7 Faktor Penting dalam Komunikasi Seksual, Parents Sudah Tahu?

Tidak semua orang mau membicarakan masalah seksual dengan pasangannya padahal ini sangat penting. Bagaimana cara melakukan komunikasi seksual yang baik?

Pernahkah Parents melakukan komunikasi seksual yang intens bersama pasangan?

Parents tentu percaya kalau salah satu kunci keharmonisan hubungan suami istri tidak terlepas dari masalah komunikasi. Jika tidak dijalankan dengan baik, maka bisa berisiko pada hubungan rumah tangga.

Komunikasi ini mencakup banyak hal termasuk urusan seksualitas. Sayangnya tidak banyak pasangan yang menyadari bahwa kehidupan seksual pun sesekali perlu dibicarakan bersama. Seberapa penting komunikasi seksual suami dan istri?

Tim The Asian Parents mengadakan siaran langsung di Instagram membahas pentingnya komunikasi seksual suami dan istri bersama psikolog keluarga dan pernikahan, Nadya Pramesrani, Mpsi, pada Rabu (22/4/2020). Berikut isi dari bincang-bincang tersebut.

Banyak Pasangan Enggan Membicarakan Seksual Padahal Dampaknya Besar

Artikel terkait: 5 posisi favorit para terapis seks, bagaimana rahasianya?

Bicara seks dengan pasangan bisa menjadi cara untuk mengetahui apakah kehidupan seksual yang dijalani sudah saling memuaskan atau belum. Dengan demikian, masing-masing pasangan bisa dapat mengetahui jika ada yang kurang dan perlu diperbaiki sehingga tidak menjadi beban.

Namun hingga saat ini, komunikasi seksual masih dianggap hal yang tabu dalam masyarakat. Banyak suami dan istri yang mengaku kesulitan untuk memulainya. Alasannya pun bermacam-macam, mulai karena malu, takut membuat pasangan tersinggung, sering merasa diacuhkan bahkan memang tidak tahu bagaimana cara memulainya.

Kondisi inilah yang kemudian bisa menimbulkan kesenjangan. Seorang suami atau istri menginginkan kepuasan,  sementara pasangannya tidak memahami karena sulit mengungkapkannya. Jika komunikasi seksual tidak terjalin dengan baik, maka akan berdampak negatif pada kehidupan suami istri.

“Ada kebutuhan yang tidak terpenuhi, ada ketidakpuasan yang tidak tersampaikan. Kelaparan terhadap seks itu sendiri yang dapat berdampak pada kualitas hubungan,” tutur Nadya.

Bahkan yang terburuk, pasangan yang tidak mendapatkan kepuasan batin dari pasangannya dapat menjadikannya alasan untuk mencari kepuasan di tempat lain. Tentu ini sangat tidak diinginkan, bukan?

“Hubungan seksual itu emotionally connected. Bukan sekadar physical activity tapi juga emotional bonding,” imbuh psikolog yang juga dosen tersebut.

Tips dari Pakar untuk Memulai Komunikasi Seksual:

1. Pahami apa yang dirasakan

Sebelum memulai komunikasi seksual, Nadya menyarankan untuk memahami apa Parents rasakan dan mengapa merasakan itu. Kalau kita tidak bisa memahami diri sendiri maka jangan berharap orang lain dapat memahaminya.

2. Cari tempat netral

Carilah tempat yang netral dan nyaman untuk berkomunikasi, jangan di kamar atau tempat tidur. Parents, bisa ngobrol santai di sofa sambil minum teh atau di tempat lain.

“Saya biasanya melakukannya di meja makan,” kata Nadya.

3. Temukan waktu yang tepat

Jangan pernah membahas seks setelah melakukan hubungan seksual. Ini akan membuat pasangan canggung. Pilihlah waktu santai yang tidak terganggu oleh anak atau aktivitas pekerjaan.

“Kenapa jangan setelah melakukan seks? Hal ini dikhawatirkan bisa menimbulkan persepsi yang salah. Misalnya, akan timbul anggapan, ‘Ada apa, nih, jangan dia tidak puas, ya? Atau memang ada yang salah?’,” sambung co-founder Rumah Dandelion.

