Pola asuh yang salah mempengaruhi psikologis anak saat tumbuh remaja hingga dewasa. Orang tua seharusnya cerman memilih film Bioskop 21 yang cocok untuk anak.
Nonton Bioskop 21 saat weekend
Weekend merupakan waktu kebersamaan kebanyakan keluarga. Kita sudah terbiasa melihat satu keluarga berkumpul bersama dan menikmati weekend bersama.
Mereka menghabiskan waktu untuk rekreasi, jalan ke mall, belanja, makan bersama, dan bisa jadi nonton bareng sekeluarga di Bioskop 21.
Begitu juga dengan pasangan muda dengan balita-nya yang masih berusia sekitar 4 tahun ini. Sepertinya mereka akan nonton bersama di Bioskop 21.
Aku tidak berpikir jauh tentang apa yang akan mereka tonton di dalam Bioskop 21. Dan aku sendiri memutuskan untuk nonton bareng suamiku karena saat itu anak-anakku sedang bermain ke rumah oma-opa nya.
Kami menjatuhkan pilihan pada film laga Bioskop 21 ini yang berjudul 300: Rise of An Empire.
Kami sudah mulai menikmati adegan awal di Bioskop 21 ini yang langsung menyuguhkan peperangan, dan aku lihat sepasang keluarga muda dengan balita-nya tadi masuk agak telat.
Tetapi si balita menangis karena ketakutan dengan adegan awal yang selain bising di telinga juga bagi si kecil itu adalah sebuah adegan kekerasan yang menakutkan.
Dan apa reaksi si Ibu, Ibu muda itu tidak memperdulikan balita-nya dan meninggalkan si kecil menangis, sedangkan dia melenggang mencari tempat duduk sesuai tiket bioskop yang sudah dia bawa.
Si Ayah, meskipun tidak meninggalkan si kecil tetapi dia malah mengancam si kecil hendak dipukul jika terus menangis. Si kecil-pun diam dalam posisi tertekan dan takut.
Tidakkah mereka memikirkan tentang sisi psikologis dari si kecil ini? Kenapa mereka begitu egois hanya memikirkan kesenangan mereka semata, tanpa memikirkan perasaan si kecil ini.
Aku miris melihatnya, dan berpikir serta mengkaitkan pada banyak kejadian kriminal di kalangan remaja yang marak terjadi saat ini. Aku berpikir, mungkin saja para remaja yang terlibat tindak kriminal itu telah mengalami hal semacam ini saat mereka masih balita.
Betapa tidak, balita yang masih polos sudah dikenalkan dengan kekerasan dari lingkup lingkungan terkecil seperti keluarga ini.
Tidak hanya disuguhi tontonan tentang kekerasan, namun cara orangtua ini membuat si kecil menurut pada mereka-pun juga disertai dengan tindakan acuh tak acuh dan kekerasan.
Apa yang akan terjadi pada generasi yang akan datang jika banyak orangtua yang memiliki pola asuh seperti ini terhadap anaknya.
Saya sendiri menarik sebuah kesimpulan tentang mengapa hal seperti ini bisa terjadi, adalah salah satunya ketidak-siapan orangtua muda ini untuk menjalin biduk rumah tangga.
Pernikahan dini bisa menjadi pemicu ketidaksiapan mental mereka untuk menjalani kehidupan berumah tangga, apalagi sampai memiliki anak.
Karena dalam usia mereka yang masih terlalu muda ini, mereka sendiri masih memiliki banyak keinginan masa remaja yang telah terampas oleh keteledoran mereka sendiri juga.
Selain itu pada usai ini, mereka juga masih terlalu labil dan bisa saja hal kecil menyulut hal-hal yang membuat rumah tangga mereka retak dan bahkan nantinya akan hancur berantakan.
Jika memang sudah terlanjur ada pernikahan dini, sebaiknya kakek-nenek yang harus tetap bisa memonitor, agar kelak para generasi lanjutan ini bisa tumbuh lebih baik.
Setidaknya jika tidak mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari Ayah-Ibu, mereka masih bisa mendapatkannya dari kakek-nenek nya.
Menurut Anda, setujukah Anda jika balita dibawah pengawasan Kakek atau Nenek-nya jika dalam kasus seperti ini? Silahkan tinggalkan komentar Anda di bawah ini untuk melengkapi referensi ulasan ini.
Share on Facebook atau G+ jika Anda merasa artikel mengenai kisah nyata tentang pola asuh orangtua yang memaksa balita-nya nonton bioskop 21 yang tidak layak bagi balita ini bermanfaat. Join Komunitas Keluarga Indonesia di G+ untuk mengikuti update info dari kami dan berdiskusi dengan para Keluarga Indonesia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.