Unik, Manusia Berdandan Sebagai Kerbau dalam Tradisi Kebo-keboan

Tradisi Kebo-keboan dari Banyuwangi, dilakukan oleh manusia yang berdandan seperti kerbau.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Kebo, bahasa tidak baku dari kerbau, adalah nama sebuah hewan yang pastinya sudah diketahui banyak orang. Namun, apakah Parents tahu ada sebuah tradisi di Indonesia, tepatnya di Banyuwangi, bernama Kebo-keboan?

Sudah sejak lama masyarakat Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi, Jawa Timur, menyelenggarakan upacara Kebo-keboan setiap setahun sekali. Tradisi biasanya dilakukan di hari Minggu antara tanggal 1-10 bulan Sura.

Hari Minggu dipilih karena ini adalah hari saat seluruh masyarakat tidak bekerja, sedangkan pemilihan bulan Sura alasannya karena masyarakat Jawa percaya bulan ini merupakan bulan yang keramat.

Sumber: Instagram @bwitoday

Tujuan dilakukannya tradisi Kebo-keboan adalah untuk wujud rasa syukur masyarakat Suku Osing terhadap hasil panen yang diterima. Selain itu, Kebo-keboan juga berfungsi sebagai upacara pembersihan desa agar masyarakat terhindar dari bahaya.

Saking menariknya upacara tradisi ini, Kebo-keboan selalu menjadi tontonan bagi sebagian orang yang berada di Jawa Timur, bahkan para wisatawan dari dalam dan luar negeri. Berikut adalah fakta mengenai tradisi Kebo-keboan yang mungkin belum Parents tahu.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Artikel terkait: Asal Usul, Sejarah, dan Makna Ogoh Ogoh, Ritual Nyepi Khas Bali

5 Fakta Menarik Tradisi Kebo-keboan dari Banyuwangi

1. Bukan Menggunakan Kerbau Sungguhan

Nama Kebo-keboan sendiri diambil dari bahasa daerah setempat yang berarti kerbau tiruan atau jadi-jadian. Mengapa hewan ini yang dipilih sebagai simbol? Karena kerbau dekat dengan kegiatan petani di sawah dan sudah dianggap sebagai “teman” oleh para petani dalam membajak sawah.

Sumber: Instagram @nilre.raharjo

Nah, karena namanya Kebo-keboan atau kerbau jadi-jadian, itu artinya yang diikutsertakan dalam tradisi ini bukan kerbau sungguhan, melainkan manusia yang didandani persis seperti kerbau. Namun, dari sekian banyak peserta, hanya yang bertubuh besar yang akan dipilih untuk memerankan kerbau.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Mereka semua didandani agar mirip dengan kerbau, lengkap dengan tanduk dan lonceng di lehernya. Nah, untuk membuat warna kulit orang yang menjadi kerbau menjadi mirip dengan kulit kerbau aslinya, seluruh tubuh mereka diolesi dengan cairan oli dan arang agar terlihat hitam. Selain itu mereka juga akan bertingkah laku seperti kerbau yang sedang berada di sawah bersama petani selama upacara.

2. Awal Mula Tradisi Kebo-keboan karena Adanya Wabah

Diceritakan dari berbagai sumber, zaman dahulu terjadi wabah penyakit yang menyerang manusia dan tanaman di Desa Alasmalang. Tidak diketahui pasti wabah apa itu. Namun saking parahnya, penyakit misterius tersebut sampai membuat membuat sejumlah warga kelaparan bahkan hingga meninggal dunia.

Untuk memohon petunjuk dan kesembuhan terkait dengan wabah tersebut, seorang sesepuh desa bernama Mbah Kanti kemudian pergi ke bukit untuk melakukan semedi. Dari semedi itulah Mbah Kanti mendapatkan wangsit supaya warga Desa Alasmalang melakukan ritual adat selamatan desa.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Instagram @dwphotography86

Secara spesifik, wangsit yang didapat Mbah Kanti menyebut bahwa warga harus mengadakan ritual Kebo-keboan dan mengagungkan Dewi Sri sebagai simbol kemakmuran dan keselamatan. Ajaibnya, setelah ritual adat itu dilakukan, penyakit yang menyerang warga dan hama yang menyerang tanaman warga di sawah langsung menghilang.

Sejak itulah tradisi Kebo-keboan rutin digelar setiap tahun. Masyarakat Desa Alasmalang percaya, ritual inilah yang selama ini melindungi mereka dari ancaman penyakit manusia dan tanaman.

