Belakangan ini, media sosial diramaikan dengan pembangunan taman ala Jurassic Park di Pulau Rinca, Nusa Tenggara Timur (NTT). Pulau ini adalah habitat asli komodo. Kabar mengenai komodo Pulau Rinca Jurassic Park ini membuat heboh warganet lantaran sebuah foto yang tersebar di dunia maya.
Dalam foto tersebut, tampak seekor komodo tengah menghadang sebuah truk yang tengah menuju lokasi pembangunan. Seperti apa cerita di balik foto itu? Lalu, bagaimana nasib komodo di Pulau Rinca? Simak laporan lengkapnya berikut ini.
Mengenal Komodo, Hewan Purba Primadona dari Pulau Rinca di NTT
Keberadaan hewan purba komodo di Indonesia bukan lagi hal baru. Binatang karnivora ini adalah hewan endemik dari Indonesia. Merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hewan endemik berarti hewan yang hanya ditemukan di satu tempat. Hewan jenis ini tak akan bisa ditemukan di tempat lain.
Nah, komodo termasuk binatang purba jenis reptil dan merupakan kadal terbesar di dunia. Binatang ini temasuk dalam anggota biawak Varanidea dan memiliki nama latin Varanus komodoensis.
Persebaran binatang ini pun hanya ada di Taman Nasional Komodo yang terdiri dari tiga pulau, yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan Pulau Padar. Ketiganya berada di provinsi NTT.
Secara fisik, komodo jantan berukuran lebih besar dari komodo betina. Panjang komodo jantan bisa mencapai 2,6 meter sementara komodo betina sekitar 2,3 meter. Tak heran apabila reptil ini dijuluki sebagai kadal terbesar di dunia.
Nah, karena ukuran tubuhnya yang besar, komodo hanya mampu berjalan dengan kecepatan rata-rata 8-10 km per jam. Namun, uniknya jika sedang dalam keadaan terancam, mereka bisa berlari hingga kecepatan 18 km per jam. Wah, gesit juga ya, Bun?
Baca juga: Tidur dengan hewan peliharaan, aman atau berbahaya untuk kesehatan?
Komodo Pulau Rinca Terancam Punah Akibat Proyek Jurassic Park
Hewan komodo memang diklaim sebagai hewan endemik dari Indonesia. Namun, menurut buku Panduan Sejarah Ekologi Taman Nasional Komodo karya Arnaz Mehta Erdmann, sejumlah ahli mengatakan komodo berasal dari Asia atau Australia.
Kini, dari tiga pulau yang ada di Taman Nasional Komodo, binatang purba ini hanya bisa ditemukan di Pulau Rinca dan Pulau Komodo. Sementara, di Pulau Padar, keberadaan komodo perlahan punah.
Komodo sendiri termasuk binatang karnivora atau pemakan daging. Makanan mereka di antaranya adalah babi hutan, rusa, hingga sesama komodo. Namun, terkadang mereka juga memakan kerbau, ular, bahkan anjing.
Biasanya, reptil raksasa ini mendapatkan hewan mangsanya dengan bantuan air liur mereka yang beracun. Air liur komodo memiliki setidaknya 60 bakteri jahat yang mematikan. Racun ini yang membuat mangsa mereka mati perlahan karena racun terlanjur mengalir di dalam darah.
Selain itu, mereka juga memiliki indra penciuman yang kuat. Mereka bisa mencium mangsa hingga sejauh 5-11 km. Wajar jika manusia dilarang berada terlalu dekat dengan mereka ya, Bun. Kalaupun ingin melihat dari jarak dekat harus didampingi oleh petugas.
Baca juga: Kerap diabaikan, berikut ini tips menjaga hewan peliharaan saat banjir!
Kontroversi Pembangunan Mega Proyek Jurassic Park, Baik atau Buruk?
Berdasarkan laporan dari Balai Taman Nasional Komodo (TNK), hingga tahun 2019 jumlah komodo di Indonesia mencapai 2.800 ekor. Sebanyak 1.040 ekor tersebar di Pulau Rinca sementara sisanya berada di Pulau Komodo. Jumlah ini masih terus berubah karena dipengaruhi oleh banyak faktor seperti makanan.
Foto komodo berhadapan dengan truk yang belum lama ini beredar di media sosial membuat pembicaraan mengenai hewan ini kembali ramai. Sejumlah kalangan mulai melayangkan protes mengenai rencana pembuatan mega proyek TNK oleh pemerintah yang disebut akan menyerupai Jurassic Park.
Koordinator Garda Pemuda Komodo, Akbar Alayubi mengatakan, masyarakat asli di Pulau Komodo menolak rencana pembangunan tersebut. Mereka menilai, dengan adanya mega proyek tersebut justru bisa merusak habitat asli komodo.
“Kami selaku masyarakat asli Pulau Komodo yang sekian tahun telah diwasiatkan oleh leluhur untuk menjaga komodo sebagai saudara telah dicederai oleh bangunan investasi di dalam alam Komodo,” kata Akbar, Senin (26/10/2020) seperti dikutip dari CNNIndonesia.com.
Bersama sejumlah organisasi lainnya, mereka kemudian melayangkan surat kepada UNESCO untuk meminta dukungan agar pemerintah Indonesia meninjau kembali rencana pembangunan mega proyek tersebut.
“Mengingatkan pemerintah mengenai status Taman Nasional Komodo dan untuk mencegah kebijakan pembangunan yang akan membahayakan ekosistem dari komodo dan masyarakat lokal,” demikian penggalan isi surat tersebut.
Mereka juga mendesak UNESCO untuk mencabut status Taman Nasional Komodo sebagai situs warisan dunia apabila organisasi tersebut justru mendukung rencana pemerintah dan tidak mendengarkan tuntutan mereka.
Kita doakan yang terbaik untuk masyarakat yang berada di sana ya Parents. Tentu mereka lebih mengerti mengenai kondisi yang sebenarnya di wilayah Taman Nasional Komodo. Semoga hewan purba yang sangat langka ini tidak punah.