Penyakit Kawasaki
Tiga hari setelah anak laki-lakinya, Caleb (6), mengalami demam ringan disertai ruam, lesu, sakit mulut, dan nafsu makan yang buruk, Annie Ingles mulai khawatir ada masalah yang lebih serius. Setelah suaminya melihat bintil-bintil di lidah anaknya membesar, kecurigaannya makin kuat.
Annie kemudian menghubungi dokter anak mereka melalui aplikasi chatting dan mengirimkan foto lidah anaknya. Dokter anak tersebut segera membalas pesan dan mengatakan kemungkinan anaknya mengidap penyakit Kawasaki.
“Kami sedikit lega karena mendeteksi penyakit ini sejak awal sehingga mencegah kerusakan jantung Caleb,” ujar Annie kepada theAsianparent Filipina.
Ia menuliskan pengalamannya dalam sebuah postingan Facebook dengan harapan para orangtua lain menyadari tentang penyakit langka yang berbahaya ini. Bila penyakit ini tidak dideteksi sejak awal dan ditangani dengan baik maka akan memberi pengaruh jangka panjang bagi hidup anak.
“Pengetahuan akan penyakit ini amatlah penting. Memang, Penyakit Kawasaki ini terhitung penyakit langka, tapi tidak terlalu langka jika sampai terjadi di sekitar kita, bukan?” tulis Annie dalam postingannya yang telah dibagikan lebih dari 100 kali di Facebook.
Mereka datang lagi keesokan harinya untuk melakukan tes darah lengkap dan echocardiography atau tes gema, yang memastikan diagnosis awal sang dokter anak.
“Saya telah membaca sedikit tentang penyakit ini sebelum hasil tes keluar. Saya menjadi paranoid dan meng-Google setiap gejala yang dialami anak saya,” ia melanjutkan.
Apa itu Penyakit Kawasaki?
Penyakit Kawasaki adalah sebuah penyakit yang memengaruhi mulut, kulit, dan kelenjar getah bening. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Meski penyebabnya tidak diketahui, namun diagnosis awal menjadi kunci penentu. Ketika gejalanya muncul pertama kali, anak-anak yang menderita penyakit ini dapat sembuh dalam hitungan hari.
Namun, jika tidak diobati dalam waktu 10 hari sejak gejala awal menyerang, akan menimbulkan risiko serius bagi jantung anak. Komplikasi meliputi pembengkakan pembuluh darah yang menjadi sangat berbahaya ketika menyentuh arteri koroner (pembuluh darah yang bertugas memasok darah ke jantung).
Penyakit ini juga bisa menyebabkan gangguan pola detak jantung seperti aritmia serta fungsi katup jantung yang tidak normal.
Bagaimana cara memastikan apakah anak saya juga mengalami kondisi ini?
“Dokter anak saya menggambarkannya sebagai reaksi berlebihan tubuh terhadap infeksi sehingga muncul demam dan pembengkakan kelenjar getah bening. Selama infeksi terjadi, tubuh bekerja ekstra untuk melawannya, termasuk sistem kekebalan tubuh, sistem limfatik, dan semua organ vital tubuh.
Ketika infeksinya menghilang, organ-organ lain kembali tenang kecuali jantung. Oleh karena itu, Penyakit Kawasaki sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya dan terkadang luput dari perhatian. Gejala-gejala setelahnya lah yang membuatku ketakutan,” tulis Annie.
“Karena jantung masih terus bekerja lembur, Penyakit Kawasaki menyerang arteri dan bahkan otot jantung,” Annie memperingatkan. “Arteri yang membengkak dan tidak segera ditangani dapat menyebabkan aneurisma (pelebaran pembuluh darah abnormal) serta serangan jantung di kemudian hari saat anak tumbuh dewasa.”
Gejala penyakit ini sering muncul dalam beberapa fase. Fase pertama melibatkan demam yang berlangsung selama 5 hari.
Fase ini dapat berlangsung hingga dua minggu. Dalam kasus Caleb anak lelaki Annie, mereka melihat gejala ‘lidah stroberi’ sejak dini.
Berikut gejala-gejala lain yang harus diwaspadai:
- mata merah yang amat parah
- ruam di dada, perut, dan kemaluan
- mulut kering, pecah-pecah, dan kemerahan
- sakit tenggorokan
- pembengkakan telapak tangan dan telapak kaki (berubah warna menjadi merah keunguan)
- pembengkakan kelenjar getah bening
Saat anak yang menderita Penyakit Kawasaki memasuki fase kedua, sebagian besar tangan dan kakinya mulai mengelupas. Gejala yang mengkhawatirkan ini juga bisa disertai diare, muntah, nyeri sendi, dan sakit perut.