Artikel terkait: Tata Cara Siraman Pengantin Jawa, Ritualnya Penuh Makna Mendalam

3. Persiapan Dilakukan Seminggu Sebelum Upacara

Karena termasuk upacara besar, persiapan sebelum melakukan Kebo-keboan bahkan sudah dimulai seminggu sebelumnya, yaitu diawali dengan kegiatan membersihkan lingkungan dusun dan rumah semua warga desa.

Sehari sebelum tradisi Kebo-keboan dilakukan, ibu-ibu berkumpul untuk menyiapkan sejumlah sesaji. Mulai dari tumpeng, kinang ayu, air kendi, ingkung ayam, aneka jenang, dan lain sebagainya. Selain untuk keperluan selamatan, sesaji tersebut juga akan ditempatkan di setiap sudut perempatan jalan di Dusun Krajan.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Instagram @pindle.indonesia

Selain itu, yang juga dipersiapkan oleh para ibu ini adalah perlengkapan upacara seperti pacul, pitung tawar, beras, pisang, kepala, bibit tanaman padi, singkal, pera, dan sejenisnya. 

Malam hari menjelang upacara, barulah giliran para pemuda dusun yang bertugas. Mereka menyiapkan palawija, tebu, ketela pohon, dan lain-lain, yang akan ditanam di sepanjang jalan Dusun Krajan. Di samping itu, mereka juga harus menyiapkan bendungan yang berfungsi untuk mengairi tanaman yang baru ditanam.

4. Tahapan dalam Upacara Tradisi Kebo-keboan

Dimulai pukul 08.00 WIB, upacara dimulai dengan doa dan makan tumpeng bersama. Jumlah tumpeng yang disediakan ada 12 buah, melambangkan perputaran kehidupan manusia, 12 jam siang dan 12 jam malam.

Loading...
You got lucky! We have no ad to show to you!
Iklan

Sumber: Instagram @genpibanyuwangi

Setelah itu, barulah dilakukan acara puncak yang disebut ider bumi. Kebo-keboan dan para peserta upacara arak-arakan mengelilingi Dusun Krajan. Di barisan paling depan selain Kebo-keboan, terdapat juga seorang perempuan yang melambangkan Dewi Sri, yang membawa benih padi. Di belakangnya, mengikuti sesepuh desa, tokoh masyarakat, perangkat dusun, pemain hadrah, pemain barong, dan warga dusun.

Sebelum menuju ke tujuan akhir yaitu sawah warga, seluruh peserta menuju bendungan terlebih dahulu. Mereka menyaksikan petugas pintu air membuka bendungan dan air mengalir mengairi tanaman-tanaman yang sudah ditanam warga di sepanjang jalan dusun.

Artikel terkait: 5 Ritual atau Tradisi Kehamilan di Berbagai Daerah Indonesia

5. Kebo-keboan Juga Dilakukan di Desa Lain

Selain di Desa Alasmalang, tradisi Kebo-keboan ternyata juga dilakukan di daerah Banyuwangi lainnya, yaitu Desa Aliyan, Rogojampi. Meskipun namanya sama, tetapi ada sedikit perbedaan dalam ritual yang mereka lakukan. Seperti ini tahapan Kebo-keboan di sana.

Sumber: Instagram @visitbanyuwangi

  • Pertama tahap persiapan, yaitu pemasangan umbul-umbul di sepanjang jalan desa.
  • Kedua adalah tahap membuat kubangan yang lokasinya disesuaikan rute arak-arakan manusia kerbau. Kubangan melambangkan tempat persemaian padi yang akan menghasilkan butir-butir beras
  • Ketiga yakni membuat gunungan hasil bumi. Gunungan ini berisi buah-buahan dan hasil bumi lain perlambang kesejahteraan
  • Keempat, dilakukannya tahapan ider bumi yaitu mengarak manusia kerbau ke seluruh penjuru desa
  • Kelima atau tahap penutup disebut ngurit, yaitu seorang tokoh berperan sebagai Dewi Sri memberikan benih padi kepada ketua adat. Oleh ketua adat, benih itu lantas diberikan kepada para petani untuk ditanam.

Sumber: Instagram @visitbanyuwangi

Itu tadi fakta-fakta menarik tentang ritual Kebo-keboan. Jika Parents berkesempatan mengunjungi Banyuwangi atau berencana untuk berwisata ke sana, mungkin bisa disesuaikan dengan waktu pelaksanaan tradisi ini agar bisa menyaksikan langsung uniknya upacara Kebo-keboan.

Baca juga:

Tradisi Bau Nyale, Tradisi Unik Mencari Putri Mandalika di Lombok

Mengenal Sangjit, Tradisi Seserahan ala Tionghoa yang Sarat Makna

13 Tradisi pernikahan India yang penuh ritual dan mitos, no. 11 bikin geleng kepala