Musibah bisa datang kapan saja dan tanpa diduga. Senin lalu, 18 Juni 2018, sebuah kapal tenggelam di Danau Toba. Hingga kini sudah tercatat ada 188 orang yang masih hilang, menjadi korban kapal tenggelam danau toba.
Pencarian korban kapal tenggelam danau Toba masih terus dilakukan sampai saat ini. Dikutip dari laman Tempo.co, tak lama peristiwa itu terjadi Presiden Joko Widodo segera menginstruksikan kepada jajarannya untuk segera menemukan korban hilang dalam insiden tenggelamnya KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba.
KM Sinar Bangun tenggelam dalam perjalanan dari Pelabuhan Simanindo, Samosir, menuju Pelabuhan Tiga Ras, Simalungun, Sumatera Utara, sekitar pukul 17.30.
Kapal kayu ini diduga mengangkut ratusan penumpang dan puluhan kendaraan bermotor roda dua. KM Sinar Bangun akhirnya tenggelam setelah dihantam angin kencang dan ombak tinggi di Perairan Danau Toba.
Sementara kompas TV menyebutkan, hingga Rabu (20/6) pagi menurut data tim SAR gabungan, korban yang sudah ditemukan sebanyak 20 orang. Sayangnya, data korban hilang ini masih simpang siur lantaran tidak adanya manifes penumpang.
Di antara ratusan korban kapal tenggelam Danau Toba, ada 3 kisah pilu di balik terjadinya tragedi ini.
Menanti kabar baik akan keselamatan sang adik
Dikutip dari BBC News, Fajar Alamsyah Putra, tengah menantikan kabar sang adik yang masih belum juga ditemukan, Bagas Prama Ananta.
“Kami tidak tahu ia selamat atau tidak. Ini ujian buat keluarga kami. Tapi saya cuma ingin ketemu adik saya, supaya bisa saya bawa pulang,” ujarnya pada BBC News.
Fajar beserta keluarga sudah menunggu kabar sang adik sejak terjadinya kecelakaan tersebut. Sayangnya, kabar tersebut belum juga didapatkan.
Satu keluarga jadi korban kapal tenggelam Danau Toba
Yang menyedihkan lagi, terungkap bahwa di antara ratusan korban, ada satu keluarga yang ikut menjadi korban. Diberitakan oleh Berita Satu, ada satu keluarga asal Binjai yang menjadi korban.
Rupanya, Maya Oktaviyanti warga Jalan Gunung Bendahara, Lingkungan I, Kelurahan Pujidadi, Binjai Selatan, bersama enam saudaranya berangkat ke tempat wisata di Samosir untuk berwisata.
Keterangan ini didapatkan dari tetangga yang sebelumnya dititipkan kunci rumah. Mereka adalah Burhan (Kepala Keluarga), Fahrianti (ibu), Dika (anak), Maya dan lainnya, satu keluarga yang menjadi koban tenggelamnya kapal di Danau Toba.
“Satu keluarga berangkat tujuh orang. Tidak menitip pesan sebelum berangkat. Mereka hanya menitip kunci rumah,” ujar Erwin.
Calon pengantin yang akan menikah ikut menjadi korban
Tak terhitung berapa orang yang harus mengalami rasa kehilangan orang yang dicintai dan disayangi dalam musibah ini. Tri Suci dan tunangannya yang akan menikah juga ikut menjadi korban kapal tenggelam Danau Toba dan belum ditemukan.
Dikutip dari UC News, menurut keterangan Dedi sang sepupu, Tri pergi ke Samosir bersama tunangannya. Pada Sabtu, (16/6/2018), Tri meminta izin kepada orangtua untuk menemui calon suaminya, April Pranoto (24) warga Tigabalata, Kecamatan Jorlang, Kabupaten Simalungun.
“April Pranoto dan Tri serta dua sepupunya pamit pergi jalan-jalan ke Samosir pada Minggu pagi. Esok harinya kami terima kabar ada kapal tenggelam di perairan Danau Toba dan Tri ditemukan sudah meninggal. April Pranoto, tunangan Tri belum ditemukan. Sedangkan saya diutus mewakili keluarga untuk melihat jasad Tri. Keluarga tunangannya juga sangat terpukul atas musibah ini karena Tri dan April Pranoto akan menikah bulan Januari 2019 nanti,” ujar Dedi sembari mengusap air mata.
theAsianparent mengucapkan turut berduka cita untuk para korban kapal tenggelam Danau Toba.
*Foto : Dokumen BBC
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.