Kasus demam berdarah kembali mencuat. Bahkan, belum lama ini delapan anak di Kabupaten Blitar dikabarkan meninggal dunia. Peristiwa ini tentu saja menjadi peringatan untuk Parents.
Kasus demam berdarah di Blitar
Dilansir dari Detik News, Data Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit (P3D) Dinkes Kabupaten Blitar menyebutkan bahwa sejak Januari hingga September 2019 ini tercatat 634 warga terserang demam berdarah. Angka ini mengalami kenaikan yang cukup tajam dibandingkan tahun 2018 sebanyak 534 selama kurun waktu satu tahun.
Akibat kondisi ini, Dinkes Pemkab Blitar mengimbau agar pemberantasan jentik nyamuk demam berdarah diperluas. Ini dilakukan untuk menghadapi musim penghujan yang diprediksi mulai turun November mendatang.
“Tahun lalu yang meninggal juga delapan. Tahun ini masih sampai September sudah 8. Ini warning bagi wilayah endemis untuk memperluas dan lebih teliti dalam pemberantasan jentik nyamuk,” ujar Kepala Bidang P3D Dinkes Kabupaten Blitar, Krisna Yekti, Rabu (23/10/2019).
Hingga sekarang, korban kematian akibat demam berdarah masih didominasi oleh anak-anak. Dengan kisaran umur antara 5 sampai 15 tahun.
Wilayah endemis di delapan kecamatan juga masih tetap sama dari tahun ke tahun. Yaitu wilayah Kecamatan Udanawu, Ponggok, Srengat, Sanankulon, Nglegok, Kanigoro, Selopuro dan Wlingi.
Kedelapan wilayah ini dikatakan endemis karena setiap tahun dilaporkan ada warga yang terserang demam berdarah. Di wilayah itu juga, ada pasien demam berdarah yang meninggal dunia.
“Ini harus menjadi perhatian khusus bagi Camat dan jajarannya yang terdata wilayah endemis nyamuk Aedes Aegypti. Camat harus lebih serius menangani program pemberantasan sarang dan jentik nyamuk. Kalau tidak, dikhawatirkan jumlah korban yang meninggal akan bertambah,” tegas Krisna.
Lebih lanjut, Krisna mengimbau agar masyarakat lebih memperluas dan teliti dalam pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Tidak hanya saluran air, tetapi juga di pot-pot bunga atau lokasi yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
“Sebetulnya DB itu memuncak ketika musim hujan. Lha ini musim kering saja jumlahnya sudah banyak. Makanya kita harus lebih teliti saat PSN untuk menghadapi musim hujan Nopember mendatang,” jelas Krisna.
Krisna menjelaskan bahwa angka penderita demam berdarah cenderung meningkat dalam siklus tiga tahunan.
Bila dilihat sejak tahun 2015 ada 356 pasien, tahun 2016 sebanyak 308 pasien, dan tahun 2017 turun menjadi 84 pasien. Maka sesuai siklus tiga tahunan, jumlah penderita demam berdarah memuncak pada tahun 2018, yakni sebanyak 534 pasien.
Namun sayangnya angka itu belum juga turun ketika mendekati akhir 2019. Angka ini justru naik 100 pasien menjadi 634.
Artikel terkait: Kenali gejala Demam Berdarah Dengue (DBD) pada anak
Mencegah demam berdarah pada anak
Demam berdarah (DB) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dari nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopictus. Virus ini dapat menyebabkan demam, sakit kepala, ruam, dan rasa sakit di seluruh tubuh.
Dalam sebagian besar kasus, demam berdarah bisa sembuh dalam satu atau dua minggu. Namun dalam beberapa kasus, demam berdarah bisa menyebabkan kondisi medis darurat yang lebih serius. Terlebih bila dialami oleh anak-anak.
Untuk itu, orangtua diharapkan dapat menjaga kebersihan lingkungan untuk menghilangkan sarang nyamuk.
Dilansir dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada beberapa pencegahan demam berdarah yang bisa Parents lakukan. Pencegahan ini disebut dengan cara 3M Plus, yaitu:
a. Menguras
Caranya dengan membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti bak mandi, tempat penampungan air minum, penampung air lemari es, tempat minum burung, vas bunga, dan lain-lain sekurang-kurangnya 7 hari sekali.
b. Menutup
Menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air seperti drum, toren air, dan sebagainya.
c. Memanfaatkan kembali
Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk atau kalau tidak memungkinkan dibuang dengan cara menguburnya.
d. Adapun plus yang dimaksud di sini ialah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti:
- Menggunakan kelambu saat tidur
- Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
- Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah
- Mengoleskan obat anti nyamuk (repellent) pada daerah kulit terbuka, kecuali wajah
- Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
- Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan
- Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
Referensi: Detik News, Ikatan Dokter Anak Indonesia
Baca juga
7 Obat demam berdarah dari bahan alami ini bisa Bunda buat di rumah