Saat membaca utas twitter yang sempat ramai beberapa saat lalu tentang mainan Gundam milik seorang paman yang diambil oleh keponakannya tanpa sepengetahuan sang paman, saya sebagai seorang ibu kok ikut sedih ya, Parents. Bukan masalah “halah cuma mainan doang”, hanya meyayangkan saja kenapa mengambil barang tanpa seizin pemiliknya itu dibenarkan? Bisa dimaklumi juga sih, si anak bisa jadi memang belum paham konsep kepemilikan.
Akan tetapi, orang tuanya kan bisa saja mengingatkan untuk mengembalikannya. Kalau sengaja membenarkan apa saja yang dilakukan anaknya dan cenderung bersikap egosentris? Wah, panjang juga ya ceritanya, Parents.
Dari kejadian Om Gundam vs keponakan tersebut, tentu kita bisa mengambil hikmah dan pelajarannya. Sebagai orang tua, kita tetap saja harus mengajarkan 4 aturan konsep kepemilikan berikut agar anak tidak egois sehingga bisa berempati kepada orang lain.
4 Konsep Kepemilikan yang Harus Diajarkan pada Anak
1. Kalau barang bukan miliknya, jangan diambil
Aturan pertama yang wajib sekali diajarkan adalah jangan mengambil barang yang bukan miliknya, apalagi tanpa sepengetahuan yang punya. Ini termasuk barang milik saudara ya, Parents. Mainan kakak atau adik, yang jelas-jelas sudah menjadi milik orang lain, tidak boleh diambil sembarangan.
Termasuk ketika masing-masing anak diberi jatah buah apel satu per satu. Bagi yang sudah habis apelnya tidak boleh mengambil dan makan apel saudaranya karena itu sudah menjadi apel orang lain. Mengambil barang orang lain tanpa seizin yang bersangkutan adalah mencuri.
Lagipula, mengambil yang bukan hak kita adalah perbuatan buruk. Hal ini wajib kita ingatkan terus menerus ya, Parents. Kita pun harus mencontohkannya dengan baik.
2. Kalau ingin meminjam barang orang lain, minta izin dulu ke pemiliknya
Aturan kedua yang tak kalah penting adalah bertanya dan meminta izin ke pemiliknya kalau ingin meminjamnya. Kalau ingin meminjam mainan saudara atau temannya, minta izinlah dengan baik dan santun. Kalau memang tidak boleh, ya sudah jangan memaksa.
Saat meminjam barang pun, harus melihat situasinya juga. Kalau barangnya sedang dipakai, ya sudah menunggu saat sedang tidak digunakan. Saat kita dipinjami, kita juga harus tahu diri. Tidak boleh lama-lama dan memperlakukan mainan tersebut, seperti mainan kita sendiri. Artinya, kita tidak boleh kasar, apalagi sampai merusakkan atau menghilangkan barang tersebut.
Kalau ternyata rusak tanpa disengaja, ya mau tidak mau kita harus menggantinya. Anak juga harus diajarkan soal tanggung jawab saat meminjam barang orang lain. Kita bisa memotong dari uang jajannya untuk mengganti barang tersebut, misalnya.
Mengganti barang mungkin menjadi hal mudah kalau ada uang, tetapi anak juga harus paham juga soal kenangan barang tersebut bagi orang lain. Bisa jadi, barang tersebut menyimpan kenangan yang berharga dan memiliki makna tersendiri bagi pemiliknya. Makanya, kita harus santun dan berhati-hati saat meminjamnya.
Aturan ini menjadi aturan yang sangat dasar kita dalam berinteraksi dengan orang lain. Kalau anak sejak kecil sudah dipahamkan dan dilatih tentang hal ini, ke depannya anak akan belajar untuk tidak egois dan sok menguasai orang lain.
Artikel terkait: “Anakku tidak harus selalu berbagi mainan dengan anak lain,” curahan hati seorang ibu
3. Kalau sudah diminta pemiliknya, harus rela mengembalikannya
Saat meminjam barang, ajarkan anak untuk jangan lama-lama meminjamnya. Siapa tahu orang tersebut juga ingin menggunakannya. Syukur-syukur sebelum diminta yang punya, sudah dikembalikan.
Sebaiknya kita ajarkan ke anak hal ini: harus tahu diri untuk mengembalikan barang yang dipinjam sebelum diminta yang punya. Berikutnya, kalau sudah diminta, ya harus rela mengembalikannya. Bukan malah menunda-nunda dan mencari alasan untuk tidak mengembalikannya. Kalau memang rusak atau hilang, jelaskan alasan dan gantilah barangnya.
Kedua hal ini menjadi aturan penting saat meminjam barang, selain izin. Lagi-lagi, sebaiknya kita ajarkan hal ini sejak kecil agar anak bisa berempati saat berinteraksi sosial dengan orang lain.
Padahal banyak juga ya, Parents, orang dewasa yang ditagih tapi malah menunda-nunda. Memang sebagai orang tua, kita harus memberi keteladanan yang baik kepada anak ya.
4. Kalau barang milik bersama, harus gantian dan sabar menunggu
Barang milik bersama ini misalnya barang yang diberikan oleh orang lain untuk dimiliki bersama. Semisal, nenek membelikan mainan untuk dipakai bersama kakak dan adik. Atau mainan atau fasilitas yang ada di taman bermain atau sekolah. Itu adalah milik bersama.
Saat ingin menggunakannya, ajarkan anak untuk melihat situasi dan kondisi. Jangan main rebut paksa. Kalau memang masih digunakan orang lain ya harus sabar menunggu giliran. Jangan lupa bilang “kalau sudah selesai, nanti gantian aku ya”. Ini adalah salah bentuk “pemesanan alias booking”. Kalau sebelumnya, sudah ada yang pesan juga, ya kita harus antri dan sabar menunggu giliran
Sebaliknya, saat banyak yang antri, anak yang sedang menggunakannya ya tahu diri untuk jangan lama-lama. Harus belajar untuk tidak seenaknya sendiri dan egois. Belajar juga untuk mau berbagi dengan teman-temannya. Toh nanti bisa bermain lagi.
***
Demikian, Parents, aturan konsep kepemilikan yang bisa diajarkan ke anak-anak sejak kecil. Pinjam meminjam memang masalah yang tidak bisa kita hindari saat mereka dewasa nanti. Sebisa mungkin ajarkan juga ke anak agar tidak pinjam meminjam uang, sekecil apapun itu. Semoga kalau kita bisa mengajarkan dan mencontohkannya dengan baik ya, Parents, anak-anak kita tidak tumbuh menjadi pribadi yang egois dan mau berempati kepada orang lain.
Baca juga:
Balita Berebut Mainan? Inilah Cara Mendidik Anak Agar Mau Berbagi
Anak Suka Merebut Barang Milik Orang Lain? Ketahui 7 Penyebab dan Cara Mengatasinya
Keutamaan Meminta Anak untuk Bergiliran daripada Berbagi Mainan