Kekerasan terhadap istri tidak hanya terjadi secara fisik, seorang suami bisa juga melakukan kekerasan mental atau verbal. Seperti memaksa istri melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan, atau menghina istri dengan kalimat yang merendahkan.
Seorang ibu di Singapura bernama Sharani Khamis, berbagi kisah pahit saat suaminya melakukan kekerasan terhadap istri. Awalnya semua berjalan indah, dan perilaku sang suami berubah, hingga membuat ia mengalami trauma.
Kisah awal pertemuan
Sharani pertamakali bertemu dengan suaminya Daniel melalui website kencan di bulan Oktober 2007. Setelah terhubung melalui obrolan daring selama 3 bulan, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu di bulan Januari 2008. Sharani mengenang pertemuan itu sebagai hari yang indah. Daniel datang dengan sebuket bunga mawar merah.
“Saya terkesan dengan betapa perhatiannya dia. Kami langsung merasa cocok, dan segera menjadi akrab. Saya sangat menghargai sikapnya yang terbuka soal kehidupannya. Saya merasa kami saling memahami satu sama lain, kami bertukar cerita tentang diri masing-masing.
“Ia juga membantu saya bernegosiasi dan mendapatkan pekerjaan yang saat ini sudah saya geluti selama 7 tahun. Ia sangat fokus, ambisius, pengejar mimpi, dan pemimpin dalam pekerjaannya. Ia juga sangat tenang dan penyabar dan lelaki yang punya pemikiran mendalam. Hatiku pun berkata, dialah yang kucari.”
Badai di awal pernikahan
Sharani dan Daniel menikah dengan ritual agama Islam di bulan januari 2014, 3 bulan mengarungi rumah tangga, semuanya berjalan baik-baik saja. Daniel yang sempat di PHK pada tahun 2012 harus berjuang mencari kerja ke sana sini. Karena itulah, sebagin besar pengeluaran rumah tangga ditanggung oleh Sharani.
Sharani merasa kehidupan pernikahannya baik-baik saja, dia merasa bahagia. Hingga semuanya berubah ketika Sharani hendak memberi kejutan ulang tahun pada sang suami. Ulang tahun Daniel jatuh di bulan April, Sharani hendak memberikan hadiah liburan ke Myanmar, seperti yang sudah lama diinginkan Daniel. Namun ketika Sharani menyampaikan kejutannya pada Daniel, sang suami malah marah.
“Ia meledak dan mengatakan kalau saya hanya membuang-buang uang. Ia juga begitu marah karena menganggap saya tidak minta izin dulu padanya. Saya bingung melihat perubahan perilakunya yang begitu mendadak, mengingat kejutan bukanlah hal baru baginya. Ia menuduh saya tidak menghormatinya.”
“Saya sangat terkejut dan terluka. Dari mana semua kemarahan itu berasal? Kami baru saja menikah. Pertengkaran itu menjadi yang pertama semenjak kami menikah,” tutur Sharani dengan sedih
Dan karena tiket serta penginapan untuk liburan ke Myanmar telah dipesan, mau tidak mau akhirnya Sharani dan Daniel berangkat juga. Perjalanan ini sekaligus menjadi bulan madu mereka setelah menikah.
Perilaku suami yang mulai berubah
“Pada saat perjalanan ke Myanmar, ia selalu tampak nempel dengan HP-nya dan menjaga jarak dengan saya saat menelpon,” kata Sharani.
“Saya tidak merasa seperti pasangan baru yang sedang berbulan madu. Saya merasa ia tidak menginginkan kehadiran saya, seakan-akan keberadaan saya merupakan hal yang sangat mengganggu baginya. Saya mencoba untuk membuat perhatiannya kembali pada saya dengan melakukan hal-hal yang biasanya tak pernah saya lakukan. Tapi dia malah semakin acuh tak acuh.”
Akhirnya pertengkaran pun terjadi, Sharani merasa apapun yang ia lakukan selalu salah di mata Daniel. Pulang dari Myanmar, hubungan mereka belum membaik. Dan tawaran kerja di Bangkok untuk Sharani membuat Daniel tampak bersemangat. Sharani menawarkan Daniel untuk ikut bersamanya ke Bangkok, namun sang suami menolak dengan alasan ingin menghabiskan waktu bersama teman-temannya.
Akhirnya, Sharani pun berangkat sendiri ke Bangkok. Saat berada di Thailand, Sharani mencoba menghubungi sang suami berulangkali, namun selalu tidak bisa. SMS yang dikirimkan pun hanya dijawab dengan singkat. Di sini, Sharani mulai merasa ada yang salah. Karena curiga, Sharani akhirnya memeriksa akun dropbox milik Daniel.
