Kolik pada bayi bisa membuat anak rewel dan menangis terus sepanjang malam. Tentunya Parents pun menjadi kerepotan saat berusaha menenangkannya.
Sebenarnya kolik bukan termasuk penyakit, melainkan sebuah kondisi yang membuat bayi menangis lebih dari 3 jam sehari, 3 hari dalam seminggu, selama 3 minggu atau lebih. Dan apapun yang Parents lakukan, tangisan itu tidak bisa dihentikan.
Kabar baiknya, kondisi ini relatif singkat. Namun, Parents harus ekstra sabar saat menghadapi bayi yang menangis terus-terusan dan susah ditenangkan. Kolik yang parah bisa memakan waktu hingga 6-8 minggu, lalu akan hilang dengan sendirinya.
Apa Itu Kolik pada Bayi?

Menurut dr. Maria Martina Siboe, SpA, kolik infantil atau kolik pada bayi adalah kondisi bayi yang ditandai dengan bayi tiba-tiba menangis keras, sulit dihentikan, tangannya ke atas, kakinya ke atas. Kolik bayi biasa terjadi pada usia dua minggu hingga empat bulan.
Ciri-ciri Kolik pada bayi
- Bayi menangis keras secara terus menerus selama 1-3 jam, terjadi 3-4 kali hari dalam seminggu.
- Tangisan bayi bisa terjadi kapan saja, tetapi lebih sering pada sore atau malam hari.
- Saat menangis, wajah bayi jadi memerah, kakinya terangkat ke perut atau diregangkan. Saat diraba, kakinya terasa dingin.
- Tangan anak terkepal, tidak mau menyusu, susah tidur, sering kentut, mengangkat kaki atau mengangkat kepala.
- Anak terlihat tidak nyaman dan kesakitan
Artikel terkait: Bayi menangis terus selama 3 jam? Mungkin ini penyebabnya
Penyebab Kolik pada Bayi
Penyebab kolik belum diketahui secara pasti, namun para ahli kesehatan mencoba menganalisis dan mengungkap beberapa teori:
- Alergi terhadap makanan yang dikonsumsi ibu
- Intoleransi laktosa
- Perubahan bakteri pada sistem pencernaan
- Sistem pencernaan bayi yang belum sempurna hingga aktivitas pencernaannya bermasalah
- Kebiasaan merokok selama hamil atau menyusui berisiko menyebabkan kolik pada bayi
- Belum matangnya sistem susunan syaraf pusat sehingga bayi merespons secara berlebihan terhadap rangsangan dari luar.
Mitos Kolik pada Bayi

Ada baiknya jika Parents juga mengetahui mitos yang masih dipercaya seputar kolik pada bayi. Dengan bekal kesabaran dan pengetahuan, maka Parents dapat membantu dalam mengurangi rasa tidak nyaman yang dialami si kecil.
1. Bayi Terlihat Kesakitan
Menurut Barbara Prudhomme White, Ph.D., asisten profesor kesehatan dan pelayanan masyarakat di University of New Hampshire, kolik pada bayi faktanya tidak mengeluarkan kadar hormon stres kortisol yang lebih tinggi daripada bayi yang tidak memiliki kolik.
2. Semua Bayi Akan Sembuh dari Kolik dengan Sendirinya
Meskipun kolik dapat hilang dengan sendirinya saat bayi berusia enam bulan, tetapi hal ini tidak terjadi pada semua anak. Jika kolik disebabkan oleh pakaian ketat, alergi, gas, atau ketidaknyamanan kecil lainnya, kondisi ini tidak dapat hilang begitu saja.
3. Terapi Alternatif dapat Membantu Meredakan Kolik
Menurut American Family Physician, terapi alternatif seperti chiropractic, akupunktur atau pijat tidak menunjukkan hasil positif yang signifikan untuk kolik pada bayi.
4. Perubahan Pola Makan Tidak dapat Membantu Kolik pada Bayi
Faktanya, ada beberapa bukti bahwa ibu menyusui yang beralih ke diet rendah alergen membuat kolik pada bayinya jauh berkurang. Beralih ke susu formula bayi terhidrolisa, yakni susu formula alternatif bagi bayi yang memiliki alergi susu sapi, juga dapat membantu mengurangi kolik. Susu formula standar dapat dimulai kembali saat bayi berusia antara tiga dan enam bulan.
5. Kolik Tidak Bisa Dikendalikan
Sebuah studi oleh Bradley Thach, M.D., seorang profesor pediatri di Fakultas Kedokteran Universitas Washington, menemukan bahwa membedong bayi kolik dengan nyaman dalam selimut dapat menenangkan mereka. Dokter lain juga menyarankan metode 5S lainnya seperti menggendong dalam posisi miring/tengkurap, mengeluarkan suara “ssshh…” (shushing), ayunan lembut, dan memberikan empeng untuk bayi.
