Parents, hati-hati dengan lingkungan di sekitar Anda. Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Gresik, mulai Januari hingga Agustus 2019 sebanyak 22 orang telah tercatat terkena penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh kencing tikus. Tujuh orang diantaranya meninggal dunia.
Penyakit kencing tikus merenggut tujuh nyawa warga Gresik
Menurut Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Pemkab Gresik dr Ummi Khoiroh, kasus leptospirosis ini mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya itu jarang sekali ada masyarakat di Gresik yang terkena penyakit akibat virus kencing tikus ini. Paling ada juga empat kasus, dengan satu meninggal dunia dalam satu tahun. Itu pun pada daerah yang biasa terkena banjir,” ujar Ummi dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Dari 32 puskesmas se-Kabupaten Gresik, 18 puskesmas menyumbang kasus tersebut. Namun dari seluruh puskesmas tersebut, kasus yang paling banyak ditemukan ada di wilayah pertanian dan pertambakan seperti di Kecamatan Cerme, Duduksampeyan, dan Panceng.
Tidak hanya di wilayah pertanian, Ummi juga mengatakan bahwa pengembangbiakan tikus sedang tinggi sehingga juga bisa mewabah di wilayah perkotaan.
Untuk itu, ia meminta warga agar lebih waspada dalam menjaga lingkungan.
“Wilayah perkotaan juga tentu harus menjaga kebersihan. Sebab, sekarang tidak jarang ditemukan tikus got yang berkeliaran,” ungkapnya.
Artikel terkait: Terungkap! Ini dia penyebab kematian utama anak dan remaja
Mengenal leptospirosis akibat kencing tikus
Dilansir dari WebMD, leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Leptospira Interrogans. Bakteri ini disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi.
Tidak hanya tikus, beberapa jenis hewan lain yang bisa menjadi pembawa bakteri leptospirosis ialah anjing, sapi, dan babi.
Proses penularan bakteri leptospirosis tidak langsung dari air kencing hewan pembawa ke penderita. Namun melalui media, seperti makanan, air, atau tanah yang terinfeksi.
Gejala leptospirosis biasanya muncul dalam jangka waktu 2 minggu setelah terinfeksi. Adapun gejala yang dimaksud ialah:
- Demam
- Sakit kepala
- Sakit otot
- Penyakit kuning pada kulit dan mata
- Muntah
- Diare
- Ruam kulit
Gejala-gejala ini hampir mirip dengan gejala demam berdarah dengue (DBD). Akibatnya, banyak penderita leptospirosis yang awalnya didiagnosa menderita DBD.
Bila tidak segera ditangani, leptospirosis dapat menyebabkan kegagalan organ hingga kematian.
Mencegah penyakit leptospirosis
Ada beberapa hal yang dapat Anda lakukan untuk mencegah leptospirosis, yakni:
a. Hindari air yang terkontaminasi
Sebagai masyarakat yang tinggal di negara berkembang. Sebaiknya jangan minum air kecuali Anda yakin itu bersih.
b. Menjauh dari hewan yang terinfeksi
Jauhi hewan yang memiliki kemungkinan terinfeksi, terutama tikus liar.
Di dunia Barat, 20% dari tikus liar mungkin memiliki bakteri ini. Hati-hati jika Anda harus menangani tikus liar atau bersentuhan dengan habitatnya.
c. Waspadai lingkungan sekitar Anda
Waspadai lingkungan terutama saat Anda bepergian. Di negara-negara dengan sanitasi buruk, leptospirosis lebih sering terjadi dan mungkin sulit dihindari. Jadi, kenali gejalanya dan cari bantuan medis segera jika Anda sakit.
Lebih lanjut, Kementerian Kesehatan Indonesia (Kemenkes) telah menjelaskan langkah-langkah antisipasi untuk menghindari timbulnya penyakit leptospirosis. Antara lain:
- Menghindari adanya tikus yang berkeliaran di sekitar kita
- Hindari bermain air saat terjadi banjir, terutama jika mempunyai luka
- Gunakan alas kaki, misalnya sepatu anti air, bila terpaksa harus ke daerah banjir
- Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil
Semoga informasi di atas bermanfaat, tetap waspada dan jaga kebersihan untuk memastikan kesehatan seluruh keluarga.