Lupus saat hamil
Sebagian di antara kita mungkin telah mengenal penyakit Lupus atau SLE (Systematic Lupus Erythematosus). Lupus atau penyakit auto-imun terjadi bila jaringan tubuh kita diserang oleh imunitas tubuh kita sendiri.
Gejala penyakit ini antara lain :
- Persendian terasa sakit, susah digerakkan
- Terjadi pembengkakan pada persendian, misalnya jari tangan
- Rasa ngilu di persendian yang menyerupai rematik atau radang sendi
Bila Anda menderita lupus saat hamil, beberapa risiko yang perlu Anda ketahui adalah:
1. Risiko keguguran
Wanita dengan penyakit ini berisiko tinggi mengalami keguguran atau bayi meninggal saat masih di dalam rahim. Pada populasi wanita sehat, persentase keguguran adalah 10-20%, sedangkan pada wanita yang menderita lupus, presentasenya adalah 25%.
2. Risiko bayi prematur
Sebanyak 25% wanita penderita lupus melahirkan bayi prematur. Hal ini disebabkan oleh pengobatan yang dilakukan untuk memerangi penyakit tersebut.
3. Perkembangan janin yang tidak baik
Sebanyak 15% wanita hamil yang menderita lupus melahirkan bayi dengan kondisi intrauterine growth restriction (IUGR), yaitu bayi yang lebih kecil dari normal.
Pertumbuhan janin terhambat karena sebagian wanita penderita lupus memiliki antibodi yang menyebabkan adanya gumpalan darah di plasenta, sehingga jalur makanan untuk janin terganggu.
4.Preeklamsia
Sebanyak 13% wanita yang menderita lupus saat hamil mengalami preeklamsia, yaitu kondisi di mana tekanan darah menjadi tinggi dan terdapat protein di dalam urine. Sedangkan pada populasi wanita sehat, presentase terjadinya preeklamsia adalah 3- 8%.
Baca juga : Waspadai Preeklampsia pada Kehamilan
5. Menurun Pada bayi
Sebanyak 5% bayi yang ibunya menderita lupus saat hamil, juga mengidap lupus. Dalam hal ini lupus diturunkan secara genetik dari sang ibu.
Selain itu, hal lain yang perlu Anda ketahui adalah :
1. Komplikasi selama kehamilan
Sebaiknya konsultasi dan pemeriksaan rutin selama hamil dilakukan lebih intensif, supaya dokter dapat memantau komplikasi yang mungkin terjadi.
2. Dosis Obat
Pemberian steroids wajib dipantau. Begitu pula pemeriksaan darah harus rutin dilakukan, untuk mengetahui perkembangan penyakit tersebut selama kehamilan.
Kisah nyata ibu hamil yang menderita lupus
Michelle Tang, seorang ibu asal Singapura mengidap lupus saat hamil. Michelle menceritakan betapa dia dan suaminya merasa bayi Caelyn adalah sebuah keajaiban baginya. Bagaimana tidak, selama hamil, ia mendapatkan pengobatan steroids.
Setelah beberapa bulan rajin melakukan pengobatan dan pemeriksaan darah, penyakit lupus yang di deritanya menghilang saat bayi Caelyn masih di dalam kandungan.
Michelle melahirkan Caelyn secara normal 10 hari lebih awal dari tanggal kelahiran yang semestinya. Bayi Caelyn terlahir dengan berat 3,04 kg dan panjang 49 cm.
“Rasanya bohong jika saya tidak khawatir dengan kondisi bayi saya. Bagaimana jika saya menurunkan lupus pada bayi saya? Bagaimana jika proses kelahiran mengalami komplikasi?
Bagaimana jika bayi saya cacat? Namun seiring berjalannya waktu dan pemantauan yang intensif dengan dokter spesialis kandungan saya, semua rasa ketakutan itu sedikit sirna.” Demikian ungkap Michelle Tang sambil mengingat kehamilannya dengan kondisi lupus.
Bayi Caelyn kini berusia 11 bulan dan tumbuh sehat. Semoga pengalaman Michelle Tang dapat menginspirasi ibu yang menderita penyakit lupus, agar tetap semangat dengan kehamilannya.
Bila Anda tidak hamil dan menderita lupus, Anda tetap dapat hamil dengan sehat di kemudian hari. Tunggulah minimal 6 bulan setelah sembuh, agar kehamilan Anda sehat.
Bunda, semoga ulasan di atas bermanfaat.
Referensi : Lupus and Pregnancy, theAsianParent Filipina , Hispanic Woman and Pregnancy : Lupus, babycenter.com
Baca juga:
Kisah Istri Cacar Air Saat Hamil, Suami: "Jangan Anggap Sepele"