Setiap orang memiliki kehidupan rumah tangga yang berbeda. Namun, pasti menyakitkan jika ada seorang pelakor (perebut laki orang) di dalam kehidupan rumah tangga yang sekuat mungkin dipertahankan.
Saat kita menikah dengan seseorang, berbagai masalah pasti akan datang. Bahkan terkadang ada hal-hal yang memang tak dapat kita duga, misalnya kehadiran orang ketiga.
Berikut tulisan yang mewakili suara hati istri soal gunjang ganjing kehidupan rumah tangga dari Amalia Sinta:
Huft, akhir-akhir ini makin sering beredar kisah nyata tentang PELAKOR alias PErebut LAKi ORang ya.
Berada di posisi sebagai seorang istri, tentu saya ikut geram mendengarnya.
Istri yang mau prihatin, menemani dari nol, malah dikhianati saat suami sudah mapan. Istri yang baik, merawat anak dan rumah sepenuh hati, malah diselingkuhi.
Sedihnya luar biasa… Remuk redam sampai dasar hati.
Apapun alasannya, merebut suami orang itu salah. Apapun alasannya, selingkuh itu salah.
Baca juga: Seorang Istri Menyerang Selingkuhan Suami Dengan Menyiram Bubuk Cabai ke Vaginanya
Sebenernya, kenapa sih perselingkuhan bisa terjadi?
Ada banyak faktor tentunya. Setahu saya, alasannya seputar kurangnya komunikasi, sering cekcok dengan lontaran kata kasar, merasa kesepian, bosan dengan rutinitas, tidak terpenuhinya kebutuhan seks juga bisa jadi penyebab.
Bila dicermati, sebagian besar hubungan perselingkuhan itu melibatkan seks kan. Yang hanya sekedar mengusir sepi dengan chat mesra, mungkin hanya sepersekian persen.
Jika kedua pihak sering bertemu fisik, sangat mungkin sampai tahap terlarang.
Sempat terusik di pikiran saya, kenapa sih lelaki suka sekali seks?
Ini bicara lelaki secara umum ya, bukan hanya mereka yang berselingkuh. Dan rasanya kadarnya jauh lebih tinggi dari wanita, terutama ketika sudah punya anak.
Kalo kata Louann Brizendine, M.D., penulis The Male Brain, disebutkan bahwa dalam otak bagian hypothalamus, ada area yang disebut sexual pursuit. Nah di kepala lelaki, area ini berukuran 2,5 kali lebih besar daripada wanita.
Lelaki juga memproduksi hormon testosteron 10 kali lebih banyak daripada wanita. Hormon ini fungsinya untuk membangkitkan gairah seks.
Nah dari penjelasan ilmiah ini, saya jadi paham kenapa hasrat seksual lelaki lebih tinggi dari wanita. Ya emang udah dari sononya, begitu komposisi otaknya lelaki hehe..
Namun, meski memiliki hasrat seksual tinggi, bukan berarti wajar jika lelaki berselingkuh ya. Karena otak lelaki juga dilengkapi dengan korteks prefrontal (PFC) yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku dan berpikir selayaknya lelaki dewasa.
Sementara di otak wanita, seks itu gak begitu dominan. Apalagi ketika memiliki anak, prioritas hidup pun berubah. Tanpa disadari, itu urusan seks melipir ke pinggiran hehe..
Sehari-hari, energi istri banyak terkuras untuk mengurus anak dan rumah. Hingga akhirnya saat malam tiba, tenaga low batt.
Rebahin punggung di kasur rasanya nikmaat banget. Pejamin mata, bakal langsung pules deh.
Eh tapi..kok yang di sebelah colak-colek.
Maka jurus tolakan halus pun terucap :
“Lagi capek nih, Pah”
“Besok aja deh ya”
Suami maklum. Besok malemnya, tiba saat menagih janji, eh dijawab :
“Aduh lemes banget hari ini, Pah”
Eng ing eng…
Gimana perasaan si suami?
Sebel, bete…
Nah kalo penolakan ini berulang terus-menerus, gimana suami bisa menyalurkan hasrat seksualnya? Balik lagi soal pentingnya posisi seks bagi lelaki, mereka memang sangat membutuhkannya, sama seperti kebutuhannya akan makanan.
Trus amit-amit nih ya, gimana kalo saat itu, pas ada perempuan genit yang emang berniat godain? Bisa kaya kunci masuk ke lubang pintu, klop gitu. Trus kebuka deh pintunya, pintu perselingkuhan…
Trus gimana, apa kudu memaksakan diri saat fisik istri emang kecapean parah? Ya enggak juga. Pada prinsipnya, hubungan seks kudu bisa dinikmati kedua belah pihak kan yah. Jangan sampai terpaksa, karena istri berhak atas tubuhnya juga.
Saat benar-benar lelah, minta suami untuk memaklumi. Namun besok malamnya, siapkan tenaga untuk berjibaku dengannya.
Ingatlah, bahwa satu-satunya hal yang TIDAK BISA didelegasikan ke pihak lain adalah urusan KASUR. Maka, susun kembali prioritas kita sebagai istri. Ingatlah, tenaga kita terbatas. Anak, suami dan diri sendiri perlu dirawat, kemudian baru urusan dapur dan sumur.
