Sudah siapkah kita untuk full day school?
Meski belum mendapat lampu hijau dari pemerintah, sekolah di beberapa wilayah telah mulai menerapkan peraturan full day school, atau sekolah sehari penuh dari pagi sampai sore. Di Jakarta, misalnya, full day school telah diberlakukan sejak tahun lalu di beberapa sekolah dasar dan menengah.
Menurut Sekretaris Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Susie Nurhati, sebagaimana dilansir oleh Metrotvnews, kebijakan sekolah penuh hari diatur oleh kebijakan daerah yang hanya berlaku di DKI. Orang tua yang siswanya sekolah di Jakarta tidak akan kaget jika kebijakan itu digulirkan serentak .
Tentu saja kebijakan itu mengundang reaksi beragam dari para orang tua. Salah satunya adalah posting Facebook berikut ini:
Sementara itu, Ketua Komisi Perlindungan Anak dan Perempuan Indonesia (KPAI) Asrorun Niam mengatakan, kebijakan lima hari per delapan jam belajar di sekolah tidak sejalan dengan kondisi masyarakat yang sangat plural dan multikultural. Situasi peserta didik tidak seragam, demikian juga situasi orang tua mereka.
“Sebelum ada Permendikbud, kondisi sudah ideal. Ada sekolah yang membuka model full day school untuk memberikan layanan anak dan orang tua yang memang cocok dengan model tersebut. Ada yang half day, bagi anak yang sosok sesuai kebutuhan subyektifnya,” ujarnya.
Di sisi lain, kebijakan sekolah penuh hari juga mendapat dukungan dari berbagai pihak. Tak sedikit orangtua yang tidak keberatan anak-anak mereka pulang sore. Para orangtua ini sepakat dengan tujuan awal kebijakan sekolah penuh hari, yaitu untuk menerapkan program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) demi terciptanya generasi mendatang yang berkualitas di segala bidang.
Kelebihan dan kekurangan
Dampak positif full day school
Sebuah studi dilakukan tahun 2015 oleh Inter-American Development Bank untuk mengetahui apa dampak positif full day school di negara-negara Amerika Selatan.
Fokus penelitian adalah full day school di Kolombia yang, sama juga seperti Indonesia, masih menjadi perdebatan. Secara singkat, studi itu meyimpulkan kelebihan/ manfaat full day school adalah:
- Pemahaman siswa tentang materi pelajaran akan lebih mendalam, sehingga mengurangi risiko siswa tidak naik kelas atau tertinggal dalam memahami materi.
- Kemampuan siswa untuk mata pelajaran Matematika dan Bahasa menjadi lebih baik dan stabil.
- Siswa memiliki banyak waktu untuk menggali bakat dan kemampuannya melalui pelajaran praktek.
- Mengurangi jumlah pernikahan dini dan jumlah siswa putus sekolah.
- Mengurangi kecemasan orang tua yang (karena berbagai hal) tidak bisa mengawasi aktivitas anak-anak saat mereka pulang sekolah.
-
Anak/siswa bisa lebih dekat dan akrab dengan teman-teman sekolahnya, baik yang satu kelas atau tidak.
- Jam pelajaran terakhir dimanfaatkan untuk aktivitas ekstrakurikuler, yang (di beberapa sekolah) cenderung dipandang sebelah mata, berpeluang akan lebih aktif dan berfungsi maksimal sebagai ajang penyaluran bakat dan ekspresi siswa.
- Jalinan emosional antara guru dan siswa akan lebih dekat dan personal, karena mereka akan lebih sering menghabiskan waktu bersama-sama.
- Menjelang akhir semester para guru tidak perlu terburu-buru menyampaikan materi sesuai tuntutan silabus, karena waktu belajar di sekolah yang lebih lama memungkinkan materi bisa diajarkan dengan lebih tuntas.
- Siswa dapat mengerjakan PR di sekolah dan tersedia waktu untuk berkonsultasi pada guru tentang materi yang tidak atau belum dipahami.
Dampak negatif full day school
Agar berimbang, kita juga sebaiknya tidak menutup mata pada dampak negatif full day school berikut ini:
1. Sekolah akan mengeluarkan lebih banyak biaya. Ada biaya kompensasi untuk tenaga pengajar karena penambahan jam belajar mengajar, biaya pengadaan perlengkapan tambahan untuk praktek siswa, juga bertambahnya biaya untuk membayar tagihan listrik.
2. Orang tua akan mengeluarkan biaya lebih besar untuk pendidikan anak. Misalnya untuk biaya kompensasi guru dan uang saku anak.
3. Anak bisa merasa lelah, sehingga sulit konsentrasi atau bahkan tertidur saat jam belajar mengajar. Akibatnya mereka tidak bisa memahami materi pelajaran.
4. Jam belajar lebih lama tidak selalu membuahkan pencapaian akademik lebih baik. Kemampuan individu siswa tetap berperan menentukan nilai mereka di akhir semester.
5. Guru juga akan lelah karena mereka harus tinggal lebih lama di sekolah untuk mengajar. Mereka tiba di sekolah lebih awal untuk menyiapkan materi, mencatat nilai, dan menghadiri rapat guru sepulang sekolah.
Beberapa orang tua dan pihak lain yang kontra dengan full day school mengungkapkan alasan keberatan mereka sebagai berikut:
6. Tidak semua sekolah di semua daerah di Tanah Air layak memberlakukan sekolah penuh hari. Penyebab utamanya adalah tidak seragamnya kualitas bangunan fisik sekolah dan fasilitas pendukungnya.
7. Besar kemungkinan anak tidak punya waktu untuk mengenal lingkungan sekitarnya dan tidak punya waktu untuk berinteraksi dengan golongan selain keluarga dan teman-teman sekolah.
8. Anak-anak tidak punya waktu untuk mengikuti kegiatan di luar sekolah, misalnya: Karang Taruna, klub olah raga (renang, bulu tangkis, dll), sanggar seni untuk anak, dan mengaji.
9. Para orang tua (terutama para ibu) harus bangun lebih pagi untuk menyiapkan makanan untuk bekal makan siang anak, karena sekolah tidak menanggung makan siang siswa.
10. Berkurangnya komunikasi antara anak dan orang tua. Di sore hari anak sudah lelah dan mereka cenderung ingin tidur. Libur dua hari di akhir pekan cenderung digunakan anak untuk diri mereka sendiri, sehingga tidak ada waktu untuk berbicara dengan orang tua.
Parents, bagaimana pendapat Anda? Kemukakan di kolom komentar ya..
Baca juga:
Mengapa Kemampuan Belajar Siswa Sekolah Dasar di Indonesia Buruk?