Dinamika zaman memungkinkan apapun itu mengalami perubahan, termasuk jenis alat kontrasepsi. Dengan satu dan lain hal, tak sedikit pasangan yang memilih menunda hadirnya momongan. Jika Anda termasuk salah satunya, kontrasepsi spons bisa menjadi alternatif pilihannya.
Seperti namanya, alat kontrasepsi ini berbentuk spons. Zaman dahulu, orang Prancis akan merendam spons di dalam brendi untuk melemahkan sperma sehingga mencegah kehamilan. Sekarang, cara tersebut digantikan dalam wujud alat kontrasepsi.
Definisi dan Cara Kerja Kontrasepsi Spons
Mengutip laman Insider, kontrasepsi spons adalah alat berbentuk spons bulat kecil yang mengandung spermisida dilengkapi tali pendek. Di dalamnya, terkandung bahan kimia yang disebut nonoxynol-9.
Bahan kimia tersebut berfungsi untuk menghentikan pergerakan sperma. Alat ini cukup dimasukkan ke dalam vagina, tepatnya di atas leher rahim sebelum Anda dan pasangan berhubungan seks.
Kendati belum sepopuler alat kontrasepsi lainnya seperti kondom, pil KB, atau KB spiral, spermisida ini memiliki kelebihan jikalau digunakan dengan tepat. Spermisida termasuk alat kontrasepsi non-hormonal.
Dengan kata lain tidak ada efek samping hormonal, seperti perubahan siklus reproduksi ketika menggunakan alat kontrasepsi satu ini. Penggunaannya juga tidak membutuhkan resep dokter alias bebas dibeli di apotek.
Artikel terkait: Kontrasepsi Darurat, Solusi untuk yang Tak Ingin Hamil Setelah Seks Tanpa Pengaman
Cara Kerja Alat Kontrasepsi Spons
Menurut ob-gyn dan penulis “She-ology”, Sherry Ross, MD, terdapat dua cara kontrasepsi berwujud spons ini bekerja:
- Spons menciptakan penghalang, secara fisik menghalangi sperma mencapai dinding rahim.
- Bahan aktif dalam spermisida spons (nonoxynol-9) membunuh atau melumpuhkan sperma sehingga sperma tidak bisa mencapai sel telur.
Merujuk pada penelitian, alat kontrasepsi satu ini 86% efektif untuk perempuan yang belum pernah melahirkan dan 73% untuk perempuan yang sudah pernah melahirkan. Alasannya, elastisitas vagina setelah bersalin berkurang sehingga spons berisiko tergeser.
Setelah berhubungan seks, spons sebaiknya tetap di dalam vagina selama enam jam sehingga spermisida dapat bekerja. Akan tetapi, jangan lupa melepaskan alat ini kurang dari 30 jam.
Kelebihan dan kekurangan Kontrasepsi Spons
Lebih detail , berikut kelebihan dan kekurangannya:
Kelebihan
- Mudah diakses karena tidak membutuhkan resep dokter
- Spons tidak mengandung hormon apa pun, menjadikannya pilihan yang baik bagi orang yang memilih alat kontrasepsi non-hormonal.
- Anda dapat berhubungan seks beberapa kali dengan satu spons saja.
Kekurangan
- Tingkat kegagalan relatif tinggi yakni 14 hingga 27% (tergantung apakah Anda pernah melahirkan sebelumnya atau tidak), menjadikannya salah satu jenis pengendalian kelahiran paling tidak efektif.
- Tidak melindungi Anda dari IMS. Jika Anda ingin perlindungan IMS, Anda harus menggunakan kondom bersama dengan spons.
- Meningkatkan risiko infeksi dan iritasi karena spermisida dalam spons dapat menyebabkan iritasi atau rasa terbakar pada vagina. Alat ini juga meningkatkan risiko infeksi saluran kemih (ISK).
Artikel terkait: Inovasi Baru, Kontrasepsi untuk Suami yang Tak Menganggu Aktivitas Seks
Jenis Kontrasepsi Spons
1. Krim
Dengan tekstur krim, jenis kontrasepsi satu ini digunakan dengan cara disemprotkan ke dalam vagina menggunakan aplikator khusus. Krim spermisida akan lebih efektif ketika disemprotkan tepat sebelum berhubungan intim. Efektivitasnya akan berkurang 30 menit setelah disemprotkan.
2. Jeli
Sama seperti krim, kontrasepsi jeli juga dipakai dengan cara disemprot ke vagina menggunakan aplikator. Spermisida jenis jeli hanya efektif setelah 1 jam disemprotkan. Jika ingin melakukan hubungan seksual lagi setelah 1 jam terakhir, jangan lupa menggunakan spons jeli ini kembali.
3. Busa
Sebelum dipakai, botol spons busa harus dikocok terlebih dahulu selama 30 detik. Gunakan aplikator khusus untuk mengambil busa di dalam botol, kemudian semprotkan di dalam vagina.
Sama seperti bentuk krim, spons busa idealnya digunakan tepat sebelum berhubungan intim dan hanya efektif dalam kurun waktu 30 menit.
4. Konstrasepsi Spons Tablet
Ada juga spons tablet yang uniknya bukanlah diminum, namun akan larut menjadi busa 10–15 menit setelah dimasukkan ke dalam vagina. Bentuk yang satu ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan bentuk lainnya karena sulit untuk mengetahui apakah tablet telah larut sepenuhnya atau belum.
5. Vaginal contraceptive film (VCF)
VCF bentuknya berupa lembaran tips yang digunakan dengan cara dimasukkan ke dalam vagina. Penggunaannya cukup mudah, lipat lembaran VCF, letakkan di ujung jari, lalu masukkan lipatan VCF ke dalam vagina hingga mendekati leher rahim atau seviks.
Lembaran VCF akan larut menjadi gel selama kurang lebih 15 menit dan setelah itu barulah Anda bisa melakukan aktivitas seksual.
***
Sayangnya walaupun praktis, kontrasepsi spons bukanlah metode efektif bagi Anda yang ingin mencegah kehamilan. Jika ingin menunda memiliki anak padukanlah dengan kontrasepsi jenis lain seperti kondom, diafragma, atau cervical cap. Terlebih, kontrasepsi ini harganya cenderung lebih mahal dibandingkan kontrasepsi lainnya.
Pun penggunaannya rentan mengakibatkan reaksi alergi atau iritasi di organ intim vagina maupun penis. Tidak menutup kemungkinan muncul gejala seperti gatal, perih, juga kemerahan di sekitar organ intim.
Jika digunakan terlalu sering, spermisida dapat mengganggu keseimbangan bakteri baik vagina sehingga berisiko memicu terjadinya infeksi Patut dicatat bahwa penggunaan spermisida tanpa kondom juga tidak dapat memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.
Parents, semoga informasi mengenai kontrasepsi spons ini bermanfaat.
Baca juga:
6 KB Alami, Alternatif Bagi Bunda yang Tak Mau Gunakan Alat Kontrasepsi
Memilih Alat Kontrasepsi Sesuai Usia, Ini yang Perlu Diperhatikan
5 Jenis Kondom Paling Laris dan Disukai Orang Indonesia, Apa Saja?