Ada Benjolan di Vagina? Bisa Jadi Kista Bartholin, Waspadai Gejalanya

Kista jinak tapi bandel yang bikin hubungan seks tak nyaman

Jika Bunda menemukan benjolan lunak di bibir kanan atau kiri vagina, jangan langsung panik. Kabar buruknya, itu adalah kista. Kabar baiknya, kista bartholin ini pada beberapa kasus bisa sembuh sendiri.

Apa itu Kista Bartholin?

Kista bartholin adalah kista yang terbentuk karena ada penyumbatan pada kelenjar bartholin yang terletak di sisi kanan dan kiri bibir vagina. Kelenjar bartholin berfungsi sebagai penghasil cairan yang melicinkan vagina saat berhubungan intim. Umumnya, kista ini hanya terjadi pada salah satu kelenjar, di sisi kiri atau kanan.

Ukuran kista bervariasi, dari sebiji kacang sampai sebesar bola pingpong. Ada yang tonjolannya bisa dilihat dan menganggu duduk, ada juga yang baru terasa saat jongkok.

Apa penyebab kista bartholin?

Kista bartholin disebabkan oleh infeksi bakteri yang menyebabkan peradangan/infeksi/iritasi di saluran kelenjar batholin. Akibatnya, mulut saluran tempat keluarnya cairan yang diproduksi kelenjar menjadi tersumbat.

Beberapa bakteri yang bisa menyebabkan infeksi di kelenjar batholin adalah bakteri Neisseria gonorrhoeae (penyebab penyakit gonore/kencing nanah), bakteri Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit klamidia, salah satu penyakit menular seksual), atau bakteri Escherichia coli (yang biasa ditemukan di tinja).

Pada kasus infeksi akibat bakteri gonorea dan klamidia, kemungkinan bakteri bisa mampir ke vagina karena hubungan seksual tanpa kondom. Sedangkan infeksi yang disebabkan bakteri E. coli biasanya disebabkan oleh cara membasuh vagina yang salah, yakni dari belakang ke depan.

Kista bartholin juga bisa dipicu oleh pemakaian pantyliner dan sabun pembersih vagina

Selain tiga bakteri tersebut, kista bartholin juga bisa disebabkan oleh bacterial vaginosis. Ini adalah istilah untuk kondisi ketika bakteri jahat di vagina lebih banyak daripada bakteri baik.

Vagina adalah tempat hidup sejumlah bakteri baik dan bakteri jahat yang satu sama lain memiliki jumlah seimbang. Bakteri baik menjaga PH vagina tetap asam dan meminimalisir perkembangan bakteri jahat.

Pemakaian pantyliner dan sabun pembersih membuat PH vagina menjadi basa. Akibatnya, pertumbuhan bakteri baik terhambat dan bakteri jahat berkembang semakin banyak. Bakteri-bakteri inilah yang kemudian menginfeksi kelenjar bartholin dan menimbulkan kista.

Gejala Kista Bartholin

Ada beragam pengalaman penderita kista bartholin. Biasanya kista tidak terasa sakit dan tidak mengganggu duduk, hanya saja menurunkan kepercayaan diri. Tetapi, apabila cairan dalam kista terinfeksi dan menjadi nanah, kista bartholin akan sangat menyakitkan. Membuat sulit duduk, berjalan, dan berhubungan seksual.

Hal lain yang tidak mengenakkan adalah cairan pelumas saat berhubungan seksual menjadi sedikit. Jika sulit untuk “basah”, ada baiknya memakai pelumas/lubricant agar vagina tidak terluka saat berhubungan seksual.

Pada ibu hamil, kista bartholin harus segera diatasi agar tidak menggganggu proses persalinan.

Cara mengobati Kista Bartholin

Jika kista bartholin berukuran kecil, muncul baru-baru saja, dan tidak menyakitkan, coba duduk berendam dalam air hangat. Lakukan beberapa kali dalam sehari. Cara ini kadang ampuh untuk membuat kista pecah dan isinya keluar.

Namun, daripada menangani sendiri, lebih baik untuk berkonsultasi ke dokter. Menentukan apa penyebab kista bartholin juga menentukan penanganan apa yang tepat. Dokter bisa melakukan tiga hal, yakni:

  1. Mengeluarkan isi kista dengan menyedot cairannya. Tindakan berlangsung sekitar 20 menit dan bisa langsung pulang. Tapi, tidak menjamin benjolan tak muncul lagi karena sumbatan masih ada.
  2. Prosedur epitelisasi. Untuk ini, pasien harus dioperasi dan dibius.
  3. Prosedur marsupialisasi. Juga membutuhkan operasi dan pembiusan.

Sayangnya, walau menempuh jalan operasi sekalipun, tak ada jaminan kista ini tidak kambuh.

Cara mengetahui seberapa sehat vagina

Vagina yang sehat memiliki PH antara 3,5 sampai 4,5. Untuk mengetahui apakah vagina Bunda sehat, cara yang bisa dilakukan adalah:

  1. Memeriksa dengan aroma. Bau tidak sedap merupakan tanda keberadaan bakteri jahat dalam jumlah banyak.
  2. Tes dengan hidrogen peroksida. Beli hidrogen peroksida larutan 3% di apotek, campurkan di atas kaca bersih 1 tetes hidrogen peroksida dengan cairan vagina yang baru diambil. Jika campuran itu berbusa, tandanya ada infeksi di vagina.
  3. Tes dengan kertas lakmus. Kertas lakmus adalah kertas untuk mengukur kadar PH. Bunda bisa membelinya di toko alat kimia. Tempelkan kertas lakmus ke cairan vagina, kertas akan menunjukkan warna. Bunda bisa mengecek arti warna sesuai PH di indikator warna yang ada di kemasan kertas lakmus.

Cara menjaga vagina dari infeksi bakteri

  1. Jangan cebok dari belakang ke depan
  2. Pakai tisu yang bebas pemutih dan teksturnya lembut
  3. Jangan terlalu sering memakai pantyliner, dan jangan menggunakan yang mengandung pewangi.
  4. Sering-sering mengganti pembalut, idealnya 4 jam sekali. Dan jangan pakai pembalut yang mengandung pewangi.
  5. Mengganti celana dalam 3 kali sehari dan selalu jaga vagina tetap kering.
  6. Selalu mengeringkan vagina setiap selesai buang air.
  7. Membersihkan vagina dengan air hangat.
  8. Jangan terlalu sering memakai sabun pembersih vagina. Jika ingin memakai sabun pembersih vagina, gunakan yang mengandung povidone iodine.
  9. Membersihkan vagina sebelum dan sesudah berhubungan seksual.
  10. Selalu memakai kondom, termasuk untuk menghindari penularan penyakit menular seksual.

Baca juga:

Waspada Bisul di Vagina Akibat Infeksi, Kenali Penyebab dan Cara Mengobatinya