Perdagangan manusia telah memakan banyak korban, tetapi pelakunya sulit ditangkap karena mereka bertindak dengan strategi yang cerdas dan matang. Namun, bila kita selalu waspada dimanapun berada, maka kita bisa menghindari mereka, seperti yang dilakukan Diandra Toyos.
Diberitakan oleh Inspire More, Diandra bercerita bahwa ia mengajak ketiga anaknya untuk berbelanja sofa di IKEA. Saat mereka sedang asyik memilih sofa, Diandra menyadari ada lelaki mencurigakan yang terus mengawasi mereka. Ketika itulah Diandra tahu bahwa keluarganya sedang menjadi target penculikan untuk perdagangan manusia.
Di akun Facebook-nya, Diandra mengunggah sebuah foto saat dirinya sedang mencoba sebuah sofa bersama anak-anaknya, sesaat sebelum ia menyadari kehadiran orang mencurigakan. Foto tersebut disertai caption panjang, berisi peringatan bagi semua orangtua.
Foto ini diambil oleh ibu Diandra, tak lama kemudian ia menyadari ada orang yang terus mengawasi gerak gerik anak-anaknya.
Diandra mengaku dirinya membaca sebuah postingan viral, berisi kisah tentang seorang ibu yang menuturkan kejadian saat keluarganya jadi target pelaku perdagangan manusia. Diandra merasa bahwa dia harus waspada, meski ia juga berpikir bahwa hal tersebut takkan pernah terjadi padanya.
Namun ternyata Diandra mengalaminya saat sedang berbelanja sofa, berikut ini adalah kronologis kejadiannya.
Ternyata, itu terjadi padaku
Beberapa hari lalu, aku dan ibuku membawa anak-anak ke Ikea. Aku punya tiga anak, seorang putri (4 tahun) dan dua orang putra (1,5 tahun dan 7 minggu). Kami menikmati waktu berbelanja, dan bersama-sama mencari sofa yang bagus.
Kami sedang berada di area sofa, dan anak-anak menaiki setiap sofa untuk mencoba kenyamanannya. Putriku sedang meyakinkanku mana sofa yang harus kami beli, putraku asyik berjalan dari satu sofa ke sofa lainnya, duduk di setiap sofa. Bayiku sedang meringkuk di gendongan, tertidur lelap.
Setelah beberapa menit, aku menyadari kehadiran seorang lelaki paruh baya dengan pakaian rapi. Dia berkeliling di sekitar area tempat kami berada, perlahan-lahan semakin dekat denganku dan anak-anak.
Satu ketika, dia benar-benar ada di hadapan kami, aku langsung menempatkan diriku di antara dia dan anakku yang sedang asyik kesana kemari.
Aku punya firasat buruk
Dia terus bergerak memutari area sofa, memandangi anak-anakku. Kadang-kadang dia mengambil sesuatu, berpura-pura memeriksa benda itu, tapi malah menatap ke arah kami.
Ibuku juga menyadarinya, dan mengatakan bahwa kami harus waspada terhadap lelaki asing itu.
Kami berpindah tempat, dia mengikuti dalam jarak dekat
Putraku berjalan ke arah salah satu ruang pameran di seberang area sofa, dan aku mengikutinya, putra bungsuku tetap terikat dalam gendongan bersamaku.
Ibuku mengatakan, dia melihat pria itu menghentikan apa yang sedang ia lakukan dan dengan cepat mengikuti kami ke ruangan tersebut.
Pada saat yang sama, ibuku juga menyadari ada pria lain yang berpakaian kasual berusia sekitar 20-an. Pria muda itu tidak melihat ke arah kami, namun berjalan dengan pola memutar yang sama di sekitar kami seperti pria paruh baya tadi.
Ibu dan aku memutuskan untuk duduk dan menunggu mereka pindah tempat. Aku punya firasat bahwa sesuatu sedang terjadi, dan kami berharap apa yang kami curigai adalah salah.
Jadi, kami duduk di salah satu ruang pameran kecil, selama hampir setengah jam. Mereka juga duduk di sana. Mereka duduk di sofa yang menghadap kami.
