Kecemasan merupakan hal yang normal dan umum dirasakan oleh anak-anak. Dalam kebanyakan kasus, kecemasan pada anak bersifat sementara dan dapat dipicu oleh peristiwa stres tertentu.
Sebagai contoh, seorang anak kecil mungkin mengalami kecemasan saat berpisah dengan orangtuanya ketika mulai memasuki sekolah. Kasus lainnya kecemasan anak timbul karena melihat film horor yang menakutkan, mengalami peristiwa yang menyedihkan atau sekadar mendengar berita yang menyebabkan anak sulit tidur.
Sayangnya, kecemasan pada anak ini bisa berlarut-larut dan dirasakan secara intens, alhasih bisa mengganggu rutinitas dan kegiatan sehari-hari seorang anak seperti pergi ke sekolah, berteman, atau tidur.
Artikel terkait: Parents, Kenali Perbedaan Antara Stres dengan Penyakit Mental Gangguan Kecemasan Anak ini
Kecemasan pada anak menurut Psikolog
Terkait dengan hal ini saya sempat berbincang dengan Psikolog Klinis, Veronica, Adesla, M.Psi. Psikolog, ia mengatakan bahwa kecemasan atau gangguan kecemasan dalam psikologi meliputi pengertian yang cukup luas.
“Gangguan kecemasan mencakup gangguan rasa takut dan cemas berlebihan yang berhubungan dengan terganggunya perilaku.” kata Veronica.
Veronica melanjutkan, para orangtua sebaiknya bisa memahami bahwa ganguan kecemasan berbeda dengan rasa takut.
Rasa takut merupakan reaksi emosional terhadap ancaman yang nyata atau yang akan segera dihadapi. Misalnya, saat anak takut terhadap ketinggian atau saat anak takut dengan badut. Sedangkan lainnya dengan gangguan kecemasan.
Artikel terkait: 15 Cara untuk Mengurangi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Pada Anak
Tipe kecemasan pada anak yang sering terjadi
Lebih lanjut, Veronica juga memaparkan bahwa ada beberapa tipe kecemasan pada anak yang sering kali tidak disadari orangtua. Berikut di antaranya:
Tipe kecemasan pada anak #1. Separation anxiety disorder
Separation anxiety disorder cukup sering dialami oleh anak-anak. Veronica juga menjelaskan kalau kecemasan tipe ini berkaitan dengan rasa takut saat berpisah dari figur yang dirasa lekat (dekat) secara emosional, dalam taraf yang tidak tepat dan berlebihan.
“Ketakutan dan kecemasan ini muncul terus menerus, seperti ketakutan akan terjadinya hal buruk atau peristiwa buruk pada figur tersebut yang membuatnya harus kehilangan atau berpisah dari figur tersebut,
Selain itu anak juga berperilaku tidak mau berpisah dari figur itu, bahkan juga mimpi buruk atau gejala fisik yang muncul akibat distress. Umumnya muncul pada masa kanak-kanak, namun dapat juga terekspresikan pada masa dewasa.” kata Veronica.
Tipe anxiety disorder atau gangguan kecemasan ini akhirnya membuat anak lengket dengan satu figur, misal ibu atau ayahnya.
Tipe kecemasan pada anak #2. Selective mutism
Gangguan kecemasan lainnya, yaitu selective mutism, yaitu kegagalan anak untuk berbicara di situasi sosial tertentu.
“Selective mutism adalah kegagalan individu untuk berbicara di situasi sosial tertentu secara terus-menerus, di mana ia diharapkan untuk berbicara, (seperti, sekolah) meskipun ia dapat berbicara di situasi lain.
Jika dibiarkan, maka kegagalan berbicara ini menimbulkan dampak signifikan terhadap prestasinya di akademik atau pekerjaan,” ujar Veronica.
Tipe kecemasan pada anak #3. Specific Phobia
Bila si kecil sangat takut dengan sesuatu atau menghindari objek tertentu atau situasi tertentu, bisa saja dia mengalami specific phobia.
Biasanya kecemasan tipe ini akan muncul secara terus menerus dan berlebihan atau tidak sesuai dengan risiko aktual yang ditimbulkan.
“Beberapa contoh specific fobia, antara lain dengan binatang, misalnya laba-laba, serangga, anjing, contoh lain, lingkungan alam seperti ketinggian, badai, air, juga bisa karena sesuatu seperti darah, injeksi. Contohnya sangat khawatir dengan jarum suntik, prosedur medis atau juga karena situasional, misalanya pesawat, tangga jalan, atau saat berada di tempat tertutup,” papar Veronica.
Cara mengatasi kecemasan pada anak
Untuk mengatasi 3 tipe kecemasan di atas, kepada theAsianparents Indonesia, Monica Sulistiawati, M.Psi, Psikolog mengatakan kalau penanganan kecemasan pada anak berbeda dengan orang dewasa.
“Kecemasan pada anak perlu sangat berhati-hati, mendiagnosanya dan bentuk penanganannya berbeda dengan dewasa. Kalau pada anak-anak umumnya bentuk penanganan ada 2, yaitu terapi dengan anaknya langsung, kedua parenting coaching atau orangtuanya yang akan dipandu harus apa untuk membantu anaknya,” ungkap Monica.
Jika memang anak ternyata mendapat diagnosis mengalami ganggun kecemasan, ada tiga hal yang perlu Parents perhatikan :
1. Jangan khawatir berlebihan
Jika Anda sebagai orangtua sudah panik, dan khawatir, kondisi ini tentu saja akan ‘terbaca’ oleh si kecil. Dikatakan Monica, kondisi anak justru akan semakin sulit bila orangtua tidak tenang mengatasi anak yang cemas”.
“Yang pasti orangtuanya harus tenang dalam menghadapi situasi yang memicu si anak cemas. Kalau anak sudah cemas, orangtua juga cemas atau panik atau emosional… kondisi si anak akan semakin sulit ditangani,” terang Monica.
2. Lihat situasi
Saat orangtua sudah lebih tenang menghadapi anak yang cemas, evaluasi situasi yang bisa dilakukan. Tujuannya untuk mengetahui kesulitan apa yang dirasakan orangtua saat menghadapi anak yang cemas.
“Sisanya tergantung situasi. Ditelaah kesulitan orangtua seperti apa, situasinya seperti apa, sikap yang terbaik yang dapat dilakukan orangtua bagaimana.”
3. Hipnoparenting
“Hipnoparenting juga salah satu cara yang dapat dilakukan orangtua untuk membantu anak mengatasi kecemasannya,” kata Monica.
Dengan hipnoparenting, orangtua bisa memberi sugesti positif pada anak di saat kondisinya sedang rileks dan fokus atau asyik pada suatu gambaran.
Parents bisa melakukan komunikasi dengan anak tentang masalah yang dihadapinya, Parents juga dapat menunjukkan kasih sayang dan perhatian sebagai orangtua. Pilihlah kata-kata positif dan keluarkan dengan lembut dan dengan suara mendayu-dayu.
Dalam kondisi ini anak mudah menerima sugesti positif, sehingga anak bisa mengatasi masalahnya. Percaya atau tidak, kata-kata positif yang diucapkan dengan intonasi yang rendah, akan ditangkap pikiran bawah sadar anak sebagai kesan positif.
Selain itu jangan lupa dengan bahasa tubuh. Parents bisa memperlihatkan bahasa tubuh yang menunjukkan ketulusan dan perhatian dengan cara menatap sang buah hati kala berdialog, menyentuh, mengelus dan mendekapnya dengan kasih sayang.