Lagi-lagi, pahlawan medis harus gugur di medan perang melawan pandemi Virus Corona. Salah seorang dokter senior di Rumah Sakit Medistra di Jakarta, dr. Ketty Herawati Sultana, wafat di usia 60 tahun setelah merawat pasien dan terinfeksi COVID-19.
Dia dikenal sebagai dokter yang tak kenal lelah yang merawat siapapun tanpa memperhatikan kondisi kesehatannya sendiri. Salah satu pasien yang pernah dirawatnya adalah Menteri Perhubungan Indonesia, Budi Karya Sumadi yang dikonfirmasi positif COVID-19.
Dr. Ketty Herawati Sultana terinfeksi Virus Corona
Pada pertengahan Maret lalu, Menteri Budi Karya Sumadi datang ke rumah sakit dengan gejala yang dicurigai sebagai penyakit tipes. Ternyata penyakitnya itu menjadi salah satu kasus awal virus corona di Indonesia.
Saat itu dr.Ketty menjadi salah satu dari tim yang merawatnya. Sesudahnya, dr.Ketty dan beberapa anggota staf yang lain tertular virus itu sendiri, meskipun tidak pernah disebutkan pasti dari mana asal penularannya.
“Dia meninggal pada 4 April di rumah sakit,” kata putrinya, Dr. Margareta Oktaviani.
Artikel terkait: Seorang dokter di Medan meninggal dunia setelah terinfeksi virus corona!
Dr. Ketty Herawati Sultana akhirnya wafat meninggalkan suami dan tiga anak setelah dirawat selama 7 hari di Rumah Sakit Medistra.
Semasa hidup, dia menghabiskan masa kerjanya di Rumah Sakit Medistra sebagai dokter umum. Kematiannya menjadi sorotan kekhawatiran akan risiko tenaga medis yang merawat pasien virus Corona di Indonesia, di mana peralatan pelindung diri terbatas.
Setidaknya ada 44 orang dokter, perawat dan dokter gigi di Indonesia yang telah meninggal dalam pandemi sejauh ini. Dr. Ketty adalah salah satunya.
Sosok dr. Ketty Herawati Sultana di mata anaknya
Berasal dari Jakarta, dr. Ketty memiliki reputasi sebagai orang yang baik dan murah hati, tetapi juga keras dan ulet dalam bekerja.
“Mama akan merawat pasien manapun,” kata putrinya.
“Dia tidak akan berpikir dua kali apakah itu pasien dengan penyakit menular atau tidak. Jika orang yang sakit membutuhkan bantuan, Mama akan segera merawat pasien itu.”
Dr. Margareta, 29, mengatakan bahwa ibunya sangat memengaruhi hidupnya. Dia menjadikannya teladan dan mengikuti jejaknya menjadi seorang tenaga kesehatan.
“Aku menjadi dokter karena Mama,” katanya. “Aku melihat bagaimana Mama membantu orang lain, bagaimana dia dihormati oleh orang lain dan bagaimana dia dicintai oleh pasiennya.”
Dr. Ketty menyenangkan dan baik hati, kenang rekan sejawat
Seorang teman dan sesama dokter, Anita Puspasari, menceritakan pengalamannya bekerja bersama dr. Ketty. Suatu ketika ada seorang pasien yang bingung apakah akan menjalani prosedur medis tertentu atau tidak. Dr. Ketty secara pribadi membawa pasien itu untuk mengunjungi dokter di rumah sakit lain guna mendapatkan second opinion (pendapat kedua) mengenai penyakitnya.
“Dia ingin menenangkan pikiran pasien,” kata dr. Anita. “Dia membantu semua orang.”
Artikel terkait: Banyak dokter yang gugur akibat Covid-19, dokter Reisa ungkapkan kesedihannya!
Salah satu kebiasaan dr. Ketty yang selalu diingat rekan-rekannya adalah hobi memasaknya. Dia bahkan sering membawa makanan yang telah disiapkannya di rumah ke rumah sakit untuk dibagi-bagikan kepada temannya.
“Dia meminta kami, rekan-rekannya, untuk menikmati masakannya,” kata Dr. Anita. “Dia adalah orang yang sangat menyenangkan dan baik hati. Kita semua merasakan kehilangan yang sangat besar atas wafatnya.”
Kini, dr Ketty telah telah berpulang di sisiNya bersama para pahlawan medis lainnya yang gugur selama pandemi. Selamat jalan dokter, jasamu takkan terlupakan.
Kisah perjuangan dr. Ketty ini menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Para pahlawan medis telah bertarung mempertaruhkan nyawa demi menyelamatkan orang lain. Maka sudah sepatutnya kita memperlakukan mereka dengan sepenuh hormat. Bukannya malah menjauhi atau bahkan menolak jenazahnya setelah berjuang demi orang lain.
Garda depan dalam melawan pandemi yang sesungguhnya bukanlah pada tenaga kesehatan, melainkan kita, masyarakat. Caranya adalah dengan mematuhi aturan social distancing dan pola hidup bersih dan sehat. Dengan begitu kita dapat menekan persebaran atau membatasi penularan COVID-19 sehingga membantu meringankan pekerjaan para tenaga medis.