Setiap ibu pasti pernah punya pengalaman melahirkan yang tak terlupakan. Begitu juga dengan kronologi kelahiran anakku. Ada sebuah cerita yang menegangkannya. Begini kronologinya:
1. Rabu 14 Maret 2018
Wonosobo. Sejak malem dah flek, bunda masih kekeh berangkat kerja naik turun lantai 3. Tetiba rabu siang flek darah segar dan kenceng. Saran perawat di bangsal VTin aja sama bidan VK. “Mbak, ini udah bukaan 1. tapi masih dalem, kemungkinan bisa beberapa jam atau hari lagi lahiran, pulang aja kabarin suami”. Degdegan nunggu suami dan mertua datang takut hari itu juga lahiran. 👉 Otw gombong.
2. Kamis 15 Maret 2018
Gombong. Flek masih berlanjut. Kenceng2 hilang timbul. Masih kuat jalan. Malem kontrol ke dr SpOG. Alhamdulillah, Dede sehat, cuma di warning kalo ada plasenta yang menutup jalan lahir sebagian. Kemungkinan rujuk RS, tapi bunda yakin bisa partus normal & diberi beberapa saran untuk mempercepat bukaan. Karena masih belum ada tanda-tanda dede keluar dan fase laten tidak bisa diprediksi akhirnya nunggu lagi.
3. Jumat 16 Maret 2018
Maghrib kontraksi semakin menjadi. Dihitung muncul tiap beberapa jam s.d 15 menit sekali durasi 1 menit. semakin teratur. Suami dan ibu sudah mulai deg-deg serrr tanda-tanda partus ini. Masya Allah nikmatnya kontraksi semalaman nggak tidur.
4. Sabtu 17 Maret 2018
Jam 03.00 WIB masih teratur tiap 15 menit, lanjut ke IGD RS PKU mungkin saja bukaan sudah nambah. Lucunya, aku masih bisa jalan sendiri dari mobil ke bed, di VT lagi, ternyata masih bukaan 1. Disarankan pulang karena masih lama atau mau pesen bangsal dan akhirnya pulang lagi kita ke rumah.
Dari pagi sampe jam 12.00 siang kontraksi terus. Sampe tiap 5 menit ke 3 menit, pukul 13.00 sudah nggak kuat. Suami sempat bilang: “Ntar aja ya abis sholat ashar” . “Whaaaat? Papah!! Bunda udah nggak kuat!!”.
Si ibu ikut-ikutan, “Kayae udah mau lahiran ayo berangkat sekarang saja”.
Hampir Terhalang Pintu Kereta
Sepanjang perjalanan sudah tidak bisa apa-apa, antara sadar dan menahan kontraksi. Akses jalan menuju rumah sakit melewati Rel Kereta Api. Kurang lebih 100 m mendekati rel. Alarm tanda kereta mau lewat berbunyi.
Qadarullah, Allah masih memberikan pertolongan, semenit sebelum palang pintu rel menutup, mobil suami bisa melewatinya. Andai saat itu mobil lebih lambat dan palang pintu rel menutup entah apa jadinya. Sudahlah, tidak usah dibayangkan.
Sampe IGD jam 13.30 digendong suami ke bed. Didorong pak satpam ke vk IGD. Observasi dan jeng jeng, bidan IGD bilang: “Sudah bukaaan 9 hampir lengkap! Tinggal nunggu ketubannya pecah, Dede kluar”. Bentar-bentar aku teriak, “Mbak, kontraksi lagi. Kebelet ‘pup’, boleh ngeden??”. “Jangan dulu ngeden kalo ketuban belum pecah”.
“Mbak, ketubannya pecah”. Dan 2 kali mengejan, Dede lahir jam 13.55.
Alhamdulillah, partus spontan 30 menit, meskipun saat itu suami tidak keburu ikut mendampingi partus karena masih urus administrasi.
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.