Usia seseorang memang tidak akan pernah ada yang bisa menduga. Maut bisa datang kapan pun juga. Berita duka datang dari penyanyi Opick, istri keduanya, Wulan Mayasari, menghembuskan napas terakhirnya Minggu (18/3/2018). Dua bulan lalu, bayi yang dikandungnya mengalami stillbirth (kematian janin dalam kandungan) di usia kehamilan 8 bulan. Apa yang sebenarnya terjadi?
Kematian janin dalam kandungan
Seperti yang dikutip dari Liputan6.com, Ustadz Derry Sulaiman, Sahabat Opick, memberikan keterangan, “Putranya Mas Opick juga pas umur 8 bulan di kandungan, keguguran di dalam perut. Meninggal di dalam rahim ibu.”
Menurutnya, sejak saat itu kondisi Wulan terus menurun. Bahkan, wanita 34 tahun itu harus bolak-balik rumah sakit untuk menjalani perawatan. “Habis itu kondisi istrinya drop, keluar masuk rumah sakit terus diopname. Keluar sehat, masuk sakit lagi,” ucapnya.
Belum diketahui secara pasti apa penyebab Wulan meninggal dunia. Yang pasti perjuangannya cukup berat setelah melahirkan bayi yang diketahui berjenis kelamin laki-laki dalam kondisi stillbirth atau kematian janin dalam kandungan.
Kami di theAsianparent mengucapkan turut berduka dan berharap agar keluarga Opick dan Wulan Mayasari yang ditinggalkan tetap tabah menghadapi cobaan ini.
Lalu bagaimana penjelasan mengenai kasus stillbirth atau kematian janin dalam kandungan yang terjadi pada bayi Wulan?
Stillbirth, atau bayi lahir mati, adalah kematian janin di dalam rahim atau selama persalinan. Ada beberapa perbedaan batasan stillbirth di beberapa negara. Misalnya, di Singapura menganggap stillbirth bila bayi lahir mati setelah usia kehamilan mencapai 28 minggu atau lebih.
Namun di Indonesia, umumnya bayi dianggap lahir mati apabila mati setelah 20 minggu kehamilan. Bila bayi atau janin meninggal sebelum waktu tersebut, maka ibu hamil tersebut dianggap mengalami keguguran.
Mengapa terjadi Stillbirth?
Pada banyak kasus, penyebab stillbirth tidak diketahui. Namun, beberapa penyebab umumnya adalah:
- Pertumbuhan bayi yang sangat lambat
- Perdarahan dari plasenta
- Kelainan kromosom, genetik atau metabolisme pada janin
- Kelainan struktural janin
- Kelainan irama jantung
- Adanya simpul pada tali pusat, ataupun tali pusat yang kurang terhubung baik dengan plasenta
- Hipoksia (kekurangan oksigen) pada janin
- Prakondisi medis ibu yang tidak baik
- Infeksi
- Diabetes
- Konsumsi nikotin, alkohol dan/atau obat terlarang
Siapa yang berisiko mengalaminya?
Kemungkinan terjadinya stillbirth lebih besar pada ibu hamil yang memiliki kondisi berikut:
- Mengalami obesitas
- Pernah mengalami stillbirth sebelumnya
- Hamil kembar dua atau lebih
- Preeklamsia
- Pernah melahirkan bayi prematur
- Memiliki penyakit kronis misalnya sakit ginjal, tekanan darah tinggi, lupus, diabetes, tiroid, atau masalah pada pembekuan darah
- Merokok, minuman keras, dan narkoba saat hamil
Tanda-tandanya
Bila gerakan janin tidak lagi terasa, segera periksakan kandungan Anda ke dokter. Dokter akan mengecek detak jantungnya dengan alat Doppler, lalu bila diperlukan USG dapat memperjelas kondisi janin. Pada beberapa kasus, USG dapat menjelaskan penyebab terjadinya stillbirth.
Bagaimana mengurangi risiko terjadinya stillbirth?
A. Sebelum hamil
- Bila Anda memiliki risiko stillbirth, maka saat melakukan program kehamilan, konsultasikanlah kepada dokter Anda. Informasikan semua obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk obat herbal.
- Bila Anda menderita diabetes atau hipertensi, pastikan kondisinya terkendali sebelum Anda hamil.
- Mengkonsumsi asam folat 400 mikrogram sehari, satu bulan sebelum melakukan program kehamilan.
- Bila Anda mengalami obesitas, turunkan dulu berat badan yang berlebih sebelum hamil. Janganlah berusaha menguruskan badan saat hamil.
B. Selama hamil
Babycenter.com menuliskan bahwa Anda dapat memonitor tendangan bayi setiap hari setelah kehamilan berusia 28 bulan.
Ukurlah lama waktu yang dibutuhkan si bayi untuk melakukan 10 gerakan yang signifikan. Jika terdapat kurang dari 10 tendangan dalam 2 jam, atau Anda merasa si bayi tidak seaktif biasanya, segera ke dokter untuk dicek lebih lanjut.