Maka jangan ragu memakai jasa asisten rumah tangga jika memang dirasa tak sanggup sendiri. Jangan merasa bersalah saat sedang tidak sempat masak dan delivery lauk dari luar.
Tidak perlu A-Z beres terus setiap saat, setiap hari. Punya anak kecil tentu perlu banyak penyesuaian. Bereskan secukupnya, semampunya. Perfeksionis soal rumah bisa memicu stress ibu, hati-hati ya Mak.
Yakin deh, suami gak akan protes kalo urusan cucian diserahkan ke londry, asal saat dia akan berangkat kerja, bajunya sudah siap. Yakin deh, suami gak keberatan melihat mainan yang berantakan, asal saat pulang, istri sudah mandi, rapi, wangi dan menyambut dengan senyuman manja.
Yakin deh, suami jauh lebih bahagia saat istri selalu angguk-angguk mau menemaninya “tidur”, walau untuk itu dia harus ikut mengerjakan sebagian kerjaan rumah.
Oya, secara pelakor itu biasanya necis, dandanan keren, maka kita para istri yang di rumah, perlu juga jaga penampilan. Walau konon katanya daster bolong itu nyaman banget, tapi ya jangan dipake depan suami yak.
Baju yang warnanya udah super buluk, karet celana kedodoran, udahlah jadiin lap dapur/ keset ajah hihi…
Tiap hari suami ketemu temen kantor yang cantik, rapi, wangi lowh. Masa sampai rumah, liat istrinya kusem.
Btw, menurut dr.Boyke, normalnya frekuensi bercinta untuk usia di bawah 40 tahun adalah 2-3x seminggu. Tapi jika sedang punya balita, memang wajar lebih sedikit dari itu. Katakanlah jadi 1x seminggu. Maka 1 hari dalam seminggu itu, kurangilah beban kerjaan rumah.
Skip yang bisa di skip.
Jadi, masih ada sisa tenaga untuk merawat diri dan bertempur malam harinya. Bukankah salah satu upaya menjaga keharmonisan hubungan suami istri adalah dengan menjaga kehangatan kasurnya?
Oya satu hal yang penting juga adalah variasi gaya. Sebaiknya gak monoton biar gak gampang bosan. Coba posisi dan lokasi baru, asal nyaman dan aman buat kedua belah pihak, just do it.
Emm..gimana kalo masih tinggal bareng orangtua?
Mungkin bisa coba sediakan kasur lipat di kamar. Kalau bisa pakai partisi penyekat di antaranya. Jadi kalo anak tetiba bangun, aman yak hehe…
Jadi Buibu… Mari ingat lagi kenangan indah saat baru menikah. Hadirkan romantisme pengantin baru, meski anak bertambah melulu.
Yang sedang renggang karena kurang komunikasi, yuk jalin kemesraan lagi. Kurangi omelan, jadilah teman diskusi yang asik. Hindari perkataan yang membuat suami sakit hati.
Ucapkan kalimat romantis dan pujian ke suami. Sebelum ada wanita lain yang memuji sekaligus merayunya dengan penuh gombal.
Jika semua yang dibutuhkan sudah terpenuhi di rumah, apalagi yang mau suami cari di luar sana?
#SharingnyaSinta
Sampai tulisan ini diterbitkan, statusnya telah dibagikan lebih dari 2400 akun Facebook dan mendapat banyak komentar. Kebanyakan merasa bahwa apa yang ditulis Sinta ini sesuai dengan perasaan hatinya.
Selingkuh, benarkah salah istri?
Beberapa istri merasa sangat bersalah saat suami berselingkuh. Hal ini ditambah dengan anggapan masyarakat yang menganggap bahwa penyebab suami selingkuh adalah karena ‘pelayanan’ istri kurang.
Padahal menikah bukanlah menjadi pelayan. Suami istri adalah sepasang teman hidup dengan posisi setara yang saling mendukung dan menjaga.
Jika ada salah satu minta dilayani dan sedang yang lainnya semena-mena ketika “pelayanan” kurang, maka kehidupan rumah tangga tidak berjalan dengan baik. Ketiadaan visi yang sama membuat kehidupan rumah tangga tidak seimbang dan serba tak nyaman.
Suami harus membantu istri tampak cantik dan merasa cantik. Karena jika penampilan luar serba cantik namun istri tetap tidak percaya diri, maka hal itu tidak akan ada artinya.
Loyalitas alias kesetiaan harus diutamakan dalam kehidupan rumah tangga. Jika ada salah satu yang mengabaikan pentingnya loyalitas ini, maka ia sebenarnya telah jadi pengkhianat.
Anak yang dibesarkan di bawah satu atap dengan orang yang tak menghargai loyalitas dan komitmen pernikahan pun akan jadi korbannya.
Maka dari itu, apabila terjadi perselingkuhan dalam kehidupan rumah tangga, jangan salahkan orang yang diselingkuhi, melainkan salah si tukang selingkuh. Menghakimi orang yang diselingkuhi dengan tuduhan ‘tidak dapat memuaskan/melayani’ hanya akan menambah luka hati yang mestinya tak perlu.
Bagaimana pendapat Anda?
Baca juga:
Punya Suami Tukang Selingkuh? Ini 8 Hal Memuakkan yang Sering Jadi Alasannya
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.