“Sekarang, sudah saatnya kamu ‘bebas’. Aku sangat, sangat bangga padamu. Kau telah berjuang begitu keras selama ini,” ungkap ibu Charlie yang telah mendampingi anaknya yang alami kanker hati pada anak.
Menyaksikan orang yang dicintai menderita karena harus melawan penyakit keras, tentu saja salah satu hal paling menyakitkan. Terlebih jika yang menderita adalah buah hati sendiri. Pertempuran seorang bocah 5 tahun yang melawan kanker hati pada anak ini sungguh meremukkan hati, jiwa dan raga.
Di sini, kami ingin berbagi kisahnya, seorang bocah yang berjuang melawan kanker hati pada anak
Pertempuran anak dengan kanker: Hepatoblastoma, kanker hati pada anak yang langka
Sejak Februari 2016 silam, Charlie Proctor yang berasal dari Inggris telah berjuang melawan Hepatoblastoma. Kanker hati pada anak ini termasuk langka yang bermula di bagian hati.
Anak berusia 5 tahun ini sebelumnya telah sukses menjalani operasi di Rumah Sakit Anak-anak Birmingham di Inggris, dan kankernya mengalami remisi. Namun beberapa waktu kemudian, keadaan memburuk, dan sel-sel kanker Charlie kembali menggerogoti tubuhnya.
Dokter pun memutuskan Charlie harus menjalani transplantasi hati.
Agar anaknya bisa sembuh, orangtua Charlie, Amber Schofield dan Ben Proctor, tidak tinggal diam. Mereka berusaha menggalang dana lewat Facebook, sebagai upaya untuk mengumpulkan £855,580 (sekitar Rp 15,5 miliar).
Semua ini mereka lakukan tentu saja untuk membayar pengobatan demi menyelamatkan anaknya. Rencananya operasi ini akan dilakukan di Amerika Serikat.
Usaha ini pun telah membuahkan hasil. Dana yang mereka kumpulkan telah mencapai setengah dari jumlah target, mengumpulkan US$ 611,600 (sekitar Rp 8,7 miliar). Di antara para pendonor dilaporkan adalah bintang pop AS Pink, yang menyumbang £10,000 (sekitar Rp180 juta).
Namun di saat yang bersamaan, mereka harus menerima kenyataan pahit karena mendapati fakta bahwa kanker hati pada anak yang dialami Charlie telah berubah menjadi sel-sel kanker yang tidak dapat disembuhkan. Charlie pun sudah terlalu sakit untuk melanjutkan pengobatan atau operasi.
Anak meminta maaf kepada ibu sebelum dia meninggal
Amber, sang ibu bercerita, sejak lahir Charlie adalah anak yang lucu. Tapi setelah kanker mematikan menyerang, kondisi Charlie kian memburuk.
Amber pun berkomentar, tiap kali melihat kondisi anaknya tidak lagi terlihat seperti Charlie yang ia kenal.
“Dia sangat kurus. Saya bisa melihat dan merasakan setiap tulang di tubuh mungilnya. Wajahnya begitu cekung. Saya tidak tahu harus berbuat apa lagi. Saya tahu bahwa dia sangat sedih, dia lelah, dia muak bahkan sudah mulai merasakan depresi.”
Setelah hampir tiga tahun didiagnosis dengan kanker Hepatoblastoma, Charlie akhirnya mengambil napas terakhirnya pada 9 November 2018.
Bisa dibilang, kondisinya saat itu memang begitu memilukan.
“Tadi malam di 23:14 sahabatku, duniaku, Charlie, mengambil napas terakhirnya. Dia tertidur dengan damai di pelukanku dengan lengan ayahnya merangkul kami,” kata Amber.
Beberapa jam sebelum kematiannya, Amber berbagi lewat laman Facebook miliknya dan mengutip kata-kata Charlie.
“Bunda, aku sangat menyesal atas semua ini,” kata Charlie perlahan sambil terengah-engah.
Rupanya, dia sangat gelisah pada hari itu ketika dia terus berubah posisi. “Dia mencoba berbaring di tempat tidur, duduk di sofa, kemudian berbaring di bean bag, lalu sofa, kemudian kembali ke atas dan seterusnya …,” kata Amber.
Amber berterima kasih kepada Charlie karena ia tidak hanya menunjukkan apa arti cinta sejati tetapi karena telah memberinya kesempatan untuk menjadi seorang ibu.
Seorang ‘sahabat terbaik’ dan ‘inspirasi terbesar’ adalah apa yang akan selalu Charlie berikan untuknya.
Baca kisah Charlie yang mengidap kanker hati pada anak di laman Facebook ini:
Mengetahui anak menderita sakit kanker merupakan hal yang berat. Dari sini, pertanyaan yang mungkin muncul jika anak harus berjuang dengan kanker tentu bisa muncul.
Berikut ini beberapa saran mengenai apa yang mungkin terlintas dalam pikiran Anda jika anak mengidap kanker. Namun, tentu saja hal yang paling penting adalah selalu mendiskusikan dengan tim perawatan kesehatan anak untuk pemahaman lebih baik dan cara menangani diagnosis anak Anda.
1. Siapa yang harus memberi tahu anak saya mengenai kondisinya?
Anak tentu akan menyadari ada yang tidak beres dari dirinya. Sayangnya, untuk anak balita, tentu saja mereka masih sulit untuk mendiskripsikan apa yang dirasakan. Oleh karena itu, orangtua memang perlu lebih peka.
Sama seperti Anda, anak pun akan belajar lewat diagnosis yang dokter sampaikan. Jika anak memang bertanya, tentu saja Anda bisa mendapatkan beberapa saran dari dokter atau perawat atau psikolog tentang bagaimana menjawab pertanyaan-pertanyaannya. Namun, sebagai orangtua tentu Anda perlu mengusakan untuk tetap optimis sehingga energinya bisa tertular pada anak.
2. Kapan anak saya harus diberitahu?
Biarkan anak mengetahui hal ini sesegera mungkin karena itu dapat membantu membangun kepercayaan di antara Anda berdua. Anda bisa membiarkan mereka mengetahuinya sedikit demi sedikit.
3. Apa yang harus saya katakan kepada anak saya?
Apa yang akan Anda jelaskan pada anak tentu akan tergantung dari pehamanan anak sendiri. Ini juga terkait dengan usianya dan seberapa banyak yang dapat mereka pahami.
Berikan informasi yang jelas dan sederhana, tidak peduli usia mereka. Penjelasannya pun harus masuk akal bagi mereka.
Jelaskan kepada mereka bagaimana perawatan akan membuat mereka tidak nyaman, atau bahkan bisa terasa menyakitkan.
Perlihatkan juga pada kepada mereka bahwa obat dan perawatan yang kuat bisa membantu anak-anak lainnya bisa sembuh. Karena salah satu hal yang paling penting dan dibutuhkan penderita kanker adalah untuk mengurangi stres.
Disadur dari artikel Jia Ling, theAsianparent Singapura
Baca juga:
Bayi ini terancam buta karena kanker retinoblastoma, apa saja gejalanya?