Alat kontrasepsi berupa IUD atau yang biasa disebut sebagai KB Spiral sering menjadi pilihan para ibu karena dianggap sebagai alat pengontrol kehamilan yang paling aman dan nyaman karena tidak berpengaruh pada hormon. Namun, dari banyaknya kisah sukses pemakaian KB IUD, terselip sebuah kisah memilukan tentang seorang ibu yang justru alami cedera saat penggunaan KB Spiral tersebut.
Ibu itu bernama Nur Aini. Melalui sebuah status Facebook, ia berbagi pengalaman tidak mengenakkannya kepada teman-temannya. Siapa sangka, postingan curhatnya menjadi viral dan dibagikan oleh ribuan orang.
Mau operasi tapi bingung sama adek Rasyid yang masih berusia 1 tahun 1 bulan. Nggak tega ninggalin dia. Berawal dari rasa sakit di bagian perut sebelah kiri yang terus menerus. Kata suami kurang minum, makanya minum air putih yang banyak. Namun masih sering sakit terutama kalau lagi gendong si adek. Buat ngilangin sakit cuman minum asmet (asam mefenamat).sampai akhirnya waktu kontrol IUD/spiral, tiba di USG. Terus dokter bilang IUDnya nggak ada. Dia minta izin untuk USG transvaginal lewat bawah. Hasilnya tetep nggak ada juga. Kemudian dokter Obgyn membuat rujukan untuk ke RS. Pasar Rebo. Setelah antri sana sini, bayar sana sini bolak-balik di USG lagi, hasilnya tetap nggak ada, USG transvaginal nggak ada juga. terus di sonde. Entah diapain sakitnya bukan main. Di kail, disendok-sendok, ditusuk-tusuk dibolak-balik dicari di dalam sana tetap nggak ketemu juga. Kemudian dokter Obgyn menyarankan untuk dirontgen. Setelah dirontgen, ketemulah itu IUD di dalam rongga pelvis dengan kedudukan translokasi. Terus kembali bertemu dokter Obgyn. Karena terlalu lama antri di rumah sakit, saya dan suami langsung menuju bidan di Lenteng Agung tempat saya cesar dulu karena kebetulan di situ ada dokter Obgyn juga. Kembali di USG yang ke 3 kalinya nggak ada juga. Terus di sonde lagi. Kata dokternya, siapa tau rejeki ibu bisa keluarin IUD tanpa operasi. Padahal bekas sonde di RS Pasar Rebo masih berasa sakit, pendarahan pun belum selesai. Terus di sonde lagi rasanya bener-bener sakiiiiiitttt sampe refleks nangis sekenceng-kencengnya. Mau tarik nafas juga susah nahan sakit. Dikail, ditusuk-tusuk, disendok, dibolak balik buat ngeluarin IUD tapi tetep nggak ketemu juga. Jalan akhir operasi… Ini adalah ke-tiga kalinya saya operasi. 2 kali operasi cesar dan yang kali ini operasi pengambilan IUD. Ditambah lagi sekalian steril tapi saya blm siap untuk steril. Entah gmn nanti. Semoga Allah memberi jalan yg terbaik untukku dan keluargaku. Amin…
Status tersebut dibagikan oleh lebih dari 8000 akun di Facebook. Ia tak menyangka bahwa curhatannya mendapatkan banyak dukungan dari berbagai pihak disertai dengan pengalaman para ibu lainnya dengan alat kontrasepsi.
Sebelum mencoba pemakaian KB IUD, Nur Aini menggunakan KB Suntik. Sekalipun tidak ada masalah rahim, pemakaian KB suntik membuat siklus haidnya terganggu hingga tak pernah haid sama sekali. Hal itu jugalah yang membuatnya punya pertimbangan untuk mencoba pemakaian KB IUD.
Saat ini, kondisi yang ia rasakan masih seputar rasa nyeri yang cukup sering di perut, “Karena adanya translokasi IUD ini, untuk sekedar menghilangkan rasa nyeri, saya minum asmet (asam mefenamat) atau paracetamol,” tutur ibu dua anak ini.
Dokter yang menanganinya menyatakan bahwa mestinya ia melakukan operasi atau laporoskopi. Namun, ia harus berhati-hati karena sebelumnya ia pernah cesar sebanyak dua kali.
Selain memikirkan anak, saat ini ia juga belum terdaftar sebagai peserta BPJS, “Mengambil benda kecil seperti IUD tidak semudah mengambil benda besar di perut seperti saat cesar dulu. Dokter mengkhawatirkan bahwa ada perlengketan di bekas operasinya. Belum lagi kadang tertutup lapisan-lapisan usus. Jadi saya masih pikir-pikir,” jelasnya.
Translokasi yang terjadi padanya adalah kasus yang jarang terjadi pada pengguna KB IUD. Bahkan, Nur Aini menulis status lanjutan bahwa ada bidan yang mengatakan padanya bahwa kondisi seperti yang ia alami hanya bisa terjadi 1:1000 atau 0,001%.
Hal ini diakui oleh Bidan Esih Badrudin. Selama 22 tahun masa karirnya sebagai bidan, kegagalan pemakaian KB IUD belum pernah ia temui sebelumnya, “kalaupun ada kasus seperti itu, maka akan langsung saya rujuk ke dokter SpOG.”
Menurutnya, semua metode KB pada dasarnya baik karena dibuat berdasarkan evident base dan tenaga kesehatan pemberi pelayanan yang telah teruji kompetensinya. Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa bahkan dalam teorinya, memang tak pernah disebutkan bahwa pemakaian KB akan 100% pasti berhasil.
Kebanyakan, orang mengira bahwa pemakaian KB hanya beban wanita semata. Padahal, kini ada alat KB untuk lelaki yang bukan kondom. Alat KB tersebut populer dengan nama Vasektomi atau biasa disebut dengan MOP.
Artikel terkait: Karena KB Bukan Hanya Tanggung Jawab Istri, Anang akan Lakukan Vasektomi
“MOP sudah cukup populer dan kami mencoba menyosialisasikan ini kepada masyarakat. Bahkan BKKBN telah melatih tim MOP di kabupaten/kota seluruh Indonesia,” tutub Bidan Esih.
Nur Aini berpesan kepada para ibu untuk memperhatikan gejala apapun yang berkaitan dengan kontrasepsi yang digunakan, “kalau merasa ada nyeri-nyeri di area rahim atau perut, segera kontrol saat itu juga. Jangan nunggu jadwal kontrol tiba. Jadi bisa meminimalisir kejadian translokasi IUD seperti saya.”
Baca juga:
3 Keluhan saat Pakai KB IUD dan Cara Mengatasinya, Cek di Sini!