Latihan Otak: 3 Tahapan Jitu Membantu Anak Tenang Saat Ia Sedang Mengamuk

Latihan otak ini bisa dipraktekan untuk anak yang keluar dari masa balita. Yaitu di atas usia 5 tahun. Bantu ia mengelola kemarahannya dengan trik berikut.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saat balita, tantrum adalah hal yang wajar. Begitu ia beranjak memasuki masa sekolah, tantrum mulai berganti dengan amukan. Saat anak mulai mengamuk, latihan otak dapat membuatnya lebih tenang dan baik untuk managemen emosinya.

Jika saat menginjak usia sekolah dasar kita belum cari cara membantu anak tenang saat mengamuk, maka kita akan makin sulit membuatnya tenang ketika remaja nanti. Cara anak menghadapi masalah bisa terbentuk sejak ia kecil, terutama di waktu ia mulai mengingat banyak hal di sekitarnya.

Latihan otak membantu anak mengendalikan emosi

Latihan otak dapat membantu anak untuk mengontrol emosinya. Namun, butuh ketelatenan juga. Kadang, orangtua secara tak sengaja ikut jadi pemicu mengapa anak jadi mengamuk. Karena bagaimanapun, orangtua adalah contoh terdekat untuk anak.

Berikut ini adalah tahapan latihan otak yang berguna untuknya.

1. Mengatur nafas

Tak hanya untuknya, tapi ini juga hal pertama yang perlu Anda lakukan untuk tetap tenang menghadapinya. Saat sudah dapat mengatur nafas untuk menenangkan diri, Anda baru bisa mencobanya ke anak.

Genggam tangannya, dan minta dia tarik nafas. Cara pertama ini akan sulit dilakukan saat ia bahkan tak mau disentuh. Anda bisa berdiri dan duduk tenang melihatnya mengamuk di lantai sambil berteriak dan mengamuk keras.

Anda bisa mengajaknya mengatur nafas dengan cara menggenggam telapak tangan ataupun memeluknya sambil mengelus punggungnya. Kemudian, ingatkan dia untuk tarik nafas dan buang nafas perlahan sampai agak tenang.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

2. Mengelola kerja otak

Saat sudah lebih tenang, maka ia siap diajak untuk latihan otak.

Tanyakan padanya untuk menyebutkan 5 benda dengan warna tertentu yang berada di ruangan itu. Misal, sebutkan warna 5 benda berwarna putih di ruangan tersebut. Kemudian beralih ke warna lainnya sampai perhatiannya teralihkan.

Kemudian, tanya padanya 3 benda yang dapat ia sentuh. Tentu saja, ini disesuaikan dengan jangkauan tangannya.

Tanya lagi, berapa penjumlahan 2+2 padanya. Ini tergantung dengan kemampuan masing-masing anak.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Yang terakhir, tanya padanya tentang 3 suara yang bisa ia dengar saat itu. Menjawab ini butuh ketenangan, maka ia akan tenang untuk dapat berpikir.

Anda hanya bisa melakukan tahapan kedua ini jika tahapan pertama terlewati. Latihan otak ini membutuhkan ketelatenan yang ekstra agar dapat membentuknya jadi pribadi dewasa yang lebih tenang dan tentu saja dapat berguna saat ia memasuki tahapan perkembangan usia yang selanjutnya.

3. Tunjukkan apresiasi dan kasih sayang

Saat sudah berhasil menyebutkan warna, artinya dia sudah cukup tenang. Anda bisa memberinya penghargaan dengan memujinya dan memindahkan tubuh si kecil di pangkuan.

Katakan padanya bahwa Anda menyayanginya dan mengerti bahwa alasannya mengamuk itu penting. Tapi jika ia mengamuk seperti itu, ia tidak akan dimengerti oleh orang sekitarnya.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Anak-anak sudah bisa diajak negosiasi dan memproses informasi semacam ini dari sekitarnya, apalagi jika dilatih. Jadi, jangan khawatir bahwa bernegosiasi seperti ini tidak sesuai dengan usianya.

Trik ini juga bisa digunakan saat anak bersedih dan murung. Sebelum Anda membicarakan masalah apa yang menimpa anak, Anda bisa memulainya dengan ini.

Dirt and Boogers mengungkapkan bahwa pada usia anak-anak, kemampuan otak mereka memang belum sepenuhnya matang. Namun tetap dapat dilatih. Otak baru dapat benar-benar matang ketika manusia menginjak usia 25 tahun.

Orangtua yang dewasa adalah salah satu gerbang menuju kematangan pribadi anak. Jika Anda tidak dapat menunjukkan caranya mengelola emosi dengan baik, maka Anda bisa dibenci oleh anak saat ia dewasa nantinya.

Karena sesungguhnya bukan media atau pergaulan yang akan menghancurkan anak. Namun adalah parenting yang buruk.

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Baca juga:

Anger Management, Ketrampilan yang Perlu Dimiliki Setiap Orangtua

 

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penulis

Syahar Banu