Bagaimana cara menangani Penyakit Kawasaki?
Pertama, sangat penting mengetahui bahwa penyakit ini terdiri dari dua jenis – khas dan umum.
“Kawasaki yang khas akan menunjukkan semua gejala, sedangkan Kawasaki yang umum terjadi saat anak menujukkan satu gejala saja. Caleb dianggap sebagai Kawasaki umum karena demamnya ringan dan tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala-gejala lain muncul di hari ke enam saat ia jatuh sakit,” kenang Annie.
Perawatan Kawasaki harus dimulai dalam 10 hari sejak anak mulai demam untuk menghindari komplikasi kardiovaskular.
Salah satu bentuk perawatan dilakukan dengan memberikan dosis imunoglobulin intravena atau IVIG (antibodi yang dimurnikan dan diberikan dengan cara diinfus) yang merupakan komponen penting dalam darah untuk melawan infeksi. Cara pengobatan lain melibatkan pemberian aspirin dosis tinggi (atau dosis rendah dengan jangka waktu yang lebih lama) untuk mengurangi risiko komplikasi jantung.
Pada kasus Caleb, ia dianjurkan untuk menjalani kedua jenis perawatan tersebut.
“Kami berada di hari ke enam. Saya bersyukur karena dokter berpikir dan bereaksi dengan cepat. Kami berada pada waktu yang tepat untuk memulai pengobatan secara efektif,” tulis Annie.
Dalam postingannya, Annie menceritakan betapa mahal pengobatannya, terutama karena dosis obat diberikan berdasarkan berat badan anak.
“IVIG diberikan berdasarkan berat badan anak dan seperti yang kalian tahu, Caleb sudah cukup besar. Beratnya 33,9 kg. Jumlah botol IVIG dihitung berdasarkan berat Caleb. Setiap botol harganya di atas 28,000 Peso (atau setara 7,4 juta Rupiah).”
Menurut dr. Najib Advani, SpA(K), Ketua Unit Koordinasi Penyakit Jantung Anak Ikatan Dokter Anak Indonesia sekaligus peneliti penyakit Kawasaki kepada Kompas, penderita Kawasaki membutuhkan IVIG dua gram per kilogram berat badannya. Padahal harga per gramnya sudah di atas satu juta rupiah.
Proses infus IVIG ini berlangsung sekitar 12 jam. Sampai tulisan diterbitkan, Annie masih menunggu diagnosis lanjutan dari kardiolog anak yang memeriksa Caleb.
“Keadaan Caleb sekarang kembali normal tapi ia tak bisa pergi ke sekolah selama seminggu penuh sampai dokter ahli jantung memberikan izin,” ujar Annie kepada kami. “Aspirin akan tetap diberikan sampai dokter meminta berhenti.”
Apa yang bisa dipelajari dari Penyakit Kawasaki yang menakutkan ini?
Sebagai penutup, Annie membagikan pelajaran penting dari pengalaman mengerikan ini.
- Kawasaki menjadi berbahaya ketika tidak terdeteksi dan tidak mendapat pengobatan. Penyakit ini dapat berlangsung lama serta memberikan efek merusak yang dapat menghantui anak ketika dewasa. Jadi penting bagi Parents untuk tidak menyepelekan infeksi yang terlihat biasa saja.
- Penting untuk mencari dokter yang kompeten dan cukup berpikiran terbuka untuk mempertimbangkan segala kemungkinan. Dokter anak Anda bukan hanya harus berpengalaman, namun juga mudah dihubungi. Lebih penting lagi, ia harus tahu bagaimana bertindak cepat.
- Hanya karena penyakit ini dianggap langka, bukan berarti tidak dapat menyerang Anda atau seseorang yang Anda kenal.
- Parents harus proaktif dan menggali informasi yang dapat membantu Anda. Carilah kemungkinan bantuan keuangan yang ditawarkan oleh pemerintah seperti BPJS Kesehatan.
- Tidak ada pertanyaan bodoh atau konyol. Jadi jangan ragu untuk terus-menerus mengecek dengan dokter anak. Penyakit ini memang membuat orangtua menjadi paranoid dan panik. Deteksi dini menjadi kunci. Namun, lebih penting lagi untuk waspada!
*artikel disadur dari theAsianparent Singapura.
Baca juga:
Perjalanan Sindrom Kawasaki baby Hayley: dari salah diagnosis hingga sembuh