6. Obat-Obatan dapat Membantu
Jangan memberikan obat yang dijual bebas tanpa berkonsultasi dengan dokter spesialis anak terlebih dahulu. Solusi ini juga tidak menunjukkan keefektifan dan malah dapat menyebabkan komplikasi lainnya.
7. Bayi Kolik Memiliki Gangguan Saluran Pencernaan
Beberapa Parents berpikir bahwa jika bayi mereka menangis, rewel, atau kolik, mengaitkannya dengan gangguan saluran pencernaan. Hal ini tidak sepenuhnya benar. Tetapi, jika bayi Anda mengalami diare atau keluar darah dari kotorannya, segera temui dokter anak Anda karena kondisi ini bukan sekadar kerewelan biasa.
Artikel terkait: 9 Jenis Gangguan Pencernaan pada Bayi dan Anak-Anak yang Sering Terjadi
8. Menyuapi Makanan Setiap Bayi Menangis dan Merengek dapat Meredakan Tangisnya
Jika bayi Anda tidak lapar (tidak membuat refleks menjilat bibirnya yang merupakan tanda anak lapar), maka jangan memberinya makan. Memberi makan bayi Anda terlalu sering bukanlah hal yang baik.
Cara Mengatasi Kolik pada bayi

Berikut ini beragam cara mengatasi kolik pada bayi yang bisa dilakukan oleh Parents.
Minyak ini diformulasikan khusus untuk meredakan rasa tidak nyaman bayi akibat gangguan pencernaan. Terbuat dari bahan alami untuk membuat bayi tidur nyenyak.
2. Obat Pereda Kembung
Biasanya obat ini aman bagi bayi, kecuali jika bayi mengalami kondisi tiroid, maka obat ini harus dihindari.
3. Probiotik
Probiotik membantu menjaga keseimbangan alami bakteri baik di saluran pencernaan si kecil. Namun pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum memberikannya pada si kecil.
Artikel terkait: 7 Manfaat probiotik untuk ibu menyusui, mencegah bayi kolik hingga eksim!
4. Menggunakan Obat Kolik
Obat untuk mengatasi kolik dijual bebas di apotik. Walaupun khasiatnya belum terbukti efektif, tidak ada salahnya dicoba asalkan berkonsultasi dulu dengan dokter.
Yang Harus Dilakukan Jika Bayi Mengalami Kolik
1. Memijat bayi dengan lembut
Melakukan pijat kolik pada bayi dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan pada perut bayi. Lakukan pijat kolik dengan gerakan yang benar.
2. Menggendong bayi dengan tegak saat menyusui
Posisi menyusui bisa membantu mengatasi kolik pada bayi. Gendong bayi dalam posisi tegak saat menyusui untuk menghindari masuknya gas berlebih ke perut bayi.
3. Mengubah pola makan
Bila selama ini Anda mengonsumsi makanan yang bisa memicu alergi, saatnya berhenti untuk sementara sampai Anda berhenti menyusui.
4. Mengganti susu formula
Bila si kecil memiliki intoleransi laktosa dari susu sapi, ada baiknya Bunda mengganti susu formulanya dengan jenis hydrolysate.
5. Mengganti dot botol susu bayi
Pilihlah dot yang memungkinkan tidak terlalu banyak udara masuk ke mulut bayi saat menyusui.
Cara Mencegah Kolik pada bayi
Gejala kolik pada bayi akan menurun begitu si kecil berusia 3-4 bulan. Tips berikut bisa membantu Anda mencegah terjadinya kolik pada sang buah hati.
1. Cek botol susu
Bila bayi disusui dengan botol, pilihlah botol yang meminimalkan masuknya udara ketika bayi menyusu.
2. Postur tegak ketika menyusu
Dalam kondisi tegak, peluang udara tertelan menjadi lebih sedikit dibandingkan postur tubuh yang membungkuk.
3. Menyusu dengan tenang
Susui bayi dalam kondisi belum terlalu lapar. Bayi yang kelaparan cenderung menyusu terlalu lahap sehingga banyak meminum udara. Redupkan pencahayaan supaya ia tenang ketika menyusu.
4. Sering-seringlah membuat bayi sendawa
Setiap meminum 30 ml susu, sendawakan bayi. Bila menyusu dari payudara, sendawakan ketika akan beralih payudara atau setiap 15-20 menit
Artikel terkait: 3 Cara Membuat Bayi Sendawa yang Aman dan Efektif
5. Hindari konsumsi makanan yang memicu alergi
Mungkin bayi sensitif terhadap salah satu bahan makanan yang kita makan. Cobalah hentikan produk-produk susu (susu sapi, yogurt, keju) beberapa minggu dan lihat pengaruhnya pada bayi.
Protein dari susu sapi yang terdapat pada makanan tersebut baru akan hilang dari ASI setelah beberapa minggu. Bila tidak ada perbaikan, berarti bayi tidak sensitif terhadap susu sapi. Bila ternyata bayi sensitif terhadap susu sapi, susu formula yang digunakan tidak boleh mengandung laktosa.
