Setiap orangtua pastinya menginginkan anak lahir selamat dalam keadaan sehat. Dan bisa membawa bayi pulang setelah beberapa hari di rumah sakit. Namun pada kelahiran bayi prematur, anak seringkali terpaksa menginap dulu di rumah sakit hingga beberapa minggu bahkan hitungan bulan.
Kondisi ini dialami Rasyiqui Sakha Radeya, putra pertama pasangan Edo Yudha Agustian dan Rina Anggraeni. Berikut kisah perjuangan Rasyiqul yang lahir pada usia kandungan 5 bulan 27 hari, yang diceritakan sang Bunda.
Kelahiran bayi prematur dengan berat 720 gram
Pada 22 Mei 2017 di saat usia kehamilan saya 23-24 minggu, saya terpaksa melahirkan anak pertama kami, Rasyiqul dengan berat 720 gram dan panjang 30 cm dikarenakan terdapat infeksi pada janin yang sampai saat ini kami belum tahu penyebabnya.
Sebelumnya kami dirawat di rumah sakit Hermina, Jatinegara, tapi dirujuk ke rumah sakit Pondok Indah agar Rasyiqul mendapatkan penanganan yang lebih optimal.
Saat Rasyiqul berusia 3 minggu, ia harus menjalani Operasi Ligasi PDA (Patent Ductus Arteriosus), karena kelainan jantung bawaan yang umum dialami bayi prematur. Pada masa-masa itu Rasyiqul harus terus dibantu dengan banyak alat dan obat-obatan, serta berkali-kali transfusi sel darah merah untuk membantunya bertahan hidup.
Melihat tubuh anakku dipenuhi selang dan tabung, saya sering menangis karena tidak tega. Ingin rasanya saya menggantikan posisinya. Tapi kami selalu berusaha kuat untuk kesembuhannya.
Di usia yang belum menginjak 3 bulan, Rasyiqul kembali harus menjalani operasi. Kali ini operasi Traekostomi yang disebabkan karena terdapat peradangan pada laring dan pita suara, karena banyaknya slam atau lendir pada paru-paru akibat terlalu lama menggunakan selang pernapasan.
Banyaknya obat, tindakan dan beberapa operasi hingga 24 Oktober lalu, biaya pengobatan rumah sakit sudah hampir mencapai Rp2 milyar. Tapi kami tidak menyerah, karena mendapat dukungan dari keluarga, teman dan juga publik melalui kitabisa.com
Perkembangan kondisi Rasyiqul
Di awal bulan 7 November, kondisi Rasyiqul cukup stabil. Sebelumnya ia sudah bisa minum susu dari botol setelah menjalani terapi dari dokter spesialis paru-paru. Namun sempat terhenti karena harus dipasang selang lagi.
Pada 8 November, Rasyiqul kembali menjalani tindakan retcam (retina camera). Tindakan ini dilakukan berkala karena sebelumnya ia didiagnosis ROP (retina of premature) pada grade 3.
ROP adalah perkembangan abnormal pembuluh darah retina mata yang dijumpai pada bayi prematur akibat organ tubuh yang belum matang sempurna saat dilahirkan. Sebelumnya ia sudah menjalani laser sebanyak 2 kali.
Yang sabar dan kuat ya, Nak. Doa itu yang selalu kami ucapkan setiap kali ia menjalani tindakan atau operasi untuk kesehatan Rasyiqul.
Sayangnya, pada 22 November, kondisi bayi mungil kami drop karena ada darah yang keluar melalui selangnya. Hasil pemeriksaan menyimpulkan ia terkena infeksi, diawali dengan demam yang naik turun.
Padahal Rasyiqul berencana pulang ke rumah di minggu akhir November. Manusia hanya bisa berencana tapi Allah lah yang berkuasa. Anak kami harus mendapat perawatan di ruang isolasi dan memerlukan infus serta beberapa transfusi untuk mendapat mengobati infeksinya.
Dan, pada 30 November, Rasyiqul menjalani tindakan Broncoscopy untuk membersihkan slam atau lendir yang jumlahnya meningkat dikarenakan infeksinya. Tindakan tersebut berjalan lancar. Namun kondisi bayi kami makin menurun, dan terus menurun.
Hingga akhirnya perjuangan jagoan kami harus berakhir pada 10 Desember 2017. Selamat jalan Rasyiqul, terima kasih sudah pernah menjadi bagian dari keluarga kecil kami…
Tonton video hari-hari terakhir Rasyiqul hingga ke peristirahatan terakhirnya berikut ini:
Risiko kelahiran bayi prematur
Menurut data statistik WHO tahun 2013, kurang lebih 1.5 juta bayi terlahir prematur setiap tahunnya di dunia. Jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya. Indonesia berada dalam urutan ke5 dari 10 negara dengan jumlah kelahiran bayi prematur terbanyak di dunia.
WHO juga mengungkapkan, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, disebut mengalami kelahiran prematur. Ada banyak alasan yang menyebabkan kelahiran bayi prematur — beberapa faktor seperti kehamilan bayi kembar, bayi yang ibunya menderita diabetes, penyakit lupus, atau mengalami infeksi.
Pada umumnya bayi yang dilahirkan sebelum waktunya tiba, berisiko mengalami berbagai komplikasi. Berat atau ringannya komplikasi yang terjadi sangat tergantung pada tingkat prematuritas mereka. Semakin muda usia kehamilan saat melahirkan, tentunya risiko komplikasi yang dialami si bayi akan semakin besar.
Baca juga : 5 Hal Penting Tentang Bayi Lahir Prematur
Kebanyakan bayi prematur lahir pada rentang usia kehamilan 34-36 minggu. Lalu, bagaimana kemungkinan bayi prematur bertahan hidup jika dilahirkan pada usia kehamilan yang lebih kecil dari itu?
Bayi yang lahir di usia kandungan 24 minggu secara umum membutuhkan banyak penanganan medis, di antaranya ventilasi mekanis dan perawatan invasif lain, termasuk perawatan di neonatal intensive care unit (NICU).
Sebanyak dua pertiga bayi yang lahir pada usia kehamilan 24 minggu yang dirawat di NICU umumnya akan mampu bertahan. Sebanyak 98 persen bayi yang lahir di usia kehamilan 30 minggu juga akan bertahan hidup.
Harapan hidup kelahiran prematur berdasarkan usia kandungan
Berikut ini harapan hidup bayi prematur berdasarkan usia kehamilan:
Usia kehamilan 23 minggu: harapan hidup 17%
Usia kehamilan 24 minggu: harapan hidup 39%
Usia kehamilan 25 minggu: harapan hidup 50%
Usia kehamilan 26 minggu: harapan hidup 80%
Usia kehamilan 27 minggu: harapan hidup 90%
Usia kehamilan 28-31 minggu: harapan hidup 90-95%
Usia kehamilan 32-33 minggu: harapan hidup 95%
Usia kehamilan 34+ minggu memiliki harapan hidup hampir sama peluangnya dengan bayi cukup bulan
Sumber: Kitabisa, Hellosehat
Baca juga:
Selalu ada harapan hidup bagi bayi prematur, 9 foto senyuman ini membuktikannya