Saat itulah kami menyadari bahwa, firasat kami benar. Selama kami duduk, mereka juga ikut duduk tanpa berpindah, ketika kami berdiri, merekapun langsung ikut berdiri.
Kami melanjutkan langkah, ibuku berbalik ke belakang, dia melihat kalau dua lelaki itu telah berpindah. Mereka duduk dengan jarak satu sofa di antara mereka, dan tetap menghadap ke arah kami.
Pria yang lebih tua masih mengawasi kami. Ibuku memandang langsung ke mata pria itu, dengan jelas memberitahu mereka bahwa kami mengetahui keberadaan mereka.
Kemudian kami berpindah lagi.
Kami berhasil lolos dari pantauan mereka. Kami bicara dengan petugas Ikea, memutar jalan kemudian keluar menuju area berbeda.
Kami menjaga agar anak-anak selalu di dekat kami. Aku membiarkan bayiku tetap di gendongan, sehingga kedua tangan dan mataku bisa bebas mengawasi kedua anakku yang lebih tua.
Setelah kami keluar dari kerumunan Ikea, kami melaporkan kejadian tersebut pada petugas keamanan.
Berkat kewaspadaan tinggi, dan mempercayai firasat seorang ibu, Diandra dan anak-anaknya terhindar dari pelaku penculikan.
Tips mengenali pelaku perdagangan manusia
Setelah merasakan pengalaman ini sendiri, ada beberapa hal yang ingin aku tegaskan:
1. Orang-orang itu tidak berbelanja.
Ketika mereka berada di toko, mereka tidak benar-benar melihat barang. Pria yang lebih tua akan mengambil beberapa barang, dan bersikap seolah ia memeriksanya. Namun pandangannya mengarah langsung ke anak-anakku. Kemudian dia akan meletakkan barang itu dan bergerak mengikuti kemana kami pergi.
2. Mereka tidak sedang menunggu siapapun
Kau mungkin sering melihat orang di tempat ramai seperti Ikea, terlihat sedang menunggu istrinya. Namun mereka tampak seorang diri, mereka tidak mengobrol dengan siapapun. Mereka juga tidak tersenyum pada orang lain.
Sebenarnya, awal-awal aku sempat melihat ke pria paruh baya saat ia mendekat dan tersenyum padanya, hal yang sering kulakukan saat berada di luar rumah. Aku selalu melakukan kontak mata dengan orang lain.
Saat itu, dia langsung melengos. Hal tersebut terasa aneh bagiku.
3. Mereka berpakaian rapi tapi sangat berbeda
Kedua pelaku terlihat sangat berbeda, sama sekali bukan terlihat seperti rekan. Dan mereka juga tidak nampak sedang bekerjasama.
4. Area dimana mereka berada dekat dengan pintu keluar
Tempat seperti Ikea sangatlah besar, seperti labirin yang membingungkan. Hal ini memungkinkan pelaku kabur dengan membawa anakku, dan menyerahkan mereka pada seseorang yang menunggu di luar toko. Sehingga anakku akan hilang sebelum aku sempat menyadarinya.
Dengan adanya peristiwa tersebut, Diandra sangat yakin bahwa keluarganya menjadi target pelaku perdagangan manusia. Hal ini bisa terjadi di mana saja, tidak hanya di toko, namun juga bisa terjadi di dekat rumah kita. Sebagai orangtua, kita harus benar-benar ekstra waspada.
Oleh karena itu, Parents. Saat berada di tempat publik yang ramai, berusahalah untuk selalu mengawasi anak dengan cermat. Jangan sibuk dengan ponsel atau media sosial.
“Jika saat itu aku tidak memperhatikan dengan benar, atau membiarkan anak-anakku kesana kemari sementara aku bermain ponsel. Kemungkinan aku akan kehilangan salah satu anakku, pemikiran ini membuatku sangat takut,” kata Diandra.
Firasat seorang ibu tidak mungkin salah, biarkan anak Anda bermain dengan bebas, namun tetap dengan pengawasan dari dekat. Dengan mempercayai insting keibuan, Diandra dan anak-anaknya selamat dari pelaku, kita semua harus meneladaninya.
Baca juga:
Waspada Penculikan Anak, Ketahui Cara Mencegah dan Tips Menghadapi Stranger
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.