Bila tidak berhasil, coba lakukan hal yang sama terhadap makanan pedas, gandum, kacang, stroberi, kol, kembang kol, brokoli, bawang putih, kafein, alkohol, hingga menemukan makanan yang membuat bayi sensitif.
Untuk makanan-makanan ini, kita tidak perlu menghentikannya beberapa minggu karena beberapa hari saja sudah cukup untuk melihat reaksinya terhadap bayi.
Diagnosa Kolik pada bayi

Dokter spesialis anak akan melakukan pemeriksaan fisik dan beberapa tes secara menyeluruh terkait gejala dan riwayat kesehatan anak Anda. Mengutip Mayo Clinic, pemeriksaan fisik kolik pada bayi meliputi:
- Mengukur tinggi, berat, dan lingkar kepala bayi
- Mendengarkan suara jantung, paru-paru dan perut
- Memeriksa anggota badan, seperti jari tangan, jari kaki, mata, telinga dan alat kelamin
- Menilai reaksi bayi terhadap sentuhan atau gerakan
- Mencari tanda-tanda adanya ruam, peradangan, infeksi atau alergi lainnya
- Menjalankan tes rontgen
- Tes darah atau tes pencitraan lainnya biasanya tidak diperlukan, tetapi dalam kasus yang tidak jelas, tes tersebut dapat membantu menyingkirkan penyebab lain.
Kapan Kolik pada Bayi Harus Dibawa ke Dokter?
Biasanya kolik pada bayi tidak berbahaya, dan periode kolik ini akan berlalu. Namun bila ada tanda-tanda lain saat bayi menangis hebat, sebaiknya bayi dibawa ke dokter spesialis anak untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Menurut Seattle Children’s, kolik pada bayi dapat berbahaya jika menunjukkan tanda-tanda seperti:
- Hubungi Dokter atau Cari Perawatan Sekarang
- Bayi berusia kurang dari 1 bulan dan bertingkah tidak normal
- Demam pada bayi berusia kurang dari 12 minggu. JANGAN berikan obat demam pada bayi Anda sebelum dokter memeriksanya.
- Terdapat benjolan atau bengkak
- Skrotum atau selangkangan bengkak
- Muntah
- Menangis saat Anda menyentuh, menggerakkan, atau menggendong bayi Anda
- Kemungkinan cedera
- Menangis tanpa henti yang berlangsung lebih dari 2 jam, dan tangisannya tidak dapat diredakan dengan cara apa pun.
- Tidak mau minum atau hanya minum sedikit selama lebih dari 8 jam
- Anak berisiko tinggi (seperti penyakit jantung atau otak)
Sebelum Anda membawa bayi Anda ke dokter, ada baiknya apabila Anda mempersiapkan catatan tertulis berupa informasi berikut:
- Pengamatan tentang perilaku bayi Anda atau faktor lain sebelum, selama, atau setelah tangisan
- Jadwal makan dan tidur bayi Anda
- Strategi yang telah Anda gunakan untuk menenangkan bayi
- Orang-orang yang terlibat dalam merawat bayi Anda, seperti orang tua, pengasuh bayi, atau tempat penitipan anak.
Tuliskan pertanyaan tambahan yang Anda miliki tentang kesehatan atau perkembangan bayi.
Anda juga mungkin akan ditanyai pertanyaan oleh dokter anak, seperti:
- Seberapa lama dan sering bayi Anda menangis?
- Apakah Anda menemukan sebuah pemicu dari tangisan si kecil?
- Jika ada, metode apa yang biasanya dapat membantu menenangkan bayi Anda?
- Bisakah Anda menggambarkan episode menangis yang khas?
- Seperti apa suara tangisan bayi Anda?
- Apakah tubuh bayi Anda tegang?
- Kapan biasanya tangisan terjadi? Berapa lama tangisan berlangsung? Berapa kali dalam seminggu bayi Anda menangis?
- Apakah bayi Anda memiliki masalah dengan makan?
- Apakah tangisan terjadi tepat setelah makan?
- Makanan apa yang Anda beri untuk bayi Anda, dan seberapa sering Anda memberinya makan?
- Seberapa sering dan seberapa banyak bayi Anda muntah?
- Berapa lama bayi Anda tidur dalam satu waktu? Apakah ada perubahan pola tidur baru-baru ini?
- Apakah bayi Anda pernah mengalami kesulitan bernapas selama dia menangis?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas dapat membantu dokter Anda menentukan apakah ada kondisi lain yang mungkin menyebabkan tangisan dan ketidaknyamanan pada sang bayi.
Semoga bermanfaat.
****
Artikel telah diupdate oleh: Ade Aisyah
Baca juga:
Bayi menangis terus selama 3 jam? Mungkin ini penyebabnya
Waspadai 5 penyebab bayi kembung, kapan Bunda harus khawatir?
Bolehkah Memberikan Gripe Water untuk Redakan Kolik Bayi? Ini Faktanya, Bun!
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.