Daur ulang limbah popok jadi rumah adalah cara baru yang dilakukan warga Bandung untuk menangani masalah sampah di kota ini. Dengan menggunakan mesin buatan dosen ITB, limbah popok sekali pakai bisa diubah menjadi pupuk dan batako untuk membuat rumah.
Selama ini, pemerintah kota dan Kabupaten Bandung kesulitan menangani limbah popok, yang dihasilkan oleh semua keluarga di Bandung. Sekitar 90 ton popok dibuang setiap hari, dan berakhir di TPA.
Artikel terkait: Cara Menghentikan Pemakaian Diaper
Inovasi mesin yang membuat limbah popok jadi rumah
Dr. Pandji Prawishuda menciptakan mesin untuk mendaur ulang popok sekali pakai, hingga bisa digunakan sebagai pupuk dan bahan membuat batako. Dosen dan peneliti di Institut Teknologi Bandung ini, menciptakan alat tersebut sejak 2013.
Mesin yang diberi nama Reaktor Torefaksi Basah (Hidrotermal) ini, tidak hanya bisa mendaur ulang popok bekas pakai, namun juga plastik mi instan dan bungkus kopi. Semua sampah ini bisa diolah untuk kemudian diubah menjadi pupuk kompos.
Berikut adalah video cara mengubah popok jadi rumah dari BBC Indonesia:
Cara menggunakan mesin ini adalah dengan memasukkan popok bekas pakai ke dalam tabung kemudian dicampur dengan air. Lalu dipanaskan dengan suhu 200 derajat Celsius, menggunakan listrik 2000 watt selama 30 menit.
Setelah itu, cairan dipisahkan dari bagian yang padat. Cairan ini kemudian akan digunakan sebagai pupuk, dan bagian padat dicampur dengan semen serta pasir untuk dicetak menjadi batako.
Batako yang dibuat dari campuran popok ini cukup kuat sehingga bisa jadi bahan untuk membangun rumah. Mesin buatan Pandji untuk mengolah popok jadi rumah ini menghabiskan dana Rp20 juta untuk merakitnya. Mesin ini sudah disebarkan ke tiga universitas besar di Indonesia.
Pandji ingin mesin inovasinya ini bisa digunakan untuk pengelolaan sampah yang lebih baik dan kebutuhan masyarakat untuk mengurangi limbah. Apalagi limbah popok sekali pakai yang mengandung zat-zat berbahaya jika tidak diolah dengan baik.
Bagaimana dengan Parents, apakah setuju popok bekas si kecil dimanfaatkan menjadi produk-produk di atas?
Bagaimana Memilih Popok Sekali Pakai untuk Bayi
Pilihan popok sekali pakai untuk bayi Bunda mungkin tampak tidak ada habisnya. Tidak mungkin untuk mengetahui dari melihat sekilas pada bungkusnya untuk membandingkan bagaimana satu merek dengan merek yang lain dalam hal penyerapan, kecocokan, dan kenyamanan, atau apakah popok yang lebih mahal sepadan dengan harganya.
Artikel yang dikutip dari Baby Gear Lab berikut ini akan memberi Bunda informasi memilih popok sekali pakai.
1. Pertama, pertimbangkan kebutuhan bayi Anda juga prioritas Anda. Setiap keluarga memiliki perbedaan. Pertimbangkan biaya, dampak kesehatan, dampak lingkungan, dan lain-lain. Soal dampak lingkungan, Bunda mungkin juga bisa memilih popok kain atau popok yang bisa dipakai berkali-kali.
2. Kedua, jangan membeli dalam jumlah besar sampai Anda puas dengan kinerja dan kesesuaian popok tertentu.
3. Ketiga, tunggu untuk membeli popok bayi pertama sampai tepat sebelum atau setelah dia lahir dan Anda tahu beratnya. Karena setiap popok memiliki ukuran sesuai dengan berat badan bayi Anda. Setelah mengetahui beratnya, Bunda bisa memesan popok secara online dan popok akan tiba di depan pintu bahkan sebelum Anda pulang dari rumah sakit.
4. Terakhir, biaya. Pertimbangkan berapa harga popok yang akan Anda beli dan berapa biaya yang hendak Anda keluarkan untuk popok sekali pakai. Membeli popok akan terasa mahal setelah Anda membeli dalam jumlah besar.
Salah satu pertimbangan penting lain adalah daya serap. Penyerapan mencakup seberapa banyak cairan yang dapat ditampung popok, seberapa baik cairan itu menjauh dari bayi dan menyebar ke seluruh inti popok, dan seberapa baik cairan itu terus menjaga kelembaban dari kulit bayi.
Penyerapan yang buruk dapat menyebabkan kulit bayi lembab terus-menerus dan menyebabkan ruam popok. Anda bisa melakukan tes dengan cara membaca klaim pada bungkus popos dan membandingkannya dengan merek lain. Jika Anda tidak yakin, Anda bisa membeli dalam jumlah kecil terlebih dahulu kemudian membuktikannya.
Referensi: BBC, Tribunnews