Kisah Kriti Bharti, Perempuan yang Berjuang Menghapuskan Pernikahan Anak di India

Kriti Bharti mendirikan Saarthi Trust untuk membantu para korban pernikahan anak, dan mendidik masyarakat di India bahwa pernikahan anak adalah tradisi buruk yang harus dihapuskan. Sumber foto: © Cover Asia Press

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Pernikahan anak sudah ditetapkan sebagai hal yang ilegal menurut hukum internasional. Meski demikian, fenomena tersebut masih saja terjadi di beberapa negara. Salah satunya di India.

Kasus pernikahan anak tertinggi

India memiliki jumlah kasus pernikahan anak yang paling tinggi, pada tahun 2009 UNICEF melaporkan dari semua pernikahan anak yang ada di dunia, 40%-nya terjadi di India.

Di daerah yang menjadi pusat dari krisis nasional ini, yakni Rajashtan, India Utara, 65% anak perempuan dinikahkan sebelum berusia 18 tahun.

Pernikahan anak di wilayah Rajashtan termasuk ke dalam angka tertinggi di dunia. Di wilayah tersebut, Kriti Bharti seorang aktifis sosial berjuang melawan tradisi pernikahan anak.

Ia telah berhasil mencegah 900 pernikahan anak yang hampir terjadi dan membatalkan 31 pernikahan yang terjadi pada anak-anak di bawah umur.

Kriti Bharti berjuang menghapus pernikahan anak di India. Foto: © Cover Asia Press / Shariq Allaqaband

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Di Rajashtan, anak-anak perempuan dinikahkan saat masih balita bahkan ada yang baru berusia beberapa bulan. Hal ini membuat kesempatan anak-anak perempuan di Rajashtan terhadap akses pendidikan dan kehidupan layak menjadi terbatas. Inilah yang memicu Kriti untuk berjuang menghilangkan tradisi tersebut.

“Di India, jutaan anak dinikahkan oleh keluarganya saat mereka masih belajar merangkak dan berjalan. Dan keluarga seperti ini pintar sekali menyembunyikannya dari mata hukum. Itulah mengapa saya yakin bahwa mustahil untuk bisa mengetahui jumlah pasti dari pernikahan anak yang terjadi,” kata Kriti.

Anak perempuan yang telah dinikahkan akan tinggal bersama keluarga mertua setelah mereka mencapai usia remaja, seringkali anak-anak tersebut dipaksa tinggal bersama keluarga mertua saat umur mereka tujuh atau delapan tahun.

“Saya juga menemui banyak keluarga yang menikahkan anak lelaki yang baru berusia 5 tahun dengan anak perempuan yang berusia dua tahun secara diam-diam. Keduanya akan menjalankan kehidupan pernikahan serius setelah anak lelaki berusia 21 tahun dan anak perempuan berusia 18 tahun. Di mata semua orang pernikahan mereka sah, tapi mereka dipasangkan sejak masih balita. Dan itu sangat tidak benar,” Kriti menjelaskan panjang lebar.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Saarthi Trust

Kriti Bharti kemudian mendirikan Saarthi Trust pada tahun 2011, lembaga ini bertujuan untuk mencegah terjadinya pernikahan anak, dengan cara mendidik anak-anak perempuan tentang hak-hak mereka.

Saarthi Trust juga membantu para korban pernikahan anak untuk bercerai dari pasangannya bila mereka tidak bahagia dengan pernikahan yang diatur tersebut. Saarthi Trust telah merehabilitasi lebih dari 6000 anak-anak dan 5500 perempuan di India.

Melalui Saarti Trust, Kriti memberikan perlindungan dan tempat tinggal bagi anak perempuan korban pernikahan anak. Ia juga membantu para survivor mengembangkan kemampuan dan memajukan pendidikan mereka.

Selain itu, Kriti juga menyediakan konseling psikologis untuk membantu pada korban lepas dari trauma dan berusaha membuat para korban bisa kembali diterima oleh keluarga dan masyarakat.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

melalui Saarthi Trust, Kriti membantu para korban pernikahan melewati trauma, hingga menjadi mandiri dan bisa diterima kembali di tengah masyarakat. Foto: © Cover Asia Press / Shariq Allaqaband

Saarthi Trust melakukan konseling pada anak-anak, keluarga bahkan pemerintah desa. Para relawan Saarthi Trust juga membuat kemah di sekolah-sekolah dan ruang publik, untuk mengajarkan orang-orang tentang efek buruk dari pernikahan anak.

Mereka juga membuat saluran telepon tersendiri agar orang-orang bisa melapor saat ada pernikahan anak yang terjadi di wilayah Rajashtan.

“Saya mendedikasikan hidup saya untuk menolong anak-anak yang tak berdaya melawan keluarganya, anak-anak yang dipaksa untuk memasuki situasi paling barbar atas nama tradisi,” ujar Kriti.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

“Setelah kau menghentikan pernikahan anak, anak perempuan yang terlibat dalam pernikahan tersebut akan dikucilkan dan diperlakukan seperti orang buangan oleh masyarakat. Karena itu, sangat penting untuk memulihkan kondisi mereka, dan membantu mereka agar bisa kembali diterima menjadi bagian dari masyarakat,” Kriti menjelaskan panjang lebar.

Ancaman pembunuhan

Apa yang dilakukan Kriti dalam mendobrak tradisi tentu saja mendapatkan tentangan dari banyak pihak, terutama masyarakat yang masih kolot dan berpegang teguh pada tradisi pernikahan anak ini.

Kriti menerima lebih dari 50 ancaman keras bahkan ancaman pembunuhan jika ia tidak menghentikan kegiatannya.

Kriti juga menerima ancaman dari para Dewan Kasta dan politikus lokal di India. Namun Kriti tetap bergeming, ia tak pernah merasa takut ataupun terintimidasi atas ancaman tersebut.

“Ancaman pembunuhan sudah menjadi bagian dari hidup saya sekarang, dan saya telah menerimanya sebagai bagian dari pekerjaan saya,” kata Kriti.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Penghargaan

Atas kerja kerasnya dalam menyelamatkan anak-anak perempuan dari tradisi pernikahan anak, Kriti Bharti menerima beberapa penghargaan. Diantaranya ialah beasiswa dari Pemerintah Inggris.

Kiprahnya yang fenomenal telah tercatat dalam Buku Rekor India Limca sebagai Pernikahan Anak Pertama yang Dibatalkan dan Pembatalan Pernikahan Anak Secara Hukum yang Paling Cepat.

Foto: © Cover Asia Press / Shariq Allaqaband

“Selama masih dibutuhkan, saya akan terus menyelamatkan para korban pernikahan anak. Tradisi ini harus dihentikan, kita punya kewajiban untuk menghentikannya. Kita harus mendidik masyarakat pedesaan bahwa ada jalan lain yang lebih baik untuk anak perempuan mereka selain dinikahkan saat masih anak-anak.”

Mendobrak tradisi bukanlah hal yang mudah, namun Kriti tetap teguh memperjuangkan keyakinannya, bahwa anak perempuan layak mendapatkan kesempatan lebih baik dalam hidup mereka. Kisah inspiratifnya telah disebarkan pada anak-anak di seluruh India, sebagai bagian dari kurikulum standar pendidikan mereka.

 

Referensi: girlsnotbrides.org, odditycentral.com, fridaymagazine.ae

Baca juga:

Penulis

Fitriyani