4. Buka dengan “I” statement

Mulailah dengan “I” statement atau pernyataan ‘saya’. Ini akan membuat pasangan lebih terbuka. Membicarakan komunikasi seksual yang dimulai dengan pernyataan ‘kamu’, justru bisa  membuat pasangan tidak nyaman dan merasa dihakimi. Bahkan bisa memicu pertengkaran.

Parents bisa mencontoh kalimat ini;

Saya merasa ….. karena…., menurut kamu gimana?

“Bisa jadi bukan hanya kita yang punya keluhan, bisa jadi pasangan juga punya keluhan pada kita. Dengan i statement ini justru bisa membuat pasangan kita lebih terbuka dan tidak merasa disalahkan,” tutur Nadya mengingatkan.

5. Gunakan intro

Sebagaimana seks membutuhkan foreplay, komunikasi seksual pun perlu intro.

“Jangan tiba-tiba langsung membahas seks karena akan membuat tidak nyaman,” ujar Nadya.

Oleh karena itu, tak ada salahnya jika Parents mengawalinya dengan dengan pertanyaan what’s interesting today, lalu beri sentuhan dan sebagainya.

6. Bagaimana jika pasangan malu?

Jika pasangan masih malu membahas seks, tanya terus dengan cara yang berbeda agar komunikasi terjalin baik. Gunakan kalimat-kalimat yang menenangkan pasangan, bisa dengan memujinya terlebih dahulu.

7. Jangan beri kode supaya tidak terjadi salah penafsiran

Meskipun disarankan untuk menggunakan intro, Parents tetap harus mengutarakan keluhan secara gamblang, bukan dengan memberi kode-kode yang sulit dipecahkan.

Perlu diingat bahwa tujuan dari komunikasi seksual adalah memberitahu pasangan apakah Anda sudah puas dengan kehidupan seksual yang dijalani atau belum, bukan untuk meminta pasangan menjadi detektif untuk memecahkan kode.

Tips hubungan seksual selama pandemi, just do it!

Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi dapat memengaruhi kehidupan seksual. Terlebih lagi bagi pasangan yang sudah memiliki anak pra sekolah yang sangat aktif dan usia sekolah yang harus belajar dari rumah. Rasa lelah dan cemas dapat menguras energi. Istirahat yang cukup, olahraga, dan makan makanan sehat dapat membantu mempertahankan stamina.

Artikel terkait: Sehatkah pernikahan Anda? Kenali tandanya menurut psikolog

Pandemi juga dapat berpengaruh pada frekuensi hubungan seksual. Nadya mengatakan bahwa tiap orang memiliki kadar berbeda untuk memenuhi kebutuhan akan seks, tidak bisa disamaratakan. Kuncinya adalah apakah Anda sudah merasa puas atau blm dengan frekuensi yang sudah dilakukan. Jika sudah puas maka tidak menjadi masalah meski frekuensinya lebih sedikit dibanding orang lain.

Sementara bagi pasangan suami istri yang sedang terpisah jarak, Phone sex sah sah saja dilakukan asalkan keduanya sama-sama mau dan tidak ada paksaan. 

Bagaimana jika hubungan seksual terganggu karena pikiran-pikiran cemas? Periksa apakah  masih memiliki hasrat atau keinginan untuk berhubungan seksual. Jika masih dirasakan, maka lakukan saja.

“Just do it. Kenikmatan akan dirasakan ketika (hubungan seksual) sudah dimulai dan  kekhawatiran akan lepas dari kepala,” jelas Nadya.

Jadi, apakah Parents berniat melakukannya malam ini? Just do it!

****

Baca juga:

Puasa bikin aktivitas seks terburu-buru? Lakukan seks kilat dengan 3 posisi ini

15 Ide hadiah untuk suami, bermanfaat dan bikin suami makin sayang Bunda!

5 Tanda Suami Romantis Menurut Islam, Pak Suami Termasuk Nggak Bun?