Kasus prostitusi marak di kalangan sisiwi SMP
Beberapa hari belakangan ini media digemparkan dengan berita tentang kasus prostitusi di kalangan siswi SMP dimana sisiwi SMP nya sendiri juga sudah menjadi mucikari. Dan paling ironis korban kasus prostitusi ini adalah kakak kandungnya sendiri. NA (15), sisiwi SMP sebuah sekolah swasta di Surabaya, Jawa Timur terpaksa harus berurusan dengan ranah hukum karena telah tertangkap tangan menjual 3 ABG di Hotel Fortuna, Surabaya, Minggu (9/6). Salah satu dari ketiga ABG tersebut adalah kakak kandungnya.
Dalam pengembangan penyelidikan kasus prostitusi tersebut, pihak berwajib menemukan ada 11 ABG yang sudah menjadi korban penjualan mucikari bawah umur ini. Fenomena apakah yang sedang terjadi di dalam masyarakat kita saat ini. Moral bangsa semakin amburadul. Akan dibawa kemanakah bangsa kita ini jika generasi penerus sudah rusak moralnya. Siapakah yang bertanggungjawab terhadap kasus prostitusi semacam ini.
Kita tentunya tidak dapat menyalahkan NA sepenuhnya. Coba kita tinjau latar belakang keluarga dan lingkungan tempat dia tumbuh dan berkembang. Kebanyakan permasalahan sosial seperti kasus prostitusi yang menimpa para remaja umumnya terjadi karena mereka merasa terlantar dan terabaikan di dalam lingkup keluarga maupun masyarakat sekitarnya. Lingkungan sangat berperan penting terhadap perkembangan perilaku anak. Apalagi usia SMP adalah usia yang masih rentan dan labil dalam pencarian jati diri mereka. Mereka akan dengan mudah mencari jalan pintas tanpa berpikir panjang jauh ke depan.
Dalam keluarga, orangtua tentunya berperan sangat penting untuk mengawasi putra-putrinya secara intensif. Menjadikan mereka sebagai sahabat agar mereka tidak merasa takut ataupun segan untuk menceritakan permasalahan yang sedang mereka hadapi. Keluarga seharusnya menjadi tempat sandaran utama dimana anak-anak merasa aman dan terlindungi. Sesibuk apapun orangtua sebaiknya tetap meluangkan waktu untuk memberikan perhatian dan kasih sayang terhadap putra-putrinya agar mereka tidak terjerumus ke dalam kasus prostitusi yang sedang marak terjadi di kalangan para remaja.
Jangan pernah berpikir bahwa sekolah adalah tempat terbaik bagi anak untuk mendapatkan pendidikan sepenuhnya. Anak-anak hanya menghabiskan sepertiga waktunya di sekolah, selebihnya peran orangtua sangat dibutuhkan dalam pengawasan mereka. Orangtua harus tahu pergaulan putra-putrinya untuk mencegah mereka terjerumus dalam hal-hal negatif semacam kasus prostitusi ini. Sebaiknya orangtua mengarahkan anak-anak mereka untuk melakukan kegiatan positif untuk mengembangkan dan mengasah bakat mereka agar mereka tidak punya waktu untuk terjerumus ke hal-hal negatif.
Tentunya kejadian yang menimpa NA ini bisa menjadi pelajaran bagi para orangtua untuk lebih memperketat pengawasan terhadap putra-putrinya. Memperketat pengawasan bukan berarti tanpa memberikan kebebasan. Namun dalam artian memberikan kebebasan yang bertanggungjawab. Dan hal seperti ini sebaiknya telah dipupuk sejak dini dengan menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan bahagia.
Bagi para orangtua yang gagal dalam menjalin biduk rumah-tangga, jangan berkecil hati. Hubungan yang tetap terjalin dengan baik antara pasangan suami-istri yang telah bercerai-pun masih tetap bisa memberikan pengawasan bersama walau tanpa hidup satu atap. Jika putra-putri berada di bawah pengasuhan Ibu, Ayah masih bisa tetap memberikan pengawasan walaupun sekedar melalui telpon. Begitu pula sebaliknya. Sehingga anak-anak masih tetap merasa dipedulikan oleh kedua orangtuanya.
Artikel terkait:
Berita terkait:
Share on Facebook atau G+ jika Anda merasa artkel ini bermanfaat. Join Komunitas Keluarga Indonesia di G+ untuk mengikuti update info dari kami dan berdiskusi dengan para Keluarga Indonesia
Parenting bikin pusing? Yuk tanya langsung dan dapatkan jawabannya dari sesama Parents dan juga expert di app theAsianparent! Tersedia di iOS dan Android.