Baca juga:
Epilepsi pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Menyembuhkannya
West Syndrome Adalah Kejang Epilepsi pada Bayi, Kenali Penyebabnya
Waspadai 5 Penyakit Gangguan Kejang Pada Bayi yang Wajib Anda Ketahui
Berita duka datang dari atlet angkat besi legendaris yang pernah mengharumkan nama Indonesia, Lisa Rumbewas. Lisa Rumbewas dikabarkan meninggal dunia Minggu (14/11/2024) dini hari setelah penyakit epilepsinya kambuh.
Atlet angkat besi legendaris Lisa Rumbewas meninggal dunia 14 Januari 2024. Diketahui, atlet peraih 3 medali di tiga olimpiade yang berbeda itu menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura Papua, setelah penyakit epilepsinya kambuh.
Artikel terkait: 10 Artis yang Meninggal karena Serangan Jantung, Yayu Unru hingga Ashraf Sinclair
Sang ibu dari Lisa Rumbewas, Ida Aldamina Korwa membagikan cerita kronologi meninggalnya atlet berusia 43 tahun itu. Diketahui, Lisa sempat dirawat di Rumah Sakit Provita jayapura sejak 6 Januari 2024, setelah penyakit epilepsi yang dideritanya kambuh, seperti diberitakan Liputan6.com.
Saat itu, Lisa terjatuh dan keningnya sudah berdarah. Pihak keluarga menemukannya juga sudah tak sadarkan diri. Ternyata, epilepsi yang diderita Lisa kambuh karena obatnya saat itu sudah habis. Ia pun langsung dibawa ke Rumah Sakit oleh pihak keluarga.
Sempat tiga hari dirawat di Rumah Sakit Provita Jayapura, Lisa dirujuk ke RSUD Jayapura untuk menjalani perawatan. Di rumah sakit itulah ia menghembuskan napas terakhirnya.
Selama di rumah sakit, sang ibu mengatakan bahwa Lisa sempat terkena infeksi paru-paru dan kadar albuminnya juga sempat turun.
Gangguan Epilepsi yang dialami Lisa Rumbewas memiliki banyak jenis. Salah satunya adalah Childhood Absence Epilepsy (CAE) yang sering terjadi pada anak-anak. Angka kejadiannya pun cukup tinggi. Melansir dari laman National Library of Medicine, angka kejadian dari CAE ini terbilang tinggi, yakni mencapai 10 – 17 persen dari keseluruhan jenis lainnya. CAE bisa terjadi pada 2 hingga 8 dari 100.000 anak di bawah 15 tahun per tahunnya. Kondisi ini juga umumnya lebih sering menyerang anak perempuan dibandingkan laki-laki, dan banyak menyerang anak-anak di rentang usia 3-8 tahun.
Artikel terkait: Jenis Epilepsi Ini Sering Terjadi Pada Anak, Kenali Gejalanya Agar Terdeteksi Sejak Dini!
Kondisi kejang tersebut bisa berulang. Dari mulai sepuluh hingga puluhan kali, atau bahkan hingga ada yang mengalami ratusan kali dalam sehari. Saat kejang, anak terbilang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ia tidak mampu merespon orang atau pun aktivitas yang terjadi di sekitarnya.
Faktanya, kejang epilepsi ini sendiri memang cenderung terlambat disadari. Hal ini karena gejalanya hanya berupa melamun atau bengong selama beberapa detik saja. Karena itu, gejala CAE juga sering disalahpahami sebagai kondisi attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Namun setelah kejang berakhir, anak akan beraktivitas normal dan tidak sadar dengan kondisi yang sebelumnya terjadi. Si kecil juga mengedipkan mata berkali-kali. Beberapa anak juga mengalami kondisi automatism, di mana ia kerap menggigit bibir atau pun menggosok tangannya secara tiba-tiba.
Penyakit CAE ini juga umumnya bisa menghilang pada masa remaja. Namun, beberapa individu bisa juga mengalami jenis epilepsi ini hingga dewasa.
Karena itu, kondisi epilepsi harus diberikan obat secara teratur sesuai resep dokter. Hindari juga pemicu kejang, seperti stres, kurang tidur, dan pola makan yang tidak sehat. Karena itu, ajarkan pola hidup yang sehat pada anak sejak dini, cukupi gizi seimbangnya, hingga rajin berolahraga. Anda juga bisa lakukan konseling genetik dan tes kesehatan secara berkala untuk menghindari kondisi ini.
Itulah kabar duka cita dari Lisa Rumbewas yang meninggal dunia. Semoga diterima di sisi-Nya.
A Practical Guide to Treatment of Childhood Absence Epilepsy
Baca juga:
Epilepsi pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Menyembuhkannya
West Syndrome Adalah Kejang Epilepsi pada Bayi, Kenali Penyebabnya
Waspadai 5 Penyakit Gangguan Kejang Pada Bayi yang Wajib Anda Ketahui