Pada bulan Maret 2018, sebuah kasus kekerasan pada anak membuat heboh warga Jepang. Pasalnya, korban KDRT tersebut masih berusia 5 tahun. Anak malang itu bernama Yua Funato, dan kekerasan yang dilakukan orangtuanya membuat gadis kecil itu akhirnya kehilangan nyawa.
Yua mengalami kekerasan fisik yang dilakukan oleh ibu kandungnya sendiri bersama ayah tirinya. Selain itu, si kecil Yua juga dibiarkan kelaparan. Bahkan, pihak medis melaporkan bahwa salah satu penyebab kematian bocah malang itu berhubungan dengan kondisi tubuhnya yang mengalami malnutrisi.
Korban KDRT baru berusia 5 tahun…
Menurut laporan dari The Japan Times, Yudai Funato (33), dan istrinya Yuri (25), telah melakukan kekerasan secara fisik pada si kecil Yua sejak bulan Januari 2018 hingga memicu kematian si gadis kecil pada bulan Maret 2018
Selain melakukan KDRT, Yudai dan Yuri juga membiarkan Yua kelaparan. Hal ini membuat tubuh kecil Yua yang sistem imunnya masih lemah mengalami sepsis, yang dipicu oleh pneumonia. Sedangkan penyakit pneumonia sendiri biasanya disebabkan oleh kondisi malnutrisi.
Saat meninggal, berat tubuh Yua hanya 12 kg, bobot tubuhnya ini biasanya dimiliki oleh anak berusia 1 tahun.
Yudai dan Yuri ditangkap polisi untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka. Namun sayangnya hal tersebut sudah terlambat. Si kecil Yua sudah kehilangan nyawanya di usia yang sangat belia.
“Mama, aku janji akan jadi anak yang lebih baik…”
Korban KDRT berusia 5 tahun meninggal di tangan ibu kandung.
Dalam berita yang dilaporkan oleh Reuters, sebuah detail yang menghancurkan hati terungkap dalam kasus KDRT yang menimpa anak 5 tahun ini.
Sebelum meninggal, si kecil Yua menuliskan sebuah pesan di buku catatan untuk ibundanya, pesan itu berbunyi:
Mama, aku akan membuat diriku melakukan lebih banyak, melakukan lebih baik daripada apa yang kulakukan hari ini, tanpa harus disuruh oleh Papa dan Mama.
Jadi, kumohon maafkan aku, kumohon. Aku mohon maafkanlah aku…..
Ternyata pesan ini ditulis oleh Yua secara paksa setelah didesak oleh ayah tirinya. Media setempat melaporkan bahwa Yudai dan Yuri sering sekali memukul bahkan menendang gadis malang tersebut. Yua tidak menerima perawatan medis apapun meski kondisi tubuhnya sudah parah.
Pekerja sosial tahu bahwa Yua mengalami KDRT
Korban KDRT tidak mendapat pertolongan dari lembaga sosial setempat.
Tiga minggu sebelum kematian Yua, dilaporkan bahwa sang ibu Yuri, menolak kunjungan dari pekerja sosial ke tempat tinggalnya di Tokyo. Tampaknya, pekerja sosial juga tidak mendesak untuk tetap mengunjungi tempat tinggal mereka karena keluarga Yudai Funato tidak berasa dalam supervisi pemerintah lagi setelah kepindahan keluarga Yuri dari Kota Kagawa ke Tokyo.
Dr. Fujiko Yamada, dari Japanese Medical Society on Child Abuse and Neglect, menyatakan bahwa para pekerja sosial tersebut gagal melihat tanda-tanda bahwa Yua menjadi korban KDRT di rumah orangtuanya, bahkan meski mereka sudah mengunjungi apartemen Yuri.
Ternyata, saat masih tinggal di Kagawa, Yua juga mengalami KDRT hingga pekerja sosial sempat menampungnya. Dia sempat dua kali dipisahkan dari Yuri dan Yudai setelah terlihat tanda-tanda adanya kekerasan terhadap gadis kecil tersebut.
Pada bulan Juli 2017, pihak berwajib mengembalikan Yua kepada ibu dan ayah tirinya. Namun mereka masih berada dalam pengawasan ketat dari pihak berwenang, termasuk observasi rutin dari dokter.
Setiap bulan, dokter sudah memberi peringatan pada pekerja sosial bahwa Yua mengalami tanda-tanda kekerasan fisik, bahkan bocah malang itu juga mengatakan ia tak mau kembali ke rumah orangtuanya. Hal ini seharusnya menjadi tanda bahaya, namun sayangnya justru diabaikan.
“Saya ingin tahu mengapa pihak berwenang tidak mengambil tindakan,” tutur Dr. Yamada. “Bagaimana bisa, pernyataan dari dokter dan Yua sendiri, bisa dianggap remeh adalah hal yang sangat tidak masuk akal.”
Semoga kasus ini bisa menjadi pelajaran agar pemerintah di Jepang bisa lebih serius dalam menangani kasus anak-anak yang menjadi korban KDRT. Jangan sampai, apa yang menimpa si kecil Yua terulang pada anak lain.
Semoga Yua beristirahat dengan tenang di alam sana, bisa bermain dengan bebas tanpa merasakan sakit ataupun kelaparan lagi.
***
Baca juga:
Pengakuan seorang ibu, "Aku berhenti memukul anakku karena alasan ini…"
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.