Kenali Tanda Keputihan saat Hamil yang Aman dan Tidak Aman Berikut ini
Yuk Bunda, kenali keputihan yang aman dan tidak aman pada ibu hamil.
Keputihan pada ibu hamil menjadi salah satu keluhan yang sering kali terjadi dan membuat Bumil resah.
Karena itu, sering muncul pertanyaan apakah hal itu termasuk normal? Bahayakah untuk janin?
Bila Bunda menjadi salah satu orang yang mengalaminya, Bunda tak perlu terlalu khawatir. Sebab keputihan saat hamil sebenarnya adalah hal yang normal terjadi.
Umumnya, keputihan terjadi karena adanya perubahan hormon tubuh selama kehamilan. Selain itu, ada pula beberapa keputihan yang berbahaya dan butuh penanganan medis.
Untuk itu, yuk kita kenali perbedaannya!
Keputihan pada Ibu Hamil yang Aman
Dr. Sheryl Ross, seorang pakar kandungan di Pusat Kesehatan Providence Saint John, California, mengatakan bahwa keputihan saat hamil disebut pula dengan leukorrhea.
Keputihan dapat dikatakan aman apabila:
- keputihan berbentuk lendir tipis,
- berwarna putih susu,
- berbau ringan,
- disertai dengan flek putih, berserabut, dan meninggalkan noda kekuningan ketika ia mengering.
Ada beberapa hal penyebab keputihan pada ibu hamil, yakni:
- tekanan emosi,
- hormon,
- kekurangan nutrisi,
- efek obat-obatan.
Untuk menghindari keputihan, sebaiknya jangan menggunakan tampon dan cairan pembersih khusus untuk vagina selama kehamilan. Kedua produk tersebut justru dapat memasukkan kuman baru ke dalam vagina, dan mengganggu keseimbangan bakteri sehat yang ada di vagina sehingga menyebabkan infeksi.
Bunda hanya harus rajin membersihkan daerah vagina selama kehamilan. Bila perlu, gunakan panty liner agar Bunda selalu merasa nyaman.
Artikel terkait: Berbagai Bentuk Cairan Vagina dan Maknanya Bagi Kesehatan Bunda
Keputihan pada Ibu Hamil yang Tidak Aman
Bunda sebaiknya segera ke dokter bila keputihan berwarna hijau atau kekuningan, berbau kuat, gatal, dan meninggalkan rasa gatal. Sebab bisa jadi Bunda mengalami infeksi vagina.
Infeksi vagina terjadi ketika kadar asam dan ragi di dalam vagina tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan kemungkinan ragi tumbuh secara berlebihan sehingga membuat tidak nyaman.
Artikel terkait: Waspadai Infeksi Jamur Saat Hamil yang dapat memengaruhi kesehatan janin
Secara umum, ada tiga jenis infeksi vagina:
1. Bacterial Vaginosis
Meski penyebab pasti ini masih belum diketahui, tetapi infeksi ini rentan terjadi pada seseorang yang memiliki pasangan lebih dari satu atau melakukan hubungan secara oral. Gejala infeksi ini antara lain:
- jumlah keputihan yang banyak,
- berwarna abu-abu,
- encer,
- berbau amis.
2. Trichomoniasis
Infeksi ini disebabkan oleh organisme protozoa. Protozoa bisa bertahan 24 jam pada tampat lembap seperti handuk basak atau peralatan mandi lainya.
Gejala infeksi ini antara lain:
- keputihan yang berbusa atau berbuih,
- berwarna kuning atau hijau,
- jumlah banyak,
- ada radang di vagina.
3. Monilia
Infeksi monolia terjadi jika jamur terdapat dalam jumlah banyak dan menyebabkan perubahan keseimbangan pH di vagina. Infeksi ini biasanya bukan karena hubungan seksual, melainkan karena stres, obat KB, diabetes, dan penggunaan antibiotik.
Gejala infeksi ini antara lain:
- jumlah keputihan yang banyak,
- berwarna putih dan kenyal,
- ada rasa panas di vagina.
Sebaiknya segera konsultasikan pada dokter bila Bunda mengalami gejala-gejala seperti di atas jenis ini. Pasalnya, jika infeksi tidak segera ditangani, akan meningkatkan risiko ketuban pecah dini, bayi lahir prematur, dan gangguan berat badan pada ibu hamil.
***
Bagaimana Bunda, sekarang sudah tahu kan, keputihan seperti apa yang normal dan tidak? Jika masih ragu juga, cobalah mengobrol dengan dokter langganan Bunda.
Baca juga
Hati-hati! Keputihan berlebihan bisa sebabkan radang serviks