Alangkah terkejutnya Sharani melihat akun sang suami dipenuhi oleh foto perempuan lain. Dia akhirnya sadar, ada alasan lain mengapa Daniel menolak ajakannya ke Thailand.
Konfrontasi
Sepulangnya dari Thailand, Sharani langsung menanyai Daniel tentang identitas perempuan yang ia lihat di akun dropbox-nya. Namun sang suami hanya mengatakan ia adalah wanita yang ditemui di bar.
“Tiba-tiba saja ia menuduh bahwa saya tidak mempercayainya. Ia bilang sangat terluka dengan apa yang saya pikirkan terhadapnya, terutama mengingat kami baru saja menikah. Ia katakan bahwa ia telah bersumpah dan semuanya sia-sia karena saya tetap saja tak bisa mempercayainya.”
“Saya sangat bingung dan merasa sangat bersalah. Saya pikir dia ada benarnya, mungkin ini semua hanya paranoia belaka dan saya hanya ingin melihat apa yang ada dalam bayangan saya saja. Saya minta maaf, tapi dia tidak menerimanya, dan terus menyudutkan saya.”
Daniel mulai melakukan kekerasan terhadap istri secara verbal
“Demikianlah dan hari-hari neraka pun dimulai. Dari sana, tidak ada satu pun hal yang saya lakukan, katakan, atau pikirkan tampak benar di matanya.”
“Ia terus mengatakan betapa tak bergunanya diri saya. Bahkan membuat sebuah tulisan dengan judul, kenapa aku tidak bisa bahagia dengan istriku. Hati saya hancur berkeping-keping membacanya. Saya terguncang. Apakah ia begitu merasa tak bahagia sehingga harus dijabarkan menjadi daftar seperti itu?”
Sharani merasa dikecewakan mengetahui bagaimana suaminya telah mengacuhkan fakta bahwa Sharanilah yang telah menopang hidup mereka berdua saat Daniel sedang mencoba mencari jalan keluar dari situasi pekerjaannya.
“Saya menuliskan kembali hal-hal yang telah saya lakukan sebagai istrinya baginya, yang sama sekali luput dari perhatian. Dan saat dikonfrontir mengenai hal ini, ia mengatakan bahwa apa yang saya lakukan untuknya merupakan hal yang lumrah dalam pernikahan, dan merupakan bagian dan semacam parsel pernikahan. Ternyata, ia merasa tidak perlu mengucapkan terima kasih pada saya untuk semua ini.”
Daniel memanipulasi perasaan dan pikiran Sharani
“Saya merasa tak berguna, seperti istri yang buruk. Saya juga memiliki perasaan yang kuat bahwa ada orang lain dalam pernikahan kami.
“Ada yang menyarankan agar kami berdua pergi ke konseling bersama-sama, namun Daniel mengatakan bahwa saya lebih membutuhkannya dibandingkan dia, mengingat saya yang punya masalah dengan kepercayaan dan hal itu meruntuhkan pernikahan kami.”
“Saya mulai percaya bahwa sayalah biang masalah dalam pernikahan kami. Saya pergi ke konseling, merasa kalah. Saya juga mulai berdoa, berharap mendapatkan pertolongan nyata untuk menyelamatkan pernikahan saya.”
“Pada tanggal 17 Juli, 2015, di hari pertama lebaran kami, saya meminta maaf pada suami saya. Pada saat itu saya mengatakan padanya bahwa saya akan coba untuk menjadi istri yang diinginkannya. Ia menatap saya seakan-akan saya berhutang banyak padanya karena telah memaafkan saya.”
Perselingkuhan Daniel terungkap
Pada tanggal 21 Juli 2015, setahun setelah perjalanan perusahaan Sharani ke Thailand, dia mendapatkan sebuah video rekaman sang suami dengan perempuan lain di rumah yang mereka tinggali sejak menikah, di ranjang pengantin mereka.
“Seluruh tubuh saya terguncang melihatnya. Saya lihat semua pakaian saya hilang dari lemari pakaian yang memang berkonsep terbuka, dan sepatu saya juga hilang dari lemari sepatu tak berpintu yang kami miliki.”
“Saya melihat ke waktu dan tanggal video. Itulah waktu di mana saya menelponnya dari Bangkok, namun tidak dijawab. Pada hari yang sama, saya melihat ada gambar perempuan di dropbox-nya. Dan isinya adalah perempuan yang sama seperti di dalam video. Saya hancur remuk. Saya murka.”
“Sekarang tiba-tiba semuanya masuk akal bagi saya. Mengapa ia begitu marah pada saya, mengapa ia tidak mau ikut ke Thailand bersama saya. Mengapa ia menuliskan tentang hal-hal yang membuatnya tak bahagia. Juga tentang bagaimana ia memanipulasi saya sepanjang tahun dengan mengatakan bahwa sayalah masalah di dalam pernikahan kami. Pada saat itu saya menyadari bahwa itu semua bukanlah kesalahan saya. Firasat dan insting saya sebagai seorang istri sangat benar.”
“Malam itu saya mencoba menelpon polisi, karena saya takut ia akan melakukan kekerasan jika saya menanyakan soal perselingkuhannya. Bagaimana ia terus menyalahkan saya dan menuduh saya tak mempercayainya, itu semua membuat saya gila.”
Keesokan harinya Daniel ditahan oleh polisi, dan Sharani meninggalkan rumah yang ditinggalinya sejak menikah.
Kehadiran buah hati yang membawa harapan baru
Dua hari setelah Daniel ditahan polisi, Sharani mendapatkan komentar dari temannya bahwa ia tampak berbeda dan menyarankan Sharani untuk melakukan tes kehamilan.
“Saya menertawakan dugaannya; hampir tak mungkin kalau saya sampai hamil; karena sebelumnya saya memang punya riwayat masalah kesehatan. Namun teman saya bersikukuh.”
Dan setelah melakukan tes, ternyata Sharani memang positif hamil.
“Ada semacam perasaan yang bercampur antara bahagia, kebingungan, ketakutan, dan rasa marah. Saya adalah makhluk dengan segudang emosi yang bermasalah.”
Sayangnya, ketika Sharani mengabari kehamilannya pada Daniel, sang suami justru mencurigai anak yang dikandung Sharani bukanlah anaknya. Meskipun sudah jelas bahwa Daniel lah yang berselingkuh. Namun, Sharani tetap berharap pernikahannya bisa diselamatkan dengan kehadiran bayi di tengah mereka.
Sharani kembali ke rumah yang ditinggalinya bersama Daniel. Sang suami hanya dua kali menemaninya periksa kandungan, itupun dengan maksud untuk menanyakan tes DNA bayi secara terang-terangan di depan Sharani.
Kelahiran bidadari kecilku
“Saya merasa sangat bodoh untuk bisa mempercayai bahwa kehadiran seorang bayi dapat menyelamatkan pernikahan saya. Pada saat ibunya Daniel datang berkunjung pada minggu kedua setelah saya melahirkan, ia pergi ke gym dan menggoda perempuan. Kemudian saya tahu kalau ternyata dia berbohong kepada perempuan tersebut mengenai statusnya, ia katakan kalau ia masih lajang. ”
“Saya sudah kehilangan semua harapan rekonsiliasi saat itu. Saya melalui masa-masa paska kelahiran bagaikan di dalam neraka. Sebulan setelah ibunya pergi, saya memutuskan kalau semuanya cukup sampai di sana, dan meninggalkan dia selama-lamanya.”
Hidup sebagai orang tua tunggal
“Secara finansial, memang terasa agak berat, namun kami bisa bertahan. Namun secara emosional, sudah lama saya tidak merasakan sebaik ini. Saya merasa bebas. Saya merasa akhirnya bisa bernafas dengan lega kembali.
“Saya tak perlu lagi merasa khawatir ia akan berbohong pada saya, atau menyiksa diri sendiri dengan berpikir mengenai apa yang ia lakukan di belakang saya. Saya sudah cukup bahagia.”
Pelajaran dari pengalaman ini
“Saya hanya ingin menyampaikan hal ini pada siapapun yang menghadapi rumah tangga yang berantakan seperti saya:
- Jangan cuma diam.
- Jangan terima begitu saja apa yang Anda anggap salah.
- Percayai insting dan keberaniaan Anda saat mereka mengirimkan sinyal bagi Anda.
- Percayai teman-teman Anda karena merkea dapat melihat apa yang tak bisa kamu lihat.
- Keluar dari relasi beracun secepat yang kamu bisa.
- Sadari kekurangna Anda dan cepat-cepatlah mencari pertolongan. Organisasi semacam Komnas Perempuan, Yayasan Pulih, LBH Apik, membantu menguatkan perempuan melalui berbagai program konseling dan pelatihan.
- Dan terakhir, jika Anda adalah orang yang beriman, berdo’alah dan minta petunjuk dan panduan dariNya. Tabir antara Tuhan yang orang yang teraniaya otomatis terangkat, dan do’a Anda akan lebih mudah dikabulkan. Ia mendengarkan dan akan memandu dan menolong Anda…”
Tulisan ini adalah harapan agar kelak Sharani dan bayi Sofia menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang layak mereka terima. Penderitaan yang dilalui Sharani akibat kekerasan terhadap istri yang dilakukan suaminya, menjadi pelajaran berharga bagi kita semua.