anda.

5. Mengapa saya masih harus menerapkan prokes 3M, padahal saya sudah divaksinasi?

Perlindungan optimal baru terbangun dua pekan setelah vaksinasi dosis kedua.

Walaupun jarang terjadi, masih ada orang yang tertular COVID-19 meskipun telah divaksinasi. Akan tetapi, gejala COVID-19 pada orang yang sudah divaksinasi umumnya ringan. Sebagian orang bahkan tidak mengalami gejala apa pun.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penting untuk dipahami bahwa orang tanpa gejala (OTG) masih dapat menulari orang lain tanpa disadari. Oleh karena itu, kita harus tetap menggunakan masker, menjaga jarak aman, dan rajin mencuci tangan pakai sabun.

Jadi, jika aku boleh sedikiti berbahagia menanti vaksinasi covid bagi anakku, maka demikian pula para orang tua yang punya anak-anak berusia 6-11 tahun. Namun, jangan lupa juga, para orang tua seyogyanya mencontohkan dan memberikan arahan yang baik kepada anak-anak untuk terus menjalan prokes 3M ya.

Ditulis oleh Dwi Handriyani, UGC Contributor theAsianparent.com

Artikel UGC lainnya:

id.theasianparent.com/bonding-orang-tua-dan-anak

id.theasianparent.com/mpasi-pertama-maryam

id.theasianparent.com/kebiasan-baik-saat-makan-di-luar-bersama-anak