Menjadi anak baru di sebuah sekolah dengan kultur yang berbeda memang sering jadi target empuk bullying. Seorang ibu berbagi kisah tentang anaknya yang jadi korban bullying anak baru agar orangtua lain belajar dari pengalamannya.
Kisah bullying anak baru ini berawal dari kepindahan Lulu Basmah dan keluarga dari Turki ke Indonesia. Kedua anaknya memang tak lancar bahasa Indonesia dan lebih sering menggunakan bahasa Inggris.
Ternyata ini cukup memancing rasa iri hari teman-temannya di sekolah. Apalagi ketika bahasa Indonesia yang digunakan oleh Athira, anak pertama Lulu, mulai lancar sehingga mengerti apa yang disampaikan guru.
Ia meraih peringkat dua. Namun, bullying anak baru yang menimpanya juga semakin parah.
Lulu menuturkan kisah bullying anak baru yang diterima oleh Athira. Ia menulis sebuah status panjang yang hingga tulisan ini diturunkan sudah dibagikan oleh lebih dari 7000 akun di Facebook.
Berikut kisah bullying anak baru yang menimpa anak pertamanya.
Lulu belum menuliskan kisah bullying yang menimpa anak keduanya. Namun, 6000 followernya di Facebook senantiasa menanti updatenya.
Ia bersyukur karena Athira punya mental yang kuat saat dibully seperti apa pun. Justru saat ini, Athira bersahabat akrab dengan teman-temannya yang dulu membullynya.
Ada beberapa pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kisah bullying anak baru ini:
1. Peran orangtua
Peran orangtua sangat penting dalam membentuk karakter anak. Kisah bullying anak baru ini terjadi akibat anak-anak mendengar perbincangan orangtuanya yang menjelekkan orang lain.
Lulu mengingatkan para orangtua untuk tidak pernah membicarakan soal teman si anak di depan anak kita sendiri. Ia akan beranggapan temannya buruk dan boleh membullynya karena orangtua beranggapan demikian.
2. Ajari anak menyelesaikan masalahnya sendiri
Ajari anak-anak cara menyelesaikan masalahnya sendiri alih-alih mengadu. Pertemuan dengan orangtua tidak akan menyelesaikan permasalahan yang anak-anak hadapi saat tidak berada di depan orangtuanya.
3. Benarkah membalas bullying itu ajaran yang baik?
Nyatanya tidak seperti itu. Jika tubuh anak yang dibully lebih kuat, maka ia akan menyakiti temannya saat sedang membalas perbuatannya.
Jangan sampai, upaya membela diri justru akan membuat anak tersebut jadi pelaku penganiayaan kepada anak yang membullynya. Bisa-bisa, permasalahan bullying yang menimpanya akan makin panjang.
Belum lagi jika luka fisik yang menimpa si pembully itu cukup parah. Maka anak yang awalnya dibully ini akan makin sulit untuk mendapatkan keadilan yang harusya ia terima selama ini.
Memberi bekal ilmu bela diri memang penting. Tapi membangun dukungan sosial itu adalah yang utama.
Ajari anak untuk berani menghadapi bullying anak baru dengan memberitahu orang dewasa jika keadaannya memang sudah sangat keterlaluan. Sebagai orangtua, Parents wajib berteman dengan semua orang yang ada di lingkungan sekolah/kursus anak agar ada saksi mata yang dipercaya jika hal yang tidak diinginkan terjadi.
4. Ajari anak untuk mengapresiasi sesama
Jangan sampai anak Anda pelit memberikan apresiasi pada temannya. Jika ada yang punya nilai lebih bagus, ucapkan selamat dan ajari anak untuk bisa rendah hati belajar pada temannya yang lebih pintar.
Hal ini penting dilakukan agar tidak timbul perasaan iri pada temannya. Rasa iri yang dipelihara secara komunal dapat mengakibatkan bullying terhadap satu orang anak yang dianggap musuh bersama.
Artikel terkait: Anak suka memukul orang lain, salah siapa?
Sebaliknya, anak yang lebih unggul dalam prestasi di sekolah juga perlu untuk bersikap rendah hati agar sikapnya tak menyakiti yang lainnya. Perlu bimbingan orangtua dan guru untuk dapat mendidik anak yang berlapang dada terhadap prestasi temannya.
5. Jangan sepelekan bullying
Bullying secara verbal, mental, dan fisik sama-sama menghancurkan diri anak. Jika Anda menyepelekannya, anak-anak akan semakin bingung akan bercerita ke mana jika ia tertekan. Jangan dengan enteng bilang, ‘namanya juga anak-anak’ saat menghadapi bullying.
Hal itu akan membuat anak membentuk kebiasaan semena-mena terhadap orang lain karena aksi salahnya selama ini dimaklumi dan dibela. Biasakan untuk mengingatkan anak jika ia salah dan beri contoh minta maaf yang baik pada anak sekali pun Anda adalah orangtuanya.
Tidak ada orang yang pantas dibully. Tidak ada orang yang pantas melakukan bullying. Sebagai orangtua, Parents bisa mendidik anak seperti mendidik diri sendiri dengan tidak membully sesama sekalipun itu hanya komentar di sebuah Instagram belaka.
Baca juga:
9 Strategi Mengajari Anak Membela Diri saat Menghadapi Bullying (Perundungan)