Tragis, ibu 3 anak ini meninggal karena digigit hamster

Rupanya, sang ibu berusaha memisahkan dua ekor hamster peliharaannya yang sedang berkelahi.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Apakah memelihara hamster berbahaya? Sebuah tragedi yang ganjil terjadi pada sebuah keluarga di Singapura, ketika seorang ibu dari 3 anak meninggal setelah digigit oleh hamster peliharaannya sendiri.

Ia meninggalkan 3 orang putri berusia antara 2 dan 10 tahun.

Bahayakah memelihara hamster? Sebuah kematian yang mengejutkan akibat gigitan hamster

Insiden ini dimuat pada surat kabar Cina, Lianhe Zaobao. Sang ibu, seorang mantan perwira polisi yang kemudian berganti profesi menjadi pegawai negeri, digigit ketika ia berusaha memisahkan dua hamster peliharaannya yang sedang berkelahi.

Awalnya, ia merasakan lidah dan tangannya kebas. Anggota keluarganya kemudian memanggil ambulans.

Secara mengejutkan, ia langsung koma dan meninggal pada tanggal 25 Mei 2018 setelah enam hari menjalani perawatan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Diketahui, ia menderita reaksi alergi yang parah dari gigitan hewan.

Menurut akun Facebook Hamster Help Singapura, korban diduga meninggal karena syok anafilaksis dari gigitan hamster. Berikut kutipan dari akun Facebook tersebut:

“Untuk orang dengan alergi yang parah, ketika mereka terekspos alergennya, mereka bisa mengalami reaksi yang mengancam nyawa yang disebut anafilaksis. Sebagai akibatnya, sistem kekebalan tubuh mereka mengeluarkan zat-zat kimia yang memenuhi tubuh. Ini bisa memicu syok anafilaksis yang bisa mematikan.

Anafilaksis dan Syok Anafilaktik

Jika seseorang memiliki alergi (terutama pada sengatan serangga, makanan, atau obat-obatan tertentu), sangat penting diketahui bahwa kadang-kadang, reaksi alergi bisa lebih parah.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Orang tersebut bisa mengalami kesulitan bernapas, tekanan darah turun, dan lidah membengkak. Gejala ini dikenal sebagai anafilaksis atau syok anafilaktik, ini bisa terjadi tiba-tiba dan mengancam nyawa.

Faktor risiko untuk anafilaksis atau syok anafilaktik antara lain:

  • pernah mengalami reaksi anafilaksis sebelumnya.
  • alergi atau asma.
  • memiliki sejarah keluarga yang menderita anafilaksis.

Gejala anafilaksis antara lain:

  • susah bernapas
  • tenggorokan rasanya seperti tertutup
  • susah berbicara
  • reaksi pada kulit seperti gatal-gatal
  • merasa kepanasan
  • mual, muntah, atau diare
  • sakit perut
  • denyut nadi atau lemah atau justru sangat cepat
  • lidah atau bibir bengkak
  • tangan, kaki, mulut atau kulit kepala berasa geli
  • hidung meler dan bersin-bersin
  • susah menelan

Jika anafilaksis telah berubah menjadi syok anafilaktik, gejalanya seperti:

  • kesulitan bernapas
  • bingung
  • hilang kesadaran 

Anafilaksis membutuhkan perawatan segera karena situasinya bisa memburuk dengan sangat cepat. Ini sebabnya para dokter selalu menyarankan orang yang memiliki alergi parah untuk selalu  membawa obat bernama epinephrine.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Memelihara hamster: Aman atau berbahayakah?

Banyak hal yang bisa menjadi penyebab anafilaksis, bukan hanya karena memelihara hamster. Kejadian yang sangat tidak biasa ini memang membuat kasus ini mengejutkan. Tapi memelihara hamster relatif aman kok, Parents tidak usah takut!

Jika Anda memiliki alergi yang cukup parah terhadap hal lain (seperti makanan atau pengobatan tertentu), berhati-hatilah dalam menangani hewan (apapun, tak hanya hamster), karena Anda mungkin tidak tahu kalau Anda alergi terhadap gigitan hewan tersebut sampai Anda benar-benar mengalaminya. Jika Anda memelihara hamster dan sampai mengalami gigitan, lakukan hal-hal berikut:

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan
  • Segera basuh luka dan keluarkan sebanyak mungkin darah untuk mencegah teracuni darah.
  • Oleskan/semprot yodium untuk membunuh bakteri.
  • Untuk amannya, lakukan suntikan tetanus di dokter.

 

Artikel disadur dari tulisan Jaya di theAsianparent Singapura.

Baca juga:

id.theasianparent.com/reaksi-alergi-parah-